Pt. 2

153 5 0
                                    

pekerjaan macam apa yg di gaji setinggi itu. Sri mulai ragu.

ia pulang, menceritakan sama bapak, 

namun, bapak mengatakan hal yg sedari tadi di pikirkan Sri.

"firasat bapak kok gak apik yo ndok, opo gak usah budal ae, golek maneh ae" (firasat bapak kok buruk ya, apa gak usah aja, cari yg lain)

namun Sri meyakinkan, bahwa ia harus kerja

kapan lagi, ia mendapat pekerjaan dengan gaji setinggi itu.

dalam hati kecil Sri, ia ingin melihat terlebih dahulu, pekerjaan apa yg di berikan kepadanya, keesokan harinnya, ia pergi, ke rumah mbah Krasa, disana, ia melihat Erna dan Dini, mereka sama-sama terkejut satu sama lain

seperti sebelumnya, mereka, di panggil satu persatu, hingga tiba giliran Sri, kali ini, ia melihat semua anggota keluarga mbah Krasa.

ada 7 orang, yg kesemuannya, duduk memandang Sri, sama seperti sebelumnya, mereka seperti mengamati Sri dari ujung kepala, hingga mata kaki.

"ngeten mbak, kulo bade tandet, sampean purun, nyambut ten mriki, soale, onok pantangan'e, nak sampeyan purun, pantangane ra isok di cabut maneh" (begini mbak, saya mau tanya dulu, anda setuju bekerja disini, karena ada larangan keras bila anda sudah menerimannya, larangannya-

-tidak akan bisa dicabut) kata seorang wanita yg lebih muda. umurnya berkisar sekitar 30'an.

"larangan nopo nggih mbak" (larangan seperti apa?)

Sri bisa melihat gelagat aneh, karena mereka saling memandang satu sama lain, seakan pertanyaan Sri tidak perlu mereka jawab.

mbah Krasa berdiri dari tempatnya, ia lalu berbisik pada Sri "uripmu bakal dijamin, nek awakmu gelem ndok, tapi nek awakmu gak gelem, mbah gak mekso" (hidupmu akan terjamin bila kamu mau, tapi saya tidak mau memaksa kalau kamu tidak mau)

tidak ada jawaban dari pertanyaan Sri.

namun, Sri memberi jawaban pada saat itu juga.

"nggih, kulo purun" (iya, saya mau)

Sri pun melangkah pergi, ia menemui Dini dan Erna, rupannya, mereka semua diterima bekerja disini. disini? adalah pertanyaan yg akan membuat mereka kebingungan, terutama, saat malam mereka tiba.

Malam itu. ketika mereka semua sudah datang di rumah ini. tampak mbah Krasa sudah menunggu bersama anggota keluarga lain, disini, ia menjelaskan, bahwa mereka bertiga, akan di tugaskan, di sebuah rumah lain, sebuah rumah yg sangat jauh, jauh sekali, rumah di dalam sebuah hutan.

Sri dan yg lain bingung, tidak ada penjelasan ini sebelumnya, namun, mereka sudah berjanji mau menerima pekerjaan ini.

rumah macam apa yg di maksud pun Sri tidak mengerti, ada sebuah mobil yg sudah siap mengantar mereka, disana, sopir mereka, akan menjelaskan pekerjaannya.

Mobil sudah bergerak, Sri, Erna dan Dini, masih terlihat kaget, satu sama lain tidak ada yg bicara, bingung, Sri memberanikan diri bertanya kepada sopir, namun sopir, memberi isyarat bahwa mereka, tidak boleh bicara terlebih dulu, seakan-akan, mereka di buntuti sesuatu.

ada kejadian menarik yg membuat Sri semakin curiga, setiap persimpanga, si sopir berhenti, mengambil sesuatu dari belakang, meletakkannya di tengah jalan, seperti bunga-di dalam kotak yg terbuat dari daun pisang.

hal itu, menimbulkan kecurigaan apa yg sebenarnya ia lakukan.

hal itu terus menerus dilakukan, sampai akhirnya, mobil sudah meninggalkan kota, jauh, dan perlahan mulai memasuki area hutan, jam menunjukkan pukul 12 malam, saat kegelapan hutan, mulai menyelimuti mereka

tidak terbayangkan, bahwa mereka, akan tinggal di dalam hutan segelap ini

kiri kanan pepohonan, dengan semak belukar, Mobil terus berjalan, sampai, tiba di sebuah jalan setapak, perlahan, mobil melesat masuk, diatas jalan setapak yg di tumbuhi rumputan liar, mobil terus menerabas memaksa masuk.

Sri dan yang lain, mulai merasa tidak nyaman dengan ini.

"pak bade ten pundi niki, kulo mboten di pateni kan" (pak, kita mau kemana, saya tidak akan di bunuh kan?) tanya Dini.

si sopir hanya tersenyum, tetap memaksa mobil, menembus sela pepohonan, seakan mencari jalan di tengah gelap hutan yg di penuhi kabut di sepanjang jalan.

setelah jauh masuk ke dalam hutan, mobil berhenti di sebuah semak dan pohon yg tidak lagi bisa di lalui mobil, ada kejadian aneh, dimana ada satu pohon yg tidak terlalu besar, tumbang begitu saja

si sopir keluar dari mobil, menyingkirkan pohon tumbang itu, dan darisana ada jalan

setelah melewati jalan yg naik turun, mereka sampai di sebuah rumah gubuk, terbuat dari kayu yg di susun serampangan, atapnya tidak terlalu tinggi, terlihat sangat kumuh, bahkan lebih kumuh dari rumah Sri, darisana, muncul seorang pria tua, yg seperti sudah menunggu mereka semua.

Sri dan yg lain turun, kemudian si sopir menjabat tangan si pria tua, mencium tangannya, sebelum memperkenalkan Sri dan 2 orang lainnya.

"mulai tekan kene, bapak iki sing jelasno kabeh" (mulai dari sini, si bapak yg akan menjelaskan semua)

tampak dari luar, bapak itu sudah uzur, bahkan carannya berjalan saja seperti kewalahan menyangga badannya sendiri.

ia tidak bicara banyak, hanya memperkenalkan namannya, pak Ageng, katannya, lalu, ia mengajak Sri dan yg lain masuk ke rumah itu, ia menunntunya masuk ke kamar

disalah satu kamar itu, Sri dan yg lain, kaget bukan maen, karena tepat di atas ranjang, ada sebuah peti mati, keranda mayat, di dalamnya, ada seorang gadis yg mungkin masih SMU, masih muda, ia memejamkan matannya, di badannya, ia melihat nanah busuk dan garis lebam hitam, siapa?

"nami kulo Tamin, kulo ngertos, akeh sing kepingin njenengan2 takokno, enten opo sing kedaden nang kene" (nama saya Tamin, saya mengerti, pasti banyak yg ingin kalian tanyakan tentang apa yg barusaja kalian lihat disini)

si pria tua itu membungkuk, sebelum melangkah keluar kamar

"onok opo asline nang kene" (ada apa sih sebenarnya ini) kata Dini, ia tidak bisa mengalihkan pandanganya pada gadis itu.

matanya terpejam, di kurung oleh bambu kuning yg di bentuk menyerupai keranda mayat, Sri dan yg lain, yakin, ada sebuah rahasia di tempat ini, namun apa itu!

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang