LUCYATHA HAURTSANY ✔

265K 8.6K 259
                                    

Jangan lupa vote & comment⚠

New York, 01.00 pm - Horace Mann High School

Disini...tepatnya dikelas.
Suasana nampak sunyi, ada sebagian murid yang tertidur, bermain ponsel dibawah kolong, dan ada juga yang mengumpat berbagai kata-kata kasar, but didalam hati.

Hanya suara goresan pena, penjelasan guru, suara batuk baik yang disengaja maupun tidak disengaja dan suara ketukan spidol yang sedari tadi menorehkan tintanya dipapan tulis.

Berbeda dengan para siswa atau siswi lain, justru ada salah satu siswi yang sibuk memerhatikan penjelasan guru secara seksama. Bahkan sedari tadi jari-jemarinya sangatlah ahli dalam mencatat semua apa yang dijelaskan.

Tak sampai disitu, otaknya pun ikut berputar keras untuk mencari jawaban yang pas sesuai dengan penjelasan yang telah diberikan oleh sang guru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak sampai disitu, otaknya pun ikut berputar keras untuk mencari jawaban yang pas sesuai dengan penjelasan yang telah diberikan oleh sang guru.

Untung saja, bangku yang ia duduki berada didepan sekali tepat berhadapan dengan meja guru sehingga memudahkan nya untuk menerima dan melihat apa yang dijelaskan dan diterangkan.

Ia adalah gadis pendiam, pemalu, tetapi tergolong gadis yang cerdas bahkan selalu mendapatkan peringkat pertama dikelas.

Ia juga adalah tipekal gadis yang ideal, wajah yang cantik, tubuh bak gitar Spanyol dan yang paling memikat adalah iris matanya yang berwarna coklat. Entahlah, mungkin sudah dari lahir.

Tapi dibalik itu semua, ia adalah korban bullying dari para gadis yang dijuluki famous di sekolah ini, ia bahkan kerap kali dicaci dan diperlakukan secara kasar oleh geng's famous.

Meskipun begitu, ia tidak pernah menyimpan dendam sedikit pun. Ia justru menganggap bahwa hinaan seseorang adalah sebuah motivasi bagi dirinya.

Memang terkadang ia sering menangis apalagi di saat mereka menolehkan luka pada dirinya baik fisik maupun batin.

Dan parahnya ia juga adalah gadis yang mengalami broken home dimasa kecil. Ia sangat trauma.. tetapi ia mencoba tegar dan berdamai dengan masa lalu.

Banyak pria yang menyatakan perasaan cinta pada dirinya namun semua itu ia tolak. Karna ia tahu, bahwa pria itu hanyalah mengambil keuntungan dari kepintaran otak dan juga wajah cantiknya.

Ia tidak memiliki teman disini.. Tidak ada yang mau berteman dengannya karna takut akan ancaman dari geng's famous.

Walau begitu, para guru sangatlah menyayanginya. Karna kenapa? Karna selain memiliki paras yang cantik, ia juga dikenal sebagai gadis pintar, sopan, dan lugu.

Asal kalian tahu, dari kecil ia tak pernah sekalipun melakukan hal seperti yang namanya pacaran. Boro-boro untuk berpacaran, berdekatan dengan pria saja sangatlah anti baginya.

Hanya ada satu orang yang sangat berarti baginya dan ia rela melakukan apapun asal orang itu bahagia. Orang itu adalah Lidia, yang tak lain ibu kandung dari gadis tersebut.

Ibu yang telah melahirkannya.
Ibu yang telah membesarkannya.
Ibu yang telah merawatnya.
Meski dimasa lalu, ibunya telah melakukan sebuah kesalahan fatal yang mengakibatkan kematian seseorang yang sangat dicintai oleh gadis tersebut.

Tapi perlu diingat, ia bukanlah tipe gadis yang pendendam. Ia menganggap bahwa semua kesalahan dimasa lalu hanyalah sebuah pelajaran untuk masa ke depan.

Cukup sudah berceritanya!

Gadis itu tersenyum lebar, ia berhasil menemukan rumus fisika yang sangat menyulitkan ini.

Ia mengangkat tangan sembari didalam hati melafalkan berbagai doa, meminta agar jawabannya tak mengkhianati hasil.

Sang guru tersenyum, ternyata gadis itu lagi yang selalu bisa menjawab pertanyaan sulit darinya.

Sang guru mengangguk kemudian memberikan spidol kepada sang gadis untuk segera menuliskan jawabannya.

Jari jemari lentiknya sangatlah lihai dalam menulis, bahkan jika boleh jujur tulisannya sangatlah bagus dan sangat berbeda jauh dengan tulisan sang guru yang lebih mirip dikatakan ceker ayam.

Setelah menulis, gadis tersebut dipersilahkan duduk kembali ke tempat bangkunya. Sang guru meneliti semua jawaban yang telah diberikan oleh sang gadis.

Guru tersebut tersenyum, selalu saja benar. Ia mendekat lalu bertepuk tangan.

"Jawabanmu benar Lucyatha."

Lucyatha atau yang sering disapa Cya tersenyum senang, ia menghembuskan nafas lega "Terima kasih pak."

Semua murid disini berdecih, mereka sangat tak suka bila Cya menjadi siswi kesayangan para guru. Mereka bukannya iri, tetapi entah kenapa mereka tak suka, intinya tak suka.

"Rajinlah belajar ya Cya. Bapak harap, nilaimu tidak turun." Nasihat bapak guru dan ditanggapi Cya dengan seutas senyum tipis. Ia akan rajin belajar dan berusaha agar nilainya tak turun demi sang ibu dan masa depannya.

💙instagram : @alsagstn

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang