Pesan dari Penulis :
Banyak kejadian yang sudah ane alamin selama menulis cerita ini, dan memang kebanyakan dari pengalaman yang sudah terjadi semuanya ada diluar logika nalar manusia biasa. Entah ini hanya kebetulan atau memang sudah disengaja, bagi ane pribadi.. sekali lagi semua ini terasa ajaib diantara percaya & ga percaya (bukan karena nyaman ya.. jujur kalo ane bisa berhenti, ane pengen banget berhenti sekarang juga).
Kedepannya ane ga bakalan memaksa pembaca untuk mempercayai sepenuhnya tentang apa yang bakal ane coba sampaikan, karena sekali lagi hal-hal yang sudah berbau metafisika (gaib) memang sangat sulit untuk dijelaskan. Ambil pelajarannya saja & jangan terlalu terbawa arus untuk “masuk lebih dalam”, melebihi apa yang akan ane sampaikan di sisa cerita ini.
.
.
.
.
Jujur aja selama ane bekerja di mantan perusahaan ane dulu, tidak sedikitpun ane atau temen-temen mencoba untuk mencari tahu tentang asal-usul bangunan tersebut. Bukan karena menutup mata & telinga, tapi semua kenyataan disana mungkin terlalu kelam bagi kami manusia biasa yang hanya bisa menebak tanpa sebuah titik pasti. Begitu juga awal ane nulis cerita ini, sedikitpun ane masih gatau banyak tentang sejarah bangunan itu.Lebih baik untuk tidak tahu sama sekali, daripada menyalahi kodrat yang melebihi batasan. Bukankah begitu?
***
Perkenalkan, nama saya Langgeng. Kalian boleh mengenal saya dalam cerita ini, tetapi jangan pernah sekalipun kalian mencoba menyebut nama saya atau menebak persepsi tentang saya di kehidupan nyata.Karena sudah digariskan dalam persetujuan antara saya dan Ibu Suminah, beberapa manusia sudah dipilih untuk menceritakan kisah ini. Sebuah kisah yang sudah terkubur lama oleh waktu & mungkin sudah saatnya kebenaran harus diungkapkan.
Sekali lagi melalui sebuah keajaiban, ane diperbolehkan kembali melintasi ruang & waktu. Menuju ke banyak experience metafisika yang kemudian membukakan mata ane akan sisa cerita – Ya.. Entah bagaimana semua ini bisa terjadi, waktu itu ane bisa bertemu dengan seseorang pria berbadan tinggi, besar, dan tegap. Dengan rambut panjang hampir sepinggang. Satu sosok yang bisa ane bilang sangar, sesangar-sangarnya manusia deh pokoknya.
Dari kejauhan raut mukanya terlihat bahwa pria ini adalah orang yang ramah. Tetapi terkadang dia memberikan pandangan mata tajam ke ane waktu ane diem-diem perhatiin dia, (mungkin karena baru pertama kali ketemu ya) yang akan membuat ciut nyali seseorang seketika. Tambahan.. dibawah mata pria ini ada semacam codet hitam ala tentara gitu, jadi agak merinding disco juga waktu itu. Satu hal yang menurut ane agak janggal, karena di pertemuan ini ane bertemu dengan orang yang berpakaian adat seperti salah satu suku di Kalimantan. Sedangkan ane berpakaian normal apa adanya seperti orang jaman sekarang.
Clingak-clinguk ane bingung mau ngapain, ga mungkin juga ane yang salah kostum. Akhirnya ane beraniin diri buat datengin pria tadi sekedar buat tanya-tanya atau nyapa aja. Dan untungnya waktu itu bukan cuma ane aja manusia yang bisa dianggap “normal” di tempat itu. Dari arah lain, ane lihat ada dua orang manusia.. yang berpakaian normal tentunya.. datang menghampiri sosok pria tadi berbarengan dengan saya. Dan ya.. hari itu adalah hari pertama saya bertemu dengan satu sosok yang kemudian kita kenal baik beliau dengan nama Langgeng. Disamping itu, ada juga Om Hao & Mbah KJ (2 orang tadi) yang juga mendapati kesempatan untuk bertemu langsung dengan Langgeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misthorpath
HorrorJangan pernah sembunyi, karena bagaimanapun ia akan tetap menemukanmu. Di lemari, bawah kasur, belakang pintu, atau di langit-langit. Kau yakin tidak ada yang memperhatikanmu saat kau tidur? Kau yakin hanya ada kau di kamarmu? Coba perhatikan sudut...