15 - Try to get up ✔

127K 4.7K 384
                                    

Jangan lupa vote & comment


Jonan pulang dengan menenteng banyak tas belanjaan. Sepulang kerja, dia memang memutuskan untuk ke supermarket terlebih dahulu dikarnakan persediaan makanan dirumah sudah mau habis.

Lidia membantu membawakan belanjaan kedalam dapur kemudian membantu Jonan melepaskan dasinya. Jonan pun menggulungkan lengannya hingga batas ke siku.

Jonan memegang kedua pinggang ramping Lidia, ia mengecup lama kening Lidia. Sungguh, Jonan sangat merindukan Lidia.

Lidia mengatakan pada Jonan untuk mengajak Alfath makan bersama dan Jonan langsung berlalu menuju kamar Alfath sementara Lidia berlalu menuju kamar Cya.

Terlihat disana, Alfath sedang menghisap putung rokok sembari matanya menatap lekat langit-langit dibalkon. Jonan menepuk bahu Alfath pelan.

Alfath menoleh sekilas lalu kembali menghisap putung rokok dan menatap langit-langit yang nampak mendung.

"Ayo makan. Mama sudah mempersiapkan semuanya untuk kita."

Alfath menghembuskan asap terakhir rokok, membuangnya lewat jendela, berdiri dan berlalu meninggalkan Jonan.

Jonan menghela nafas, sampai kapan putranya akan dingin seperti ini? Rasanya sangatlah lelah menghadapi kelakuan Alfath yang dingin bahkan kelewat dingin.

Jonan pun menyusul Alfath kebawah.
Disana, terlihat Cya yang sedang sibuk memainkan sendok dan garpunya, Lidia yang sibuk berceloteh sembari menuangkan berbagai makanan kedalam piring dan Alfath yang sedang memainkan ponsel dengan satu kaki diangkat.

Jonan tersenyum miris, pemandangan ini sangatlah menyayat hatinya. Dimana Lidia yang sibuk bercerita tak dihiraukan oleh putra-putrinya.

Jonan mengacak rambut Cya sekilas kemudian duduk disebelah Lidia. Jonan memegang punggung tangan Lidia, mengisyaratkan untuk berhenti bercerita karna percuma tak ada yang mendengarkan.

Lidia mengangguk kecil, SANGAT SAKIT!

"Turunkan kakimu dan lepaskan pandanganmu dari ponsel Alfath. Nikmatilah makananmu." Ucap Jonan.

Alfath memasukkan ponselnya kedalam saku tetapi ia enggan untuk menurunkan kakinya.

Pandangannya jatuh pada Cya yang tengah menunduk takut. Alfath tahu, bahwa Cya masih enggan untuk bertatap wajah dengannya.

"Angkat wajahmu Nona." Sungutnya tajam yang sontak membuat Lidia dan Jonan mengerutkan kening.

Cya mengangkat wajahnya perlahan. Ia melihat satu persatu wajah keluarganya dan tatapan terakhirnya jatuh pada wajah Alfath yang sedang menampakkan smirk andalannya.

Lagi dan lagi tubuh Cya bergetar, sendok yang ia pegang pun bahkan ikut bergetar. Cya menangis, ya dia menangis kembali karna bayangan dimana Alfath menyakitinya kembali mengiang dipikirannya.

Lidia dan Jonan dibuat cemas saat melihat Cya yang bergetar sembari menangis. Cya yang tak kuasa menahan tangisan, akhirnya berlari menuju kamar tanpa menghiraukan tatapan bingung dan cemas dari kedua orangtuanya.

Alfath berdecih, kenapa lemah sekali gadis itu? Padahal yang dilakukan Alfath adalah masalah kecil.

Alfath pun ikut berdiri, ia berlalu menuju kamarnya. Lidia yang melihat itu menangis, ada apa dengan putrinya? Apakah putrinya sedang berada dalam masalah? Sepertinya Lidia sudah gagal menjadi seorang ibu karna melihat sorot mata Cya yang mengatakan bahwa Cya sangat terluka.

Jonan memeluk tubuh Lidia, ia pun sama sakitnya seperti Lidia. Ia juga bingung, ada apa dengan putrinya? Mengapa akhir-akhir ini putrinya berubah dan cenderung menjadi gadis yang berbeda.

"Hiks.. hiks.. ada.. a... apa dengan putriku Jo..." isaknya didalam pelukan Jonan.

Jonan membelai lembut surai istrinya, bila bisa dideskripsikan, ia juga sangat sakit akan situasi ini "Tenanglah sayang. I'm sure Cya is fine."

Lidia mengurai pelukan, ia menatap intens sorot mata suaminya, "Are you sure Jo?"

Jonan mengangguk mantap, meski ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.
Jonan tahu, bahwa putrinya saat ini sedang dalam masalah tapi ia tak tahu masalah apa yang sedang dihadapi putrinya.

Jonan mencium kedua kelopak mata Lidia sembari memeluk erat Lidia. Makan siang hari ini berakhir dan masakan Lidia pun belum tersentuh sama sekali. Miris sekali bukan?

🌸🌸🌸

Cya meringkuk dibawah selimut. Ia terus menerus terisak,  sprei dan bantalnya pun ikut basah akibat derasnya air mata.

Cya sangat takut... ia takut.. ia takut sekali..
Bayangkan saja, jika posisi kalian berada didirinya, apakah kalian sanggup?

Kenapa air mata ini tak henti-hentinya turun. Ia membenci ini, ia benci bila ia terlihat sebagai gadis lemah meski nyatanya memang dia adalah gadis yang lemah.

Kamar ini... kamar yang menjadi saksi dari perbuatan bejat Alfath.

Kasur ini... kasur yang menjadi saksi dari hilangnya kesucian Cya.

Cya membenci ini semua!Cya benci
Cya menutup wajahnya dengan bantal, ia menangis dalam posisi tengkurap. Sakit sekali rasanya!!

Cya berharap semoga kelak nanti penderitaan ini akan segera berakhir. Sungguh, ia benar-benar tak sanggup. Bahkan tubuh dan hatinya seolah mati rasa.

Akhir-akhir ini pun ia sering melamun dan tak konsentrasi dalam pelajaran. Biasanya Cya adalah gadis yang cenderung aktif dan cerdas namun semenjak kejadian itu membuat dirinya berubah drastis.

Cya bahkan sering tak konsen dengan apa yang dijelaskan guru. Ia juga bahkan tak pernah paham dengan apa yang sedang ia lakukan.

Pikiran dan hatinya kalut dan tak sejalan. Dan akhir-akhir ini, hanya bayangan Alfath lah yang selalu menghantui pergerakan Cya.

Cya kadang rasanya ingin mengakhiri hidupnya saja. Ia terkadang memikirkan bagaimana cara untuk bunuh diri namun semua itu ia urungkan saat melihat bayangan dimana Lidia memeluknya, memberi perhatian dan kasih sayang padanya terutama Aron yang begitu mempercayakan Cya dan berharap bahwa Cya bisa hidup bahagia nantinya.

Cya menggeleng, ia harus bangkit! Ia tidak boleh terpuruk seperti ini. Jika seperti ini terus maka Alfath akan merasa senang dan menang.

Cya harus bangkit demi ibu dan ayahnya. Apapun itu ia harus bisa. Ia menyayangi ayah dan ibunya dengan segenap jiwa.

Cya menghentikan tangisnya, lihatlah matanya sangatlah sembab dan hidungnya pun berwarna merah dan mengeluarkan cairan kental bening, ya apalagi jika bukan ingus.

Cya mendengus berat, dia akan bertekad untuk melupakan kejadian tersebut, bangkit dari keterpurukan dan kembali menjalani hari seperti biasanya.

💙instagram : @alsagstn

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang