Agus, melangkah masuk
Ruslan mengikuti dibelakang, ia melihat perempuan itu yg masih menunduk, memberi hormat pada mereka, setelah Agus dan Ruslan duduk, ia menutup pintu, menguncinya
"saya kebelakang dulu untuk mengambil makanan, terima kasih, saya tidak perlu melakukan hal buruk pada anda"
"Goblok" ucap Ruslan, "kamu gak bilang maksudnya lihat itu begini, aku kira nanti malam kita sembunyi buat lihat sendiri"
Agus hanya diam, ia tidak menggubris mulut Ruslan, tiba-tiba, perempuan itu muncul, "mas Agus benar, bila kalian datang sembunyi2, kalian bisa celaka!!"
"mbaknya tahu namanya Agus darimana?" tanya Ruslan,
"saya pun tahu, nama anda Ruslan" perempuan itu meletakkan dua gelas kopi, tangannya begitu telaten, termasuk saat menghidangkan jajanan pasar itu, Ruslan tidak lagi bicara, ia fokus pada ekspresi perempuan itu yg datar.
"saya sudah sering melihat petaka dimulai dari ketidaktahuan dan rasa penasaran, sejujurnya, hal itu memang bersifat lumrah dan dimiliki oleh setiap manusia, termasuk anda, jadi, apakah semua sudah jelas mas Agus"
Aagus hanya diam, keningnya berkeringat, Ruslan baru menyadarinya
Agus tidak banyak bicara, ia meraih segelas kopi, menyesapnya perlahan, kemudian melirik Ruslan, "kopinya aman Rus, diminum saja"
Ruslan pun merasa canggung, ia tidak mengerti, perempuan itu duduk, dan tidak memandang mereka, matanya kosong melihat tempat lain
dengan perlahan, perempuan itu menengok pada Agus dan Ruslan, "kalian masih ingin tahu ada apa disini?"
Agus dan Ruslan diam saja, tidak ada pembicaraan lagi, saat Agus kemudian mengatakannya, "terimakasih suguhannya, saya pamit mbak Lastri" Agus berdiri, perempuan itu menganggukRuslan merasa aneh, ia tahu, Agus tiba2 berubah semenjak ia melewati pintu, seperti ada sesuatu yg tidak dapat ia katakan, manakala mbak Lastri sudah membuka pintu, Agus dan Ruslan melangkah pergi, ketika tiba-tiba, Ruslan tercekat, di luar rumah mbak Lastri, berjejer pocong
Agus dan Ruslan bergegas pergi, ia mencium aroma busuk yg membuat Ruslan menutup hidung, meski Agus berjalan biasa saja, ia seperti melamun, matanya kosong, Ruslan segera menutup pintu, ia melihat pocong-pocong itu menatap rumahnya, disana, perempuan itu masih berdiri di pintu
"ada apa gus sebenarnya?" tanya Ruslan, Agus hanya bengong, matanya benar-benar kosong
karena lelah menunggu Agus menjawab, Ruslan memberikan sebatang rokok dimulut Agus, beberapa saat kemudian Agus seperti baru sadar, "Cok, minggat yok" (pergi yuk)
Ruslan, heran
Agus masuk ke kamar, memasukkan semua bajunya ke tas secara serampangan, Ruslan yg masih kebingungan lantas, mendorong Agus bertanya dengan kesal "Onok apa sakjane" (ada apa sih sebenarnya) "koen mau loh gak ngene, opo gara2 kopi mau" (kamu tadi loh gak papa, apa karena kopi)
Agus menggeleng, "kopinya gak papa Rus, tapi" Agus menelan ludah, seperti lidahnya keluh,
"kamu sih bodoh, ngapain nyamperin ke rumahnya, jadi gini kan sekarang" Ruslan menatap Agus kesal, "itu pocong pasti sengaja biar aku lihat kan, sialan si Lastri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Misthorpath
HorrorJangan pernah sembunyi, karena bagaimanapun ia akan tetap menemukanmu. Di lemari, bawah kasur, belakang pintu, atau di langit-langit. Kau yakin tidak ada yang memperhatikanmu saat kau tidur? Kau yakin hanya ada kau di kamarmu? Coba perhatikan sudut...