54 - Choose to abortion

69.1K 3.9K 161
                                    

Jangan lupa vote & comment

Alfath menggenggam tangan Cya kemudian membelai kepala Cya dengan sangat lembut, "Aku benci melihatmu seperti ini."

Alfath memejamkan matanya, matanya benar-benar sayu dan kelihatan lelah, "Sadarlah Cya. Hentikan drama sialan mu ini!"

Alfath berdiri dari duduknya, mengecup singkat bibir Cya kemudian memeluk tubuh Cya yang kaku dan sedikit dingin, "Maafkan aku.." Lirihnya.

PUK.

Alfath melepaskan pelukannya, membalik badan kemudian langsung mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Kau menangis?"

"Tidak."

Nina menganggukan kepalanya seraya meletakkan sekantung bubur kacang merah diatas meja, "Makanlah. Sedari semalam kau belum memakan apapun."

"......" Nina menghembuskan nafas panjang melihat sikap Alfath yang saat ini jauh lebih tertutup dari biasanya.

Tak ada satupun asupan yang masuk kedalam tubuh putra semata wayangnya itu dikarnakan Alfath sejak semalam sama sekali belum memakan apapun.

Nina mendudukkan bokongnya diatas sofa, memandangi tubuh Cya yang lemah lalu mengalihkan pandangannya kepada Alfath.

"Mama tau kau pasti memikirkan soal ucapan dokter kemarin."

Alfath hanya diam, ia pun sama seperti Nina--- yaitu sama-sama mendudukkan bokongnya diatas sofa atau lebih tepatnya disebelah Nina.

"Mama tidak yakin bahwa anakmu bisa diselamatkan."

Deg.

Alfath menolehkan kepalanya seiring kedua alisnya saling tertaut.

"Usia kandungan Cya saat ini masih satu bulan, hm maybe udah hampir dua bulan."

Dahi Alfath semakin mengkerut, pertanda bahwa pria berperawakan tinggi itu tidak mengerti maksud dari ibundanya.

"Diusia seperti itu, anak yang dikandung Cya itu masih berupa janin. Dan mama pikir mustahil rasanya bila bisa menyelamatkan janinnya tanpa seorang ibu."

"Jadi maksud mama, anakku tidak bisa diselamatkan?" Setelah sekian lama, akhirnya Alfath mau mengeluarkan suara serak baritonnya.

Nina mengedikkan bahunya, "Mama tidak tahu. Coba kau temuin dokter itu dan tanyakan secara detail perihal masalah ini. Tapi kalo menurut mama sih lebih baik kau selamatkan Cya...."

Nina memandangi tubuh Cya yang terbaring tak berdaya diatas ranjang rumah sakit, "....kasihan putriku. Diusia nya yang masih muda, ia sudah menanggung beban yang sangat berat." Lanjut nina diiringi tawa sumbang.

•••••

Tok..tok..

"Masuk.."

Alfath membuka knop pintu lalu segera ambil duduk didepan meja sang dokter yang kemarin menangani Cya.

"Bagaimana? Apakah anda sudah mengambil keputusan? Jangan terlalu lama berpikir, itu bisa membuat kondisi pasien semakin menurun." Kata sang dokter.

"Apakah kandungan yang masih berusia satu atau dua bulan itu bisa diselamatkan?"

Dokter itu meletakkan pulpen berwarna hitam yang ia pegang, melipat kedua tangannya diatas meja kemudian tersenyum kecil, "Bisa."

"Bagaimana caranya? Sementara kandungan itu masih berupa janin?" Tanya Alfath.

Dokter itu berdehem sekilas, "Tentu itu semua dilakukan dengan bantuan dari Tuhan Yang Maha Esa dan juga alat-alat medis yang sudah sangat memungkinkan."

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang