26 - Change ✔

88.4K 4.8K 553
                                    

⚠Jangan lupa vote & comment⚠


Cya duduk termenung di atas karpet, ia tidak memperdulikan acara tv yang tengah ia saksikan sekarang.


Cya ingin nanya ke kalian semua.
Jika kalian mengalami hal seperti Cya, apakah kalian masih sanggup untuk melihat dunia?

Apakah kalian akan membenci mereka atau justru memaafkan mereka?

Oh kalo untuk Cya sih, Cya ogah buat maafin mereka. Sudah cukup ia bersabar selama ini.

Jika boleh, ia ingin juga menorehkan luka pada seseorang yang telah menyakitinya.

Dia bukanlah Cya yang dahulu.
Yang hanya diam dan bahkan menerima semuanya dengan lapang dada.

Dia juga manusia, yang bisa merasakan sakit hati dan dendam.
Ingat! Dia bukan malaikat!

Tatapannya yang dulu selalu meneduhkan siapapun yang melihatnya.

Wajahnya yang dulu selalu membuat siapapun terpana.

Dan senyumnya yang dulu selalu membuat siapapun tak berkutik.

Kini hilang semua..
Hilang tak bersisa.

Ia tidak dendam, tapi dia hanya benci saja. Biarlah Tuhan saja yang membalas.

Cause what?
Karna, ia tidak ingin pusing.
Simple, bukan?

Lebih baik dia memikirkan dirinya dan juga..
Tidak! Tidak!
Cya segera mengusir pikiran buruk itu.

Cya membelai perut ratanya lalu tersenyum. Entahlah, akhir-akhir ini ia sangat menyukai kegiatan ini.

Cya juga tidak mengetahui apa penyebabnya. Ia hanya mengikuti kata hati dan nalurinya saja.

Cya membasahi tenggorokannya, uh sangat kering sekali. Sepertinya ia membutuhkan minum sekarang.

Cya menghembuskan nafas panjang, ternyata gelas yang terletak diatas nakas itu kosong.

Cya berdiri dari duduknya, mengambil gelas kosong diatas nakas lalu menutup pintu kamar.

Disana terlihat Lidia dan Jonan yang sibuk asik dengan makan malam mereka.

Seketika mereka terdiam disaat melihat Cya disini.

Mereka memang sedari tadi sudah mengajak Cya untuk makan malam bersama, tetapi Cya tetap kekeuh untuk tidak makan malam bersama dua insan yang sudah menorehkan luka sangat dalam untuknya.

Cya berjalan melewati mereka dengan tampang angkuh, dia membuka pintu kulkas lalu mengambil sebotol air minum dan menuangkannya kedalam gelas, Cya ingin menyegarkan tenggorokannya.

Setelah menyegarkan tenggorokan, Cya berniat naik keatas. Namun ucapan sang mama membuat ia diam membeku.

"Apakah kau masih teringat kejadian kemari?" Dari nadanya saja, Cya sudah mengetahui bahwa Lidia kini tengah memendam emosi.

Cya berbalik badan, ia mendekap lengannya diatas dada, "Iya dan aku sampai kapanpun tak akan pernah MELUPAKANNYA!" Cya berujar dengan menekankan kalimat terakhirnya, seolah ia ingin menunjukkan rasa kebenciannya yang amat terdalam.

Lidia berdiri, tangannya terkepal kuat seiring buku-buku putihnya terlihat.

Lidia dari kemarin sudah cukup sabar menghadapi Cya. Seharusnya Cya itu bisa mengerti posisinya.

Jujur, hati Lidia sangat tercabik saat melihat putrinya saat ini mulai berani padanya.

Harga dirinya sebagai seorang wanita bagaikan diujung tanduk. Masa iya, ibu dipermalukan anak sendiri.

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang