41 - You will get grandchildren

73.5K 4.4K 224
                                    

Jangan lupa vote & comment

Cya mengerjapkan matanya, berusaha menyusaikan cahaya yang menerpa wajah cantiknya.

Ia merasakan sentuhan lembut dan hangat dikepalanya.

Cya mengedarkan pandangannya hingga akhirnya jatuh tepat pada seorang wanita paruh baya yang kini menatap dirinya dengan penuh kecemasan.

Cya memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit, ia berusaha berdiri untuk menyadarkan kepalanya didipan ranjang.

Wanita paruh baya itu memegangi lengan dan punggung Cya, membantu gadis tersebut untuk bisa bangkit duduk.

"Ahh.." Cya mendesah sakit saat kepala bagian belakangnya terasa begitu nyeri dan menyakitkan.

Matanya menatap sendu pada wanita paruh baya yang baru saja berstatus sebagai ibunya ini.

Cya menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan isakan tangis yang akan kembali keluar dari bibirnya.

Wanita paruh baya itu membelai lembut pipi Cya yang terasa panas, "Bagaimana bisa kau pingsan seperti tadi, nak?"

Tak kuasa menahan semuanya, hingga akhirnya Cya hambur kedalam pelukan wanita paruh baya tersebut.

Dirinya begitu terluka saat ini, ia benar-benar merasakan sakit yang amat terdalam jikalau mengingat bagaimana kehidupan yang sudah ia jalani ini.

Dia mengeratkan pelukannya, nafasnya begitu memburu dan tak henti-hentinya buliran bening itu membasahi wajah seorang wanita yang sudah memasuki usia kepala empat itu.

"Mama..hiks.." Wanita paruh baya itu menepuk-nepuk pundak Cya seraya menghujami kepala Cya dengan banyaknya kecupan.

Cya hanya pasrah saat wanita paruh baya itu mengurai pelukan mereka sembari mengangkat dagunya.

"What's happen, my daughter?" Cya merasakan buram pandangannya dikarnakan mata indahnya itu sudah dipenuhi dengan genangan air.

Cya menggeleng pelan, tubuhnya begitu lemah dan bahkan sangat sulit sekali rasanya untuk menggerakan bagian tubuhnya.

Nina menggenggam kedua lengan Cya, "Katakan pada mama, apa yang sudah terjadi? Kenapa dirimu bisa tak sadarkan diri? Dan kenapa Alfath tidak ada disini." Cya memandangi cukup lama wajah anggun Nina, terdapat rasa khawatir dan cemas yang terlukis diwajahnya itu.

Cya memberikan setengah senyum dibibirnya, "Aku tidak apa-apa, ma."

Nina yakin bahwa ada yang terjadi didalam diri Cya.
Ia tadi dibuat kalut dan takut disaat melihat Cya tak sadarkan diri.

Berulang kali ia menelpon Alfath, namun sampai sekarang pria itu tidak mengangkat telponnya sama sekali.

"Mama tahu kau berbohong, Cya."

Masih dengan setengah senyum, Cya mencoba menutupi ekspresi ketakutannya agar Nina tidak berpikir macam-macam tentang dirinya, "Aku tadi hanya merasa pusing sedikit saja, ma."

"Katakan pada mama, apa sudah terjadi sesuatu? Dan dimana kakakmu?" Nina nampaknya masih tak percaya dengan jawaban dari Cya.

Cya menghela nafas panjang, ia mengelap pipinya yang sudah tak basah akibat air matanya yang mengering, "Aku tidak tahu dimana dia."

"Mama harap kau tidak berbohong, Cya." Kata Nina akhirnya diiringi dengan hembusan nafas berat.

Cya mengangguk, wajahnya begitu datar dan tatapannya sangatlah kosong.

Meskipun begitu, sudut bibirnya masih bisa ia tarik keatas. Ia sangat senang saat melihat Nina begitu mencemaskan keadaan dirinya.

Nina berdiri dari duduknya, merapikan sedikit pakaian atas yang ia kenakan, "Kau beristirahatlah sayang, mama akan membuatkanmu sup hangat." Lagi dan lagi Cya tersenyum lembut, hatinya begitu menghangat mengingat begitu perhatiannya Nina kepada dirinya. Nina mengecup singkat pipi Cya sebelum melenggang pergi kearah dapur.

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang