61 - Sucks

76.3K 4K 446
                                    

Jangan lupa vote & comment

"Mama." Teriak Cya begitu melihat Nina sudah berada diambang pintu dengan Darrel yang ada dibelakangnya.

Cya hendak hambur kedalam pelukan Nina, namun semua itu ia urungkan ketika melihat sosok pria yang telah menjadi dalang dari kematian ayahnya.

Nafasnya tercekat, dadanya bergemuruh.
Ia tidak akan menangis kali ini.

Matanya menatap benci dan muak pada sosok yang ada dibelakangnya.
Sosok yang pernah menorehkan luka begitu dalam pada dirinya.

"Kau!" Alfath segera memeluk tubuh Cya dari samping.
Sejujurnya, ia masih belum mengetahui kenapa Cya sangat membenci Darrel.

Darrel menundukkan kepalanya, ia sudah bisa menebak bahwa kebencian gadis itu tak akan pernah pudar untuk dirinya.

Nina sudah mengetahui semua yang terjadi diantara masa lalu Cya dan Darrel.
Darrel sudah menceritakan segalanya pada Nina.

Awalnya Nina sempat membenci Darrel, namun melihat ketulusan dan kesungguhan Darrel untuk berubah membuat Nina sedikit memberikan kepercayaan pada Darrel.

Bukankah manusia itu tidak luput dari kesalahan?

Nina memang sengaja untuk tidak memberitahukan masa lalu antara Darrel dan Cya kepada Alfath.
Dan Nina juga meminta Darrel untuk tidak menceritakan apapun kepada Alfath.

Karna Nina sudah bisa menebak bahwa putra semata wayangnya itu pasti akan marah besar dan kemungkinan saja bisa menghabisi nyawa Darrel saat itu juga.

Maka dari itu, Nina ingin biar Cya saja yang menceritakan tentang apa yang sudah terjadi pada Cya dan Darrel di masa lalu.

Karna jikalau saja Cya yang menceritakan semuanya, kemungkinan besar Alfath bisa mengontrol emosinya. Ya meskipun Nina sedikit kurang yakin.

Cya melirik Alfath sekilas, entah kenapa melihat Alfath yang tengah memeluknya saat ini membuat dadanya terasa lapang dan nafasnya pun mulai teratur.

Nina meletakkan keranjang buah diatas meja, menepuk pundak Alfath untuk segera melepaskan pelukannya lalu memeluk tubuh Cya dengan erat.

Cya membalas pelukan Nina tak kalah eratnya.
Ia sangat menyayangi Nina.
Bahkan rasa sayangnya kepada Nina melebihi rasa sayangnya pada Lidia.

Lidia?

Kemana ibu kandungnya itu?
Apakah Lidia tidak mengetahui bahwa Cya saat ini sedang mengalami musibah?
Ataukah jangan-jangan, Lidia mengetahui keadaan Cya namun engga untuk menjenguk putri kandungnya sendiri.

Haha.. Rasanya Cya ingin menertawakan dirinya dan nasibnya yang begitu tragis dan miris.

Disaat begini, Nina yang bukan notabene-nya ibu kandung Cya bahkan selalu berusaha ada disamping Cya.
Sedangkan Lidia? Hm, Cya rasa Lidia bukanlah seorang ibu.
Lidia adalah seorang wanita yang hanya terfokus pada harta dan keegoisannya saja.

Cya sungguh tidak menyangka bahwa dia bisa terlahir dari rahim wanita jahanam seperti itu.

"Syukurlah kalo kamu sudah sadar, sayang." Kata Nina penuh bahagia.

Cya tersenyum lebar, "Terimakasih mama. Maafkan aku jika selama ini aku hanya bisa merepotkan mama saja." Cya merunduk, sedikit rasa tidak enak melingkupi hatinya.

Nina menggelengkan kepalanya, ia mengangkat dagu Cya kemudian mengecup dahi Cya singkat, "Jangan pernah mengatakan hal itu, Nak. Mama sungguh menyayangimu."

Lagi dan lagi Cya tersenyum lebar, ia langsung saja kembali memeluk tubuh Nina.

"Mama turut berduka cita atas kepergian cucu mama. Jujur saja, mama begitu sedih mendengarnya. Tapi percayalah, Tuhan lebih menyayangi dirinya." Nina mengusap-ngusap kepala Cya yang ada didalam pelukannya.

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang