36 - Try calling as mama ✔

77K 4.7K 216
                                    

Jangan lupa vote & comment

"Tidak usah te, eh ma.." Cya mengambil alihkan piring yang dipegang Nina kemudian menaruhnya didalam wastafel, dia mengambil sabun cuci piring lalu dituangkannya lah kedalam sebuah wadah.

Karna keduanya ini sedari tadi saling memperebutkan untuk saling menyuci piring.

"Hahaha, kau sepertinya belum terbiasa, nak." Nina terkekeh pelan saat mendengar Cya yang masih belum terbiasa memanggilnya dengan sebutan 'mama'

Sudah berapa kali Nina mendengar bahwa gadis ini selalu latah dalam memanggil dirinya dengan sebutan mama.

Pipi Cya memanas, ia sangat malu sekarang.
Nina yang melihat itu mengacak rambut Cya gemas, "Baiklah. Setelah ini, kau harus ke kamar mama ya." Cya mengangguk sebagai balasannya diiringi seutas senyum tipis.

Seperginya Nina, Cya kembali melanjutkan aktivitasnya.

Ia mencuci banyaknya tumpukan piring kotor, mengelapnya menggunakan kain bersih kemudian menaruhnya didalam rak.

Tak lupa, Cya juga menyusun piring-piring, cangkir dan berbagai macam alat dapur lainnya sesuai tempatnya masing-masing.

Cya juga membersihkan bekas-bekas kotor yang menempel di wastafel, adapun sisa makanan ia letakkan kedalam kotak sampah yang sudah tersedia disamping wastafel.

Serasa semuanya selesai, Cya membersihkan tangannya menggunakan sabun, mengelap tangannya menggunakan tisu yang memang sudah Alfath taruh di dinding dekat kran air.

Cya mendudukan bokongnya diatas kursi meja makan, menghela nafas sebentar kemudian menatap kedepan dengan pandangan yang kembali kosong.

Tanpa disadari, lengan Cya terangkat untuk mengusap lembut perutnya yang masih rata, "Bagaimana caranya aku memberitahukan dia?" Mulutnya membeo, bertanya bingung pada dirinya sendiri.

Cya menyeka peluh keringatnya yang ada didahi seraya kembali menghela nafas panjang.

"Aku ingin memberitahukannya, tapi aku takut akan menyakiti hati ibunya."

Cya bukannya takut dengan Alfath, malah Cya ingin sekali mengatakan hal ini semua pada pria itu.

Namun disatu sisi, ia masih memikirkan perasaan Nina. Ia takut akan melukai perasaan wanita itu karna tahu anaknya menodai seorang gadis.

Orangtua mana sih yang tidak kecewa bila anaknya merusak masa depan orang lain? Memang ada sebagian yang tidak merasa kecewa, but Cya yakin bahwa Nina bukan salah satunya.

Cya begitu tersentuh saat melihat bagaimana cara Nina memperlakukannya. Wanita paruh baya itu benar-benar baik.

Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ibu dari seorang pria tak berhati itu begitu lembut, berbeda sekali dengan putranya itu.

Ia juga bingung kenapa Jonan bisa sampai bercerai dengan Nina, sedangkan Nina adalah wanita yang cantik dan baik.

Hm, mungkin karna Jonan selingkuh dengan Lidia yang sampai membuat mereka bercerai.
Dia mengerti kok bahwa ibunya adalah dalang dari rusaknya rumah tangga keluarga Alfath, dikarnakan ketika masih kecil Cya seringkali melihat Lidia dan Jonan bermesraan bahkan didepan Aron sekalipun.

Pantas saja Alfath begitu menyayangi Nina dan selalu berlaku hangat pada Nina.

Cya bahkan tadi rasanya dibuat tak percaya bahwa pria yang sekeras batu itu bisa menuruti kemauan Nina, semisal mengambilkan sisir.

Cya berpikir keras, kalo dipikir-pikir secara logika.
Kisah Lidia dan Nina hampir sama.

Keduanya sama-sama memiliki anak diluar nikah dikarnakan suatu kesalahan.

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang