22.3 - Cya's past ✔

90.9K 4.6K 310
                                    

Jangan lupa vote & comment

Aku rela mempertaruhkan nyawaku demi melihatmu bahagia.

Baca sambil denger musik di mulmed ya..

Dia berjalan mengendap-endap.
Membawa berlian digenggamannya, ia tak ingin berlian-nya jatuh pada orang yang tak bertanggung jawab.

Dalam hati ia merafalkan berbagai macam doa. Tubuhnya basah dibanjiri keringat.

Sedangkan berlian kecilnya itu tak henti-hentinya menampilkan senyum terbaiknya. Ia sangat senang ketika sang jagoan datang, menolong lalu merengkuh dirinya.

Dia berjalan disebuah lorong kecil yang terletak di bangunan megah ini. Kebetulan sekali dibagian bawah dekat lobi, itu terdapat sebuah lorong kecil yang kerap kali dilewati oleh para OB disini.

Dia hanya berharap bahwa dirinya beserta berliannya akan segera keluar dari tempat terkutuk ini.

Ia tak masalah jika nyawanya menjadi taruhannya, ia hanya ingin berlian berharganya selamat, itu saja.

Suara riuh tepuk tangan mengagetkan keduanya, ia dan juga berlian berharganya menoleh.

Jantungnya seolah jantung ke dasar perut, bagaimana bisa pria sialan itu tahu keberadaannya disini!?!

Dan juga..

Kenapa bisa istrinya ada disini? Bukankah tadi mereka berdua sudah dilumpuhkan oleh dia. Ya meski diakui, bahwa keadaan pria sialan dan istrinya itu jauh dari kata rapi alias penuh lebam dan luka.

"Ternyata kau menemukannya.x Dia semakin mengeratkan pelukannya pada berlian kecil yang ia miliki.

"Good job Aron." Timpal istrinya-- Lidia.

Cya yang melihat adanya Lidia, berniat melepaskan pelukan sang ayah. Namun Aron enggan untuk melepaskan pelukannya, mulutnya melengkung membentuk sebuah senyuman.

"Please.." rengeknya pada sang ayah.

Aron menggeleng tidak, guratan takut jelas terlihat diwajahnya.

Cya menangis. Ia hanya ingin memeluk ibunya, apakah itu salah?

"Putriku menangis, ia ingin mendekatiku. Apakah itu salah PAPA?."

Lidia menyeringai, ia mendekati Aron lalu mengambil alihkan putrinya.

Aron menepis secara kasar lengan Lidia, "Dia putriku!"

Lidia memutar matanya jengah, "Dan aku yang melahirkannya." Sungutnya tajam.

"TAPI KAU BERNIAT MENJUAL PUTRIKU JALANG!" Teriaknya murka. Ia tidak peduli jika Lidia tersinggung, karna ia tidak ingin putrinya kenapa-napa dan lontaran itu begitu saja keluar dari mulutnya.

Lidia meneguk salivanya susah, hatinya mencelos. Baru kali ini Aron berkata kasar padanya. Biasanya kalau Aron marah, Aron tetap akan memanggilnya dengan nama bukan embel-embel menjijikkan.

Lidia segera merubah ekspresi keterkejutannya, matanya menatap sendu wajah putri kecil yang telah ia lahirkan, "Ikut mama ya sayang."

Aron menggertakkan rahangnya, "Jangan ikut wanita iblis ini princess, dia ingin menjualmu dan dialah penyebab kamu ada disini." Kini ucapan Aron tak dapat lagi dikontrol oleh akal sehat.

Ekspresi Lidia tumpul, belum sempat ia ingin mengatakan sesuatu. Darrel sudah lebih dulu memotong.

"Cukup dramanya! Membalikan barangku!" Kilahnya tajam.

Step Brother [#1 FHS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang