Padusan Pituh 5

1.5K 8 0
                                    

stasiun sangat ramai, sembari menunggu kereta datang Mira duduk sembari beberapa kali ia membolak balik lembaran dalam buku itu, mencoba mengingat detail yg ia lupakan, namun sayangnya tak ada yg ia ingat, Mira tersadar saat ada seorang lelaki mendekatinya, bertanya kepadanya, 

"mbak punya korek ndak?" kata lelaki itu, "buat ngerokok"

Mira melihat lelaki itu sengit, tak menjawab pertanyaanya, 
si lelaki beringsut mundur takut, dari jauh lelaki lain berambut gondrong memanggilnya, "Rus, ayok, bis e wes tekan" (Rus, bisnya sudah datang) 

si lelaki menatap kawannya sebelum ia menatap perempuan itu lagi "jangan galak-galak mbak, ndak dapat jodoh nanti"

"Ruslan asu!! telat kene" (Ruslan Anj*ng!! nanti telat kita)

"iyo Agus Asu!!" kata lelaki itu, dua orang aneh itu perlahan pergi, Mira menatap kereta sudah datang, 

Mira melangkah masuk ke gerbong, ia menatap pemandangan itu untuk terakhir kalinya, ia siap dengan semua yang sudah menunggunya, ia harus mencari tahu siapa Lindu dan dia di kampung halamannya. 

sudah lebih dari 6 jam Mira duduk di gerbong, sudah puluhan orang datang dan pergi, waktu berlalu begitu cepat, membuat Mira sendiri bertanya-tanya, apa yg dia cari selama ini, dan perlahan semua terungkap namun matanya menangkap seorang wanita tua, ia duduk sembari mengawasi 

sejak tadi, wanita itu tak kunjung pergi, ia mengenakan gaun lawas cokelat, dengan belanjaan tas sayur di samping kakinya, Mira berusaha mengabaikannya, namun aneh, Mira merasa wanita tua itu terus melihat dirinya, tak sedetikpun ia berpaling, ekspresinya begitu dingin 

merasa ada yang salah dengan si wanita, Mira berdiri, ia berniat untuk pergi, Mira mengangkat tas punggungnya, tapi si wanita ikut berdiri, membuat Mira semakin yakin ada yg salah dengannya, 

Mira melangkah pergi, sesekali ia melihat si wanita mulai berjalan mengikuti 

di gerbong lain, Mira melihat banyak sekali orang menatapnya aneh, Mira berjalan tenang berusaha membaur dengan mereka, ia menoleh namun tak di dapati si wanita itu, belum, sampai si wanita melangkah masuk mendekatinya, Mira kembali berjalan berusaha menjaga jarak, 

Mira memilih berhenti, ia duduk di salah satu kursi paling sudut, sesekali ia melihat si wanita, aneh sekali, kali ini si wanita hanya berdiri diam, mematung

Mira mencoba tenang, ia terus meyakinkan dalam dirinya tak ada yg salah, tak ada yg salah, berulang-ulang kali, 

di jendela hujan deras turun, langit mendung, sementara kereta mulai memasuki area persawahan, Mira merapalkan jaket, memeluk tas punggung, sembari sesekali mengawasi, si wanita masih berdiri tapi anehnya, tak ada satupun orang yg merasa terganggu dengan kehadirannya 

seorang lelaki yg duduk di depan Mira juga bersikap aneh, saat mata mereka bertemu, ia langsung membuang muka seakan melihat sesuatu yg mengerikan, Mira menatapnya lekat-lekat tangannya gemetar hebat sembari mencengkram koran,

"pak" tanya Mira, si lelaki tersentak kemudian pergi 

kepergian lelaki itu membuat Mira semakin bingung, ia menatap ke tempat di mana wanita itu berdiri, ia masih di sana, namun sesuatu terjadi

hening, Mira tak bisa mendengar apapun, bahkan suara hujan di luar jendela pun tak bisa ia dengar, si wanita mengangkat tangan menunjuk

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang