60 - Laugh out loud

67K 4.1K 324
                                    

Jangan lupa vote & comment

Alfath menghembuskan nafas panjang, ia mengambil beberapa kantong belanjaan sebelum akhirnya benar-benar pergi dari mini market tersebut.

Sebelah lengannya yang bebas ia gunakan untuk mengambil ponselnya dari dalam saku lalu men-dial nomor seseorang.

"Ma, Cya sudah sadar."

"....."

"Tidak perlu, aku sudah membeli banyak buah."

"....."

Tut..

Alfath memasukkan ponselnya kemudian tersenyum tipis.
Ia berani bertaruh, melihat Cya yang sudah siuman entah kenapa membuat dirinya kembali bersemangat.

Alfath berjanji pada dirinya bahwa mulai saat ini ia tidak akan menyakiti Cya lagi.
Entah ini karna perasaan cinta ataupun bukan, yang jelas Alfath tidak ingin Cya terluka ataupun pergi dari kehidupannya.

Kini pria berperawakan tampan itu sudah sampai diruangan Cya. Ia memutar knop pintu lalu terlihatlah gadisnya yang tengah terbaring diatas brankar sembari memandangi langit-langit dinding.

Alfath menutup pintunya, meletakkan kantong buah tersebut diatas meja kemudian mengusap kepala Cya.

Cya sedikit terkejut melihat bahwa Alfath sudah ada disebelahnya, dengan reflek gadis itu memegangi dadanya membuat Alfath terkekeh kecil.

"Kau terkejut?" Cya menggelengkan kepalanya.

Alfath mengangguk kemudian ia menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya disana.

"Mau makan buah?" Lagi dan lagi Cya menggelengkan kepalanya.

"Aku sudah mengabari mama dan mama sudah tidak sabar ingin menjengukmu, baby."

"....."

Alfath mendengus sebal, ia mengusap-ngusap dadanya guna untuk mengontrol emosinya.

Cya menggigit bibir bawahnya, ia ingin bertanya sesuatu pada Alfath tetapi ia takut jika pria itu akan marah padanya.

Ketika Alfath pergi, Cya sudah terlalu banyak berpikir hingga terciptalah suatu pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada Alfath.

"Baby, kau ingin mengatakan sesuatu?" Tanya Alfath begitu melihat wajah Cya yang nampak cemas dan khawatir itu.

Cya tergagap, ia dengan cepat-cepat menggelengkan kepalanya.

"Katakan saja. Aku tidak akan marah." Seolah tahu isi pikiran Cya, Alfath mengatakan hal tersebut dengan suara yang begitu lembut.

Cya nampak ragu dengan jawaban Alfath, namun melihat manik mata Alfath yang sangat menyakinkan itu membuat Cya dengan sedikit percaya akan hal yang barusan Alfath katakan.

"Percayalah, aku tidak akan marah." Alfath tersenyum manis membuat Cya tertegun sesaat.

Dengan ragu, Cya akhirnya mencoba untuk menanyakan sesuatu yang sedari tadi sudah mengganjal dipikirannya.

"Hm..hm.." Cya terus menerus menggigit bibir bawahnya membuat Alfath dibuat gemas sendiri rasanya.

Ingin sekali Alfath melahap bibir itu jikalau tidak mengingat Cya tengah sakit sekarang.

"Baby, jangan menggigit bibir bawahmu. Itu dapat membangunkan adikku." Cya memutar matanya jengkel, ia mengalihkan pandangannya kearah lain membuat Alfath tertawa kecil.

"Hahaha baiklah, aku hanya bercanda sayang."

Cya melipat kedua tangannya di dada, sungguh ucapan Alfath barusan berhasil membuat dirinya benar-benar kesal.

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang