07 - Slam two vodca ✔

189K 5.1K 39
                                    

Jangan lupa vote & comment

Cya menangis, disepanjang hari ini tak henti-hentinya ia menangis.. ia merasa hina, sangat hina.


Bahkan first kiss nya diambil oleh pria bajingan yang tak tahu malu itu dan parahnya lagi ia tidak bisa melawan pada saat itu.

Ia meringkuk, menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Rasa marah, kesal, sedih semua bercampur aduk.
Dia ingin marah tapi dia tidak bisa.

Awalnya Lidia curiga melihat Cya datang kerumah dengan keadaan wajah sembab tetapi berkat kebohongan Cya yang mengatakan bahwa ia tak sengaja terbentur kaca mobil membuat Lidia percaya begitu saja.

Cya sangat membenci Alfath, rasanya dia ingin memaki pria itu dengan seribu serapah.
Dan sialnya kenapa ia tidak berhenti menangis sampai sekarang?

Apakah ia harus memberitahukan hal ini pada Lidia? Cya menggeleng tidak. Cya menggelengkan kepalanya, jikalau Cya memberitahukan ini pada Alfath mungkin Lidia akan kehilangan harapan dan kepercayaannya pada Jonan.

Cya berdiri menuju kamar mandi, membasahi wajahnya kemudian menatap cermin yang ada di dalam kamar mandi.

Wajahnya sangatlah sembab dan oh astaga.. bibirnya pun sampai sekarang masih bengkak namun tidak seperti tadi.

Cya menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan-pelan, ia hanya berharap semoga saja Alfath tidak akan melakukan hal seperti itu lagi.

Cya mengganti pakaiannya dengan piyama. Memang sepulang tadi, dia belum mengganti pakaian dikarnakan sibuknya menangis. Bahkan ia pun melupakan makan malamnya dengan beralasan bahwa ia sangat mengantuk.

Cya terduduk dikasur. Ia merebahkan diri diatas ranjang dengan memandang kosong depan. Cya bingung, mengapa Alfath melakukan hal itu padanya?

Cya mengacak rambutnya frustasi, dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menumpahkan air matanya. Cya mengambil selimut lalu langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut berwarna putih itu.

🌸🌸🌸

Alfath duduk termenung dibalkon dengan kedua tangan yang ia gunakan sebagai tumpuan dagunya.

Alfath tersenyum jahat mengingat kejadian tadi siang. Alfath sangat senang bahwa dia sudah berhasil mengecup bibir gadis itu.

Alfath tahu jika dia merupakan pria pertama yang mencium Cya dan Alfath merasa bangga dengan hal itu.

Alfath melakukan ini dikarnakan ia membenci Lidia dan Cya. Lihat saja, akan banyak hal yang terjadi ketika mereka sudah satu rumah.

Bunyi dering ponsel melamunkan lamunannya. Alfath melihat siapa yang menelponnya dimalam-malam begini. Dirinya tersenyum, kemudian menggeser tombol hijau.

"Hello my son."

"Hello ma. Ada apa?"

Diseberang sana, Nina terkekeh mendengar ucapan Alfath yang seakan menyindir padahal sebenarnya tidak, "Tidak. Hanya merindukanmu saja."

Alfath mengulum senyum, "Aku juga merindukanmu mama."

Kini nada suara Nina menjadi lebih serius, "Bagaimana pertemuanmu dengan mereka Alfath?"

Alfath mendengus sebal mendengarnya.
Memang Nina sudah mengetahui bahwa Jonan akan menikah lagi. Nina juga tahu kalau Alfath murka dan tak menyetujui pernikahan ini. Maka dengan itu, dengan segala kesabaran rayuan Nina, akhirnya Alfath mau dibujuk.

Alfath mematikan telponnya. Terserah ia mau dikatakan apa, kan sudah dikatakan sebelumnya kalau Alfath sangat tidak suka ditanya urusan begitu.

Dilain tempat, Nina hanya bisa mengelus dadanya saja. Bagaimana Alfath selanjutnya? Semoga saja keputusan Jonan untuk menikah lagi itu dapat membuat Alfath berdamai dengan masa lalu.

Alfath beranjak dari balkon menuju dapur. Alfath mengambil sebotol vodca kemudian meneguknya dalam sekali tegakan.

Alfath berniat mengambil vodca lagi namun ayahnya keburu mencekal tangannya duluan.

"Berhenti minum, Al."

Alfath tak menghiraukan ucapan ayahnya. Alfath menepiskan tangan Jonan secara kasar, mengambil paksa dua botol vodca yang digenggam ayahnya kemudian berlalu saja meninggalkan Jonan.

"Dengarkan aku, Al!"  Teriak Jonan lantang.


Alfath menghentikan langkahnya, berbalik badan lalu melempar semua botol vodca itu kelantai, menciptakan suara kerisuhan dan berakhir dengan lantai yang dipenuhi pecahan kaca.

Setelah itu Alfath memasukkan tangannya di saku and then beranjak menuju kamar. Jonan merasa marah sekarang, sangat sakit rasanya melihat putra yang dibanggakannya bersifat demikan. Berdua dengan Alfath selalu saja membuat Jonan jadi memiliki tanduk di kepalanya.

Jonan berlalu menuju ruang keluarga, disana dia duduk dimeja kerjanya, mengeluarkan ponsel didalam sakunya, dan mengetikkan sesuatu di layar ponselnya.

From : Lidia

Baiklah. Aku sependapat denganmu.

To : Lidia

Apakah putrimu sudah tidur?

From : Lidia

Sepertinya sudah dan bagaimana dengan putramu?

To : Lidia

Entahlah. Sepertinya belum.

From : Lidia

Baiklah kalau begitu selamat malam :)

To : Lidia

Selamat malam dan jangan lupakan besok!

Setelah berkirim pesan bersama Lidia, Nonan langsung membuka laptopnya. Jari jemarinya sangatlah ahli dalam mengetik.

Sepertinya ia akan tidur larut malam karna banyak sekali tugas kantor yang menumpuk.

Sedangkan dilain tempat, Alfath menyadarkan kepalanya di kepala sofa. Alfath emosi sekali disaat ayahnya dengan beraninya melarang dia meminum minuman keras.

Tring...
P

onsel Alfath berbunyi menandakan adanya telpon dari seseorang.

Alfath mengambil ponselnya didalam saku, mengernyitkan bingung seraya menekan tombol hijau keatas layar.

"Ada apa menelponku dimalam-malam begini?"  Kesal Alfath.

"....."

Seulas senyum terbit diwajahnya. "Baiklah. Siapkan pertemuan ku dengannya."

"....."

"Sial. Apakah dia mau aku melakukan sex dengannya?"

"....."

Alfath mematikan sambungannya secara sepihak, dia tidak merasa keberatan jika wanita itu memintanya untuk datang ke apartemen-nya atau pun meminta untuk tidur bersama.

Inilah yang di rencanakan Alfath dari kemarin-kemarin.
Untung saja rencana nya ini berjalan dengan mulus.
Entahlah, hidup Alfath selalu dipenuhi dengan dendam dikarnakan luka yang ia dapatkan semasa kecil begitu membekas di dalam dirinya.

💙instagram : @alsagstn

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang