Jangan lupa vote & comment
"Berhentilah memikirkan hal yang tidak penting, Jo!" Kesal Lidia saat melihat suaminya itu hanya diam dan terus diam seperti orang kesurupan saja.
Semenjak dari rumah Nina, suaminya itu berubah menjadi 180°. Whatever, mungkin suaminya itu sedang dalam mood yang buruk.
Jonan jadi malas makan, irit bicara, sering melamun dan bahkan sering mengabaikan dirinya.
Lidia sudah merasa jengah melihat perubahan suaminya yang seperti ini.
Lidia tanpa aba-aba langsung duduk dipangkuan Jonan, mengalungkan kedua lengannya dileher suaminya, kemudian mengusap lembut pipi Jonan, "Berhentilah memikirkan mereka yang sama sekali tidak memikirkanmu, Jo. Mereka sangatlah tidak penting."
Jonan menatap lekat wajah sang istri, rahangnya mengatup. Ia mendorong tubuh Lidia agar menjauh dari pangkuannya, "Apa kau bilang!? Apa maksudmu dengan tidak penting hah!?" Murka Jonan.
Lidia terkejut setengah mati, ada apa dengan suaminya ini? Tumben sekali dia berubah menjadi kasar.
"Ya mereka tidak penting! Apalagi dengan mantan istrimu itu!" Sahutnya tak kalah tajam
Jonan menggobrak meja kecil didekat sofa yang ia duduki, "Jangan coba-coba mengatakan hal buruk, Lidia!" Desisnya.
Lidia mengepalkan tangannya kuat sehingga buku-buku putihnya terlihat, "Memangnya kenapa hah jika aku mengatakan hal buruk tentang mereka, terutama mantan istrimu yang menjijikan itu!"
Jonan pun sama, dirinya mengepalkan tangannya kuat-kuat, bahkan urat-urat dilehernya pun pada menonjol semua karna sangking emosinya mendengar lontaran pedas dari sang istri, "LIDIA!!" Geramnya tertahan.
Lidia tak memperdulikan kemarahan Jonan. Jujur, hatinya benar-benar teriris melihat pemandangan bahwa Jonan bersikap seolah mencintai Nina.
"Apa aku perlu mengatakan sekali lagi bahwa putra dan mantan istrimu itu begitu menjijikan, sayang?" Ucap Lidia sensual. Ia bahkan memainkan lidahnya dan menjilat sudut bibirnya dengan gaya erotis seolah menggoda suaminya.
BUGH!
Jonan memukul dinding tersebut dengan sangat keras sehingga kepalan tangannya memerah dan bahkan sedikit terluka.
Nafasnya begitu memburu, tatapannya begitu nyalang. Hingga Lidia yang menyaksikan itu semua seolah dibuat tak percaya bahwa yang ada dihadapannya ini adalah suami tercintanya.
"JANGAN BERSIKAP SEPERTI WANITA MURAHAN, LIDIA!" Teriak Jonan tanpa sengaja sebelum benar-benar meninggalkan Lidia sendirian dikamar.
Lidia tertegun ditempatnya, hatinya begitu merasa sesak saat mendengar ucapan Jonan barusan.
Tubuhnya merosot ke lantai, air matanya pun sudah tak terbendung lagi.
Ia menangis, ia terisak.
Kenapa Jonan begini?
Ia tahu, Jonan pasti sangat terluka, kecewa dan marah kala mendengar bahwa Nina tak dapat membantunya.
Dan ia pun tahu bahwa Jonan begitu menyayangi Alfath dan sangat menyesal dengan perbuatannya dulu.
Tapi apakah pantas Jonan mengatakan hal tadi? Itu sungguh menyakitkan buat Lidia.
Oh c'mon, jangan salahkan Lidia karna mengatakan hal-hal buruk seperti tadi.
Ia melakukan itu semua karna merasa jengah melihat suaminya yang tak kunjung merespon dirinya.Lidia memegangi dadanya, kenapa bisa sakit sekali.
Lidia benar-benar mencintai Jonan, ia tidak ingin kehilangan Jonan untuk kedua kalinya.
Ia akan melakukan apapun caranya agar bisa selalu bersama Jonan, meski dengan cara licik atau mengorbankan seseorang sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother [#1 FHS]
RomansaSERIES #1 IN DARK ROMANCE [ MODE PRIVATE ] So follow terlebih dahulu 🌸COMPLETE🌸 Kehidupan yang penuh akan luka, dendam dan pengkhianatan itu telah menjadi makanan sehari-hari untuk seorang pria yang sangat mematikan dinegara ini. Dia pria yang men...