10 LL

224 8 0
                                    

Ruslan mendekati Agus, ia seperti orang ling-lung, bahkan melihat Ruslan pun, Agus enggan

"ilingo Las, kejadian opo sing tau onok nang kene" (ingat dulu Las, kejadian apa yg pernah terjadi di tanah ini) 

wanita asing itu, mengelus rambut Lastri, sementara Ranggon itu hanya diam,

"aku jek iling mbak yu" (aku masih ingat mbak) kata Lastri, ia menatap mbah Por, seakan kejadian itu baru kemarin,

Lastri dan mbah Por sudah menyaksikan bagaimana tanah ini pernah menjadi mimpi terburuk 

"dia bukan ibu kandungmu, tapi, kamu sampai mau menjadi Gundik'colo, hanya agar bisa merawatnya, padahal, sudah berapa banyak orang di siksa oleh Ranggon yg kamu peluk ini" kata wanita itu, "ingat lagi kejadian itu, dan sekarang, ada yg tahu dia hidup, kontraknya selesai" 

wanita itu kembali berbisik,"keluarga Anggodo!! sudah menginginkan kepalanya sejak dulu, dan sekarang aku kesini menagih kontrak yang sudah kamu sepakati, benarkan Por, kamu juga ada disana, mendengar Lastri bersumpah, setelah menjadi Gundik'colo itu!! BIARKAN DIA MATI sekarang!" 

"sebagai orang yg menerima penderitaan menjadi Gundik'colo dan mengorbankan semuanya sepertimu, aku ikut bersimpati, bahkan sampai kau curi berapa banyak tali pocong untuk kau tanam di tanah ini agar tak satu orang pun mau mendekati tanah ini, tapi, pemuda itu, dia sudah tahu" 

"Por" kata Lastri, "koen wes tak anggap dulurku, awakmu gelem mateni bajingan iki!!" (kamu sudah saya anggap saudara sendiri, kamu mau ikut membunuh bajingan satu ini)

wanita itu tersenyum, lantas menatap Pornomo, 

mbah Por tampak pucat, ia menggelengkan kepalanya 

"wes talah tri, aku gak isok mbantu awakmu, gelar Gundik'colo sing wes mok panggul iku ngunu abot di tambah tugas jogo Ranggon, ilingo, ilingo opo sing biyen di lakoni ambek Ranggon sing mok jogo iku!!" "wes pirang arek di sikso ambek menungso biadab iku!!" 

"sudah lah tri, aku tidak bisa membantumu, gelar Gundikcolo yg kamu emban sudah sangat berat, di tambah tugas menjaga Ranggon, ingat, ingat apa yg dia pernah lakukan, Ranggon yg kamu jaga itu siapa!!" "berapa banyak anak di desa ini yg sudah dia siksa, manusia biadab!!" 

wanita itu berdiri, ia menjilati darah di parangnya, sementara mbah Por memaksa Lastri melepaskan Ranggon yg lehernya sudah mengangah, "wes talah culno" (sudahlah, lepaskan dia) kata mbah Por,

ditengah ketegangan itu, Ruslan lantas berdiri berteriak, "ASLINE ONOK OPO IKI!!" 

(SEBENARNYA ADA APA INI!!)

semua mata lantas memandang Ruslan tajam, Ruslan menelan ludah, sebelum kembali menunduk lalu diam

"ceritakno Por, ben cah ambu lengkuas iku ngerti onok opo nang kene!" (ceritakan Por, biar anak bau lengkuas itu mengerti ada apa disini) kata si wanita 

mbah Por mendekati Agus dan Ruslan, lalu menunjuk rumah Lastri

"dulu, itu adalah rumah orang terpandang di desa ini" kata mbah Por, "beliau orang yg baik, bijaksana dan di hormati penduduk desa, namun sayang, umurnya tidak panjang, ia meninggalkan seorang isteri tanpa anak" 

"namanya adalah Candramaya, setiap hari, Candramaya duduk di depan rumah ini, menyaksikan anak2 desa bermain di depan rumah, karena hanya rumah ini yg punya latar luas untuk bermain, termasuk, aku dan Lastri" kata mbah Por, "namun, sesuatu terjadi" 

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang