⚠Jangan lupa vote & comment⚠
New York, 06.30 am
Bunyi alarm berdenting keras membuat gadis bertubuh mungil yang tengah meringkuk dibawah selimut itu terbangun.
Ia duduk diatas ranjang, mengumpulkan semua nyawa yang tertinggal dan melirik jam diatas nakas.
Oh tuhan.. sudah pukul setengah 7. Ia panik, 20 menit lagi gerbang sekolahnya akan ditutup maka dengan cepat ia beranjak berdiri dan langsung masuk kedalam kamar mandi.
Tak butuh waktu lama mungkin sekitar 10 menit, ia menepuk dahinya pelan, astaga bagaimana bisa ia lupa lagi.
Kebiasaan gadis ini adalah satu yaitu lupa membawa handuk kedalam kamar mandi.
Dia membuka lemari pakaian, mengambil seragam lalu memakainya. Tak lupa ia mengambil dasi lalu berkaca sejenak didepan cermin. Untung saja semalam ia sudah menyiapkan mata pelajaran hari ini, jika tidak.. bisa-bisa terlambat ia ke sekolah meski memang sekarang dinyatakan hampir terlambat.
Ia tergesa-gesa kebawah. Mengambil segelas susu diatas meja makan kemudian meneguknya dalam sekali tegukkan membuat sang ibu keheranan sendiri melihat putri semata wayangnya.
"Tidak makan dulu, Cya?" Tanya Lidia yang tak lain ibu dari sang gadis.
Sambil mengikat tali sepatu, ia mendongak sekilas kemudian kembali menatap ikatan tali sepatunya, "Tidak ma. Aku sudah terlambat."
"Cya, kamu harus makan nak, nanti kamu sakit."
Cya menggeleng pelan, tak menghiraukan ucapan Lidia, ia langsung mencium pipi Lidia dan punggung tangan ibunya, "Nanti saja ma. Aku berangkat dulu, aku menyayangimu."
Lidia menghela nafas, tak lupa ia mengucapkan hati-hati pada Cya.
Cya mengambil sepedanya di garasi lalu mengendarainya dengan penuh kecepatan meski tak secepat motor.
Cya adalah gadis yang hidup sederhana, ibunya hanyalah seorang pelayan ditoko sepatu membuat Cya mengharuskan pergi kesekolah dengan menggunakan sepeda.
Tapi apapun itu, ia tetap bersyukur. Setidaknya masih ada yang dibawahnya malah ada yang lebih jauh di bawah darinya.
🌸🌸🌸
Bel pulang sekolah berbunyi, Cya yang kebetulan mendapatkan nilai terbesar disekolah sangat senang dan ingin cepat-cepat sampai kerumah untuk menyampaikan kabar gembira ini pada sang ibu.
Tapi sial, disaat sedang mengendarai sepeda tiba-tiba saja ada mobil kencang yang menabrak sepedanya membuat ia kehilangan keseimbangan dan berakhir dengan luka dilengan diatas aspal.
Mobil sport itu berhenti dan keluarlah seorang pria gagah yang menggunakan setelan jas licin yang mungkin nilainya berkisar ratusan juta rupiah.
Ia keluar dan berdiri tepat dihadapan Cya. Oh sial! Cya bahkan sempat menganggumi ketampanan pria itu apalagi terdapat kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.
Cya dibuat tak berkedip melihat ketampanan pria ini. Sungguh pria ini sangat mirip dengan artis hollywood yang biasa ia tonton bersama ibunya didalam drama telivisi.
"Are you okay?"
Cya mengangguk pelan. Ia pun berdiri, menundukkan kepala sembari meremas roknya gugup.
Ia takut akan dimarahi atau bahkan diminta ganti rugi oleh sang pria. Bayangkan saja hidupnya yang sederhana saja terkadang susah untuk memenuhi kebutuhannya apalagi jika ditambah ingin mengganti rugi.
Sang pria tersenyum smirk, kemudian pandangannya jatuh pada tangan sang gadis yang merah akibat darah.
Ia merogoh dompetnya disaku, mengambil beberapa lembar uang lalu melemparkannya pada sang gadis, membuat gadis itu mendongak dan menatap bingung pada sang pria.
Sang pria mengangkat bahu acuh, tak memperdulikan keadaan sang gadis lantas ia masuk kedalam mobil dan meninggalkan gadis itu sendirian dijalan. Toh dia juga sudah melemparkan beberapa uang sebagai pertanggung jawabannya.
Satu tetes air mata keluar dari pelupuk matanya. Beginikah nasib orang yang tak memiliki kekayaan berlimpah? Cya tidak mengharapkan pertanggung jawaban dari pria itu, tapi setidaknya bisakah dia menghargai Cya sebagai seorang perempuan.
Cya memungut semua uang yang berserakan, jangan salah sangka, ia tidak berniat untuk menghabiskan uang itu malahan ia berniat untuk menyumbangkan semua uang itu ke panti asuhan.
Setelah menyerahkan semua uang itu kepada pihak panti asuhan, Cya langsung bergegas pulang kerumah dan tentu disambut hangat oleh sang ibu.
Lidia membantu Cya melepaskan tas ranselnya lalu menyiapkan makan siang untuknya.
Melihat Lidia tersenyum, membuat beban Cya seolah terangkat. Ia sangat menyayangi ibunya, bahkan melebihi apapun.
Dan sepertinya Cya sudah melupakan kejadian tadi. Buktinya sekarang ia tengah menyampaikan kabar gembira pada sang ibu.
"Mama.. aku tadi mendapatkan nilai tertinggi di kelas."
Lidia menatap putrinya dengan mata berbinar. Ia pun memeluk erat tubuh Cya, "Mama turut senang mendengarnya sayang. Selamat ya, mama bangga padamu."
Cya mengangguk antusias, kemudian pandangannya jatuh pada makanan yang telah Lidia siapkan diatas meja makan.
Cya memegang perutnya seolah mengatakan bahwa ia lapar. Lidia hanya bisa terkekeh melihat kelakuan putri semata wayangnya itu.
Cya adalah gadis pendiam, pemalu, tetapi jika sedang bersama Lidia maka ia akan berubah menjadi gadis yang cerewet dan manja.
Lidia sangat menyayangi putrinya apapun akan ia lakukan untuk membahagiakan sang putri meski itu dengan nyawanya sendiri.
Cukup sudah dahulu ia pernah menyiakan Cya karna seseorang yang tak Lidia cintai. Tapi sekarang, perlu digaris bawahi bahwa dirinya akan berubah menjadi sosok ibu yang baik untuk gadis kecilnya.
Selang beberapa menit kemudian... pandangan Lidia jatuh pada lengan Cya yang nampak luka dengan darah kering disekitarnya.
Lidia menatap cemas pada Cya ia takut jika terjadi sesuatu pada putrinya.
"Luka apa ini sayang?" Tanya Lidia dengan memegang lengan Cya sebelah kiri.
Cya tergagap, haruskah ia menceritakan masalah tadi pada Lidia? Tidak! Ia tidak mau jika Lidia sedih.
"Ti.. tidak ma. Aku tadi terjatuh dari sepeda." Bohongnya.
Lidia menyipitkan matanya curiga membuat Cya tergagap sendiri. Lidia menghela nafas, berdiri lalu mengambil kotak p3k yang terletak diatas lemari.
Kemudian ia mengobati lengan putrinya dengan penuh kasih sayang dan hati-hati. Sesekali Cya meringis sakit saat alkohol itu menyentuh lukanya yang menganga.
Setelah selesai, Lidia meniup lengan Cya yang terluka dan kembali menaruh kotak p3k ditempat semula.
"Lain kali hati-hati sayang." Ucapnya sembari mengelus lembut rambut putrinya.
Cya tersenyum hangat, ia mengecup pipi ibunya sekilas, "Thank you mama."
"Baiklah. Setelah makan kau harus mandi lalu belajar sayang."
Cya mengangkat tangannya, menaruhnya di dekat alis matanya membentuk sebuah hormat yang mengisyaratkan 'siap mama'.
💙instagram : @alsagstn
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother [#1 FHS]
RomanceSERIES #1 IN DARK ROMANCE [ MODE PRIVATE ] So follow terlebih dahulu 🌸COMPLETE🌸 Kehidupan yang penuh akan luka, dendam dan pengkhianatan itu telah menjadi makanan sehari-hari untuk seorang pria yang sangat mematikan dinegara ini. Dia pria yang men...