2 LL

243 5 0
                                    

Ruslan kaget bukan main saat mendengarnya. "masa, masih ada perempuan seperti itu"

"iya" agus mengangguk, "kelihatan" 

"dari aroma dan cara dia berjalan kelihatan sekali dia Gundik'colo"

Ruslan geleng kepala, 

"serem juga ini tempat, pergi gak kita ini" sahut Ruslan,

"gak usah, yang penting, hati-hati aja sama tuh perempuan" batin Agus, matanya melihat sudut dapur, 

"lihat apa"

"Pocongan" 

"matamu" kata Ruslan,

Agus hanya geleng-geleng kepala, 

"ada berapa?"

Agus menatap Ruslan, "masih 7 sih Rus, kayaknya nanti malam keluar semua" Agus pun menutup pintu dapur, "biarin lah" Agus melipir ke kamar, diikuti Ruslan, "Asu" umpatnya berkali-kali 

Malam itu, masih awal dari segalanya. manakala Agus sudah terlelap dalam tidurnya, Ruslan mengintip dari jendela kamarnya, disana, jauh ditempat rumah tempat perempuan itu tinggal, ia tengah berdiri tepat di jendelanya, tengah menatap tempat Ruslan mengintip. 

"Asu koen Gus, gara2 lambemu, aku gak isok turu" (Anj*ng kamu gus, gara2 mulutmu, semalam gak tidur aku) sahut Ruslan mengejar Agus yg sudah menyampirkan tasnya, bersiap menemui Koco yg sudah menunggu diluar rumah, beberapa kali Agus melirik Ruslan, senyumannya mengembang 

"sing ngongkon awakmu gak turu iku sopo" (yg nyuruh kamu gak tidur itu siapa) sahut Agus, cengengesan, sampai didepan, Agus membuka kain yg ia gunakan untuk menutupi makanan, ketika kain dibuka, Ruslan melompat, melihat makanan semalam, dipenuhi belatung yg memakan saripatih 

bau busuk langsung menusuk hidung Agus dan Ruslan. 

"bosok" (busuk) ucap Agus, "ayo wes, kawanen" (yasudahlah, kesiangan kita)

Agus dan Ruslan melangkah keluar, tepat di depan rumah, tiba-tiba, mereka berhadapan dengan perempuan itu, ia menunduk, mengucap "monggo" 

Agus ikut menunduk, kemudian, melewatinya.

Ruslan yang sedari tadi memperhatikan, melihat gelagat mata perempuan itu yg mengikuti sosok Agus yg terus berjalan cepat, di sudut bibirnya, perempuan itu tersenyum, namun, Agus tidak tahu akan hal itu. 

"he, gus, wong iku mau ngguyu loh ndelok awakmu, gak wedi ta" (gus, orang tadi senyum loh lihat kamu, gak takut)

"tresno paling ambek aku" (suka kali sama aku) sahut Agus, tertawa-tawa 

"gak wedi di senengi ambek ngunu iku" (gak takut kamu di sukai yg seperti itu) 

"gak, iku ngunu jek menungso kok" (gak lah, bagaimanapun, dia masih manusia kok)

lama mereka berjalan di bawah kebun pohon jati, sampailah mereka di jalanan setapak, menuruni jalan utama, sebelum melihat Koco dan semua teman-temannya, Agus dan Ruslan bertegur sapa 

sebelum memulai pekerjaannya. 

Ruslan masih kepikiran ucapan Agus semalam, semuanya berputar dalam kepalanya, mulai dari tanah layat, pocong sampai Gundik'colo, semua itu, tidak asing baginya, kecuali, masih ada perempuan seperti itu di jaman seperti ini.

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang