02 - Cunning plan ✔

215K 6.9K 40
                                    

Jangan lupa vote & comment

Seusai kejadian tabrakan tadi membuat sang pria kehilangan separuh waktunya.

Baginya, waktu itu adalah emas. Ia menggeram kesal, hanya telat 5 menit rekan bisnis nya menyatakan gagal untuk berkerja sama dengannya.

Tapi bukan Alfath namanya jika tidak berhasil memiliki apa yang ia kehendaki. Kebetulan sekali, pak Razfa yang merupakan rekan bisnis gagalnya memiliki seorang putri cantik yang katanya sering melakukan ONS.

Selintas ide licik pun muncul dibenaknya, lihat saja nanti. Ia akan memperalat pak Razfa menggunakan putrinya Celia.

Ia merogoh sakunya, mengambil benda pipih yang tak lain adalah ponselnya. Mengetikkan sesuatu lalu terhubunglah dengan seseorang.

"....."

"Lakukan tugasmu!"

Ia pun menutup sambungannya, seraya tersenyum licik. Ia sudah tahu langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya.

Ia pun beranjak meninggalkan kantor yang ia bangun dengan jerih payahnya sendiri tanpa campuran tangan orang lain menuju rumahnya.

Inilah kebiasaannya. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia langsung saja masuk bahkan mengucapkan salam pun tidak.

Terlihat di ujung sana, seorang pria paruh baya tengah duduk diatas sofa sembari matanya yang sibuk membaca isi koran dan Alfath tidak memperdulikan akan hal itu.

"Alfath!!" Panggil pria paruh baya itu setelah menyadari bahwa putra tunggalnya telah pulang.

Alfath mendengar bahwa ayahnya memanggil dirinya, tetapi ia enggan membalas bahkan menoleh saja pun tidak.

Karna tak kunjung mendapat respon, membuat pria paruh baya itu memanggilnya sekali lagi dengan suara yang cukup lantang.

Alfath berbalik, melipat kedua tangannya diatas dada dengan tatapan benci yang ia perlihatkan pada pria paruh baya itu.

"Kemarilah. Ada yang ingin ayah bicarakan."

Alfath tak memperdulikan ucapan ayahnya, menyuruhnya untuk duduk dekat dengan pria tua itu? Oh itu adalah hal yang paling dibenci oleh Alfath.

Lantas Alfath langsung saja masuk kedalam kamar, tak lupa ia mengunci pintunya rapat. Sang ayah menatap sendu pada putra tunggalnya itu, sampai kapan Alfath akan bersikap demikian.

Ia menghela nafas gusar kemudian kembali melanjutkan bacaannya meski rasanya tidak setenang tadi.

Alfath merebahkan diri diatas ranjang dengan bertompang tangan yang dijadikannya sebagai bantal. Matanya yang indah nan tajam itu memandangi langit-langit dinding.

Ia tahu bahwa sikapnya selama ini adalah salah tetapi hati dan egonya sangatlah benci untuk memaklumi ini semua.

Karna pikirannya tidak tenang membuat ia sulit untuk beristirahat. Ia pun berdiri dan beranjak menuju balkon. Ternyata hari sudah malam, Alfath menghirup udara banyak-banyak sembari memejamkan matanya.

"Tolong jangan sakiti mama!!"

"Kau bajingan!!!"

"Mamaaaa!!!! Tolong jangan lakukan itu pada mamaku!!!"

"Bajingan!! Kau telah menyakiti mamaku brengsek!!"

Sekelebat masa lalu menghampiri pikirannya lagi. Padahal ia hanya memejamkan mata sebentar, namun kenapa bayangan itu kembali?

Ia lelah, lelah dan bahkan sangat lelah.
Ia takut, takut akan bayangan buruk kembali muncul di pikirannya.

Ia memijat pelipisnya yang terasa pening. Bahkan dadanya pun naik turun, mengingat betapa pahitnya kehidupan yang ia jalani selama ini.

Ia berdiri, berjalan menuju kamar mandi. Membilas wajahnya dengan air agar terlihat sedikit segar kemudian ia mengambil jaket dan kunci mobil.

Kemana lagi tujuannya dimalam-malam begini selain pergi ke club dan bersenang-senang dengan para wanita disana.

Langkahnya terhenti disaat sang ayah meneriakkan namanya, "MAU KEMANA LAGI KAU!!"

Alfath mengangkat satu alisnya lalu pergi meninggalkan rumah dengan membanting pintu luar dengan keras. Sang ayah menggeram kesal, selalu saja seperti ini. Ia pun meminta kepada bodyguard-nya untuk mengawasi Alfath setiap saat.

Alfath mengendarai mobil sport-nya diatas rata-rata, ia juga berulang kali memukul stir mobil. Bayangan masa lalu tadi seolah masih menghantui pikirannya.

Sesampai di club, Alfath disambut hangat oleh para wanita disini dikarnakan Alfath merupakan bintang club disini.

Alfath duduk didekat meja bartender, memesan vodca seraya mengeluarkan sekotak rokok dikantongnya.

Dia menyesap rokok lama lalu menghembuskannya kasar. Kakinya ia angkat di atas kursi dan kepalanya agak sedikit ia dongakkan untuk meresapi setiap aroma asap rokok.

Seseorang menepuk punggungnya keras lalu duduk disebelahnya. Siapa lagi yang berani melakukan hal itu selain Brandon.

Brandon merogoh sakunya, mengambil putung rokok didalam kotak, menyalakannya menggunakan korek api kemudian ikut menyesap rokok bersama Alfath.

Alfath tak memperdulikan keberadaan sahabatnya. Tatapannya masih lurus dengan mulutnya yang masih senantiasa menghisap dan mengeluarkan asap rokok.

"Something wrong, bro?"

Alfath menoleh sekilas seraya mengangguk. "Your father?" Lanjutnya.

Alfath mengedikkan bahunya seolah mengatakan 'mungkin saja'

Brandon menghela nafas, Alfath adalah pria pendiam dan irit bicara yang pernah ia temui selama ini. Bahkan tidak ada satupun yang berhasil membuat Alfath berbicara panjang lebar kecuali pada saat Alfath sedang mengadakan meeting dan menjelaskan konsep-konsep perkerjaan.

Brandon menepuk pelan bahu Alfath, "Wanna play with bitch?"

Alfath menggeleng, entahlah malam ini ia sangat malas untuk 'bermain', padahal menurut pandangan para pengunjung club, Alfath adalah seorang pria pecandu ranjang.

Disini banyak sekali wanita sexy yang bertubuh bak model dengan ukuran dada yang besar. Namun sekali lagi perlu ditegaskan bahwa Alfath sedang tak tertarik.

Malas hanya sekedar duduk, Alfath lantas berdiri berniat untuk meninggalkan cafe. Namun pandangannya tak sengaja jatuh pada seorang wanita yang tengah digerayangi oleh para pria.

Ia menyipitkan mata, menajamkan penglihatan bahwa ia tidak salah lihat. Ah ternyata benar, itu adalah wanita yang sedang ia incar.

Ia mengambil ponsel kemudian menjepret wanita itu yang tampak senang saat tubuhnya dijamah banyak pria.

Ia tersenyum sinis, ah ternyata mudah sekali untuk menaklukan pria bangka itu tanpa perlu harus turun tangan. Oh, sekali jalang tetaplah jalang, batinnya berbicara.

Brandon yang bingung akan tindakan Alfath, berdiri dan matanya ikut melihat arah pandangan Alfath.

Ia memanggutkan kepalanya, jika sudah seperti ini pasti Alfath sedang merencanakan sesuatu yang licik. Ia yakin akan hal itu karna selama ini ia sudah mengenal baik tentang Alfath.

Alfath menyadari bahwa Brandon ikut melihat arah pandangannya dan perlu di ingat sekali lagi bahwa ia tidak peduli akan hal itu.

Ia pergi berlalu, tak mengucapkan sepatah kata apapun pada Brandon. Tujuannya sekarang adalah menginap di apartemen-nya, malas sekali jika melihat wajah pria bangka itu.

"Take care, bro!" Pekik Brandon begitu melihat Alfath sudah melangkahkan kakinya keluar club.

💙instagram : @alsagstn

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang