Waktu itu, tepatnya malam minggu, aku dan kelima temanku berkumpul.
Aku (Bagus), Fahmi, Jef, Raihan, Zaenal dan juga Firya.Kami memang biasa seperti ini, setiap sabtu sampai minggu kami menghabiskan waktu bersama mulai berkeliling kota bersama, tidur sama, sarapan sama, berenang, main game, berbagi cerita. Semua hal kami lakukan bersama kecuali mandi. Pasalnya, salah satu dari kami adalah seorang wanita.
Malam itu, kami berkumpul di salah satu rumah teman yang berada di daerah perumahan karyawan kebun kelapa sawit. Disana, banyak rumah-rumah kosong dan jarak rumah yang satu dengan rumah lain cukup jauh dikarenakan halamannya yang begitu luas. Ini adalah kawasan perumahan untuk karyawan yang berpangkat, dan selalu dijaga setiap hari baik siang maupun malam.
Tetapi, bagaimana satpam perumahan tersebut bisa berkeliling setiap hari dengan luas lahan perumahan yang berhektar-hektar ini?
Ah lupakan! Terlalu konyol untuk memikirkannya, yang jelas kami berkumpul di rumah anak karyawan berpangkat. 😒
Cuaca cukup terang dan terlihat banyak bintang, kami bernyanyi dengan iringan gitar dan makan makanan ringan. Posisi kami duduk berhadap-hadapan.
"Kita gini-gini doang? Gak bosen gitu?" Firya dengan senyum miringnya melihat kami satu persatu.
"Ya trus, gimana lagi coba?" Fahmi menyahuti.
"Oke gini aja. Aku tantang kalian jalan dari sana terus kesana baru balik kesini. Gimana?" yang dimaksud Firya 'dari sana', ia menunjuk jalan gelap disisi kanan rumah Jef dengan rumah kosong yang berjejer disebelah kanan jalan tersebut sedangkan 'kesana', ia menunjuk jalan gelap disisi kiri rumah Jef dengan satu rumah kosong sebelah kiri serta semak belukar didepannya.
"Ah, lu aja kali Fir," jawab Raihan dengan sedikit tertawa.
Lalu aku teringat kejadian malam jum'at lalu waktu kami berkumpul, yang jelas malam itu kami tidak bersama dengan Firya dan Zaenal karena berhubung rumah Firya jauh, dan ia juga masuk kuliah senin sampai jum'at sedangkan Zaenal bekerja.
"Eh masi ingat nggak waktu jum'at kemaren kita ngumpul?" aku mencoba mengingatkan temanku yang lain.
"Emm! Iya-iya bang, aku inget!" kata Jef yang langsung menghentikan aktivitas bermain gitarnya.
"Yang ada suara lemparan itu?" Fahmi menelisik.
"Iya, pas kita cerita yang serem-serem itu kan?" aku melirik rumah kosong didepanku, yang tepat berada di belakang Jef dan juga Raihan.
"Ialah bang gus, jadi merinding kan... Mana jalanan sunyi lagi," Jef yang melihat kebelakangnya juga spontan menggosok lengan berototnyanya.
Malam jum'at lalu, ketika kami sedang duduk disini, kami mulai cerita pengalaman horor. Bermula di malam minggu kemarin, ketika Fahmi dan Jef pulang dari rumahku, motor si Jef mogok didekat sungai arah ke rumahnya, yang ia tahu Julia —nama motor miliknya—tidak pernah bermasalah sebelumnya, dan saat yang bersamaan Fahmi juga melihat penampakan wanita dengan gaun putih di pinggir jalan dekat pabrik yang terbengkalai. Perlu diketahui, arah rumah Jef dan Fahmi itu jauh berbeda. Dari rumahku, Jef sebelah kiri dan Fahmi sebelah kanan. Tetapi di jam yang sama, mereka sama-sama menemukan kejanggalan.
Kami hanya menceritakan ulang kisah itu di malam jum'at lalu, tapi tiba-tiba suara seng yang dilempar dengan benda keras mengagetkan kami. Kami mencari sumber suara tersebut, awalnya kami menebak itu berasal dari rumah sebelah lalu kami melanjutkan cerita. Belum berapa lama, suara lemparan itu semakin kuat dan kali ini kami tahu suara itu berasal dari rumah yang berada tepat didepan rumah Jef.
Rumah kosong itu begitu gelap, ditambah ilalang-ilalang dan rerumputan liar tumbuh subur disisi rumah.
Lemparan kedua yang cukup keras itu membuat kami tercengang beberapa saat. Lalu kami berbicara dengan mulai berbisik, bukan melanjutkan cerita tetapi,
KAMU SEDANG MEMBACA
Misthorpath
HorrorJangan pernah sembunyi, karena bagaimanapun ia akan tetap menemukanmu. Di lemari, bawah kasur, belakang pintu, atau di langit-langit. Kau yakin tidak ada yang memperhatikanmu saat kau tidur? Kau yakin hanya ada kau di kamarmu? Coba perhatikan sudut...