→ Rumah Sakit Suram
Sore itu aku mengantar temanku ke rumah sakit dimana orang tuanya bekerja yang terletak di ujung kota berjarak 30 menit dari rumahku. Sampai di gerbang rumah sakit itu, aku tertegun. Cat-nya yang sudah kusam dan pohon-pohon besar nan gelap mengelilinginya. Aku baru tahu ada rumah sakit seperti ini di kotaku.
Suasana begitu lengang, hampir tidak ada orang. Temanku menjalani operasi usus buntu, aku menunggu di luar ruang dan memperhatikan sekeliling. Lorong-lorong rumah sakit itu gelap seakan sesuatu bersembunyi disana, seakan banyak pasang mata sedang mengawasi. Pandanganku tak bisa berpaling dari lorong itu, aku penasaran. Aku berjalan di lorong itu melihat ruangan satu persatu, aneh. Mengapa banyak ruang kosong? Hampir ku lewatkan sebuah kamar jika sesuatu yang cepat itu tidak melintas. Aku mendekati kamar itu, suara tangisan seorang anak terdengar pelan namun sangat jelas. Aku masuk mencari suara itu dan benar, anak perempuan dengan baju tidur abu-abu dan warna merah seperti percikan. Aku mendekatinya yang menekuk lutut tertunduk menyembunyikan wajahnya."Hey, mengapa kau menangis?" aku memegang bahunya dan merasakan tubuhnya yang gemetaran. Ia mendongakkan wajahnya dengan tangannya yang menutup mulut. Aku melihat wajah pucatnya, rambutnya yang serasa tak pernah disisir sebulan. Pandanganku beralih ke noda merah di kerah bajunya. Aku menyadari bau amis yang sedari tadi menusuk hidungku ternyata berasal dari anak itu.
"Tunggu aku akan panggilkan dokter untukmu, jangan kemana-mana"
Ketika aku bangkit dia menarik celanaku."Tidak, jangan. Jangan lakukan itu kumohon. Bawa aku pergi dari sini"
Dia berbicara dengan kepala tertunduk dengan kedua tangan menahan celanaku.
"Kenapa?"
"Karena mereka akan menyakitiku seperti ini"
Aku terperangah melihat mulutnya yang terkoyak, dagingnya seakan menyembul keluar dengan darah kental yang mengering.
Aku hampir tak ingin melihatnya. Aku menelan ludahku dengan berat, ketakutanku telah menguasai tubuhku."Tolong bawa aku keluar dari sini kumohon, ayo pergi sebelum mereka menemukan kita"
Aku teringat temanku yang tengah di operasi, aku menarik lengan anak itu dan berlari keluar kamar, melewati lorong dan sampai di depan kamar tempat dimana sepupuku di operasi. Aku melihat noda darah di gagang pintu dua daun itu dan segera membukanya. Aku hampir muntah melihat usus berurai di atas meja operasi dan mataku tertuju pada tubuh seseorang tergeletak disana. Aku membuka kain putih yang menutupi tubuhnya dan syukurlah itu bukan temanku.
"Kau mencari siapa?"
"Temanku, temanku yang tadi operasi disini"
"Aku sering melihat anak laki-laki keluar masuk rumah sakit ini dan anehnya teman yang selalu ia bawa masuk tidak pernah kembali bersamanya, tempat kau duduk disitu tadi, itu adalah tempat duduk antrian kematian. Kau beruntung tidak terlalu lama duduk disitu"
"Temanku sedang sakit usus buntu dan ia sedang..."
"Dia selalu membuat alasan yang sama" gadis itu memotong penjelasanku. "Ayo kita pergi"
Jika aku tidak beranjak dari sini malam ini juga, sesuatu akan terjadi padaku. Aku segera berlari menuju pintu keluar dan tanpa sengaja aku melihat sebuah foto dan beberapa sertifikat penghargaan terpajang di dinding dekat pintu masuk. Aku meraih foto itu dan membawanya pergi. Dengan tergesa-gesa aku menghidupkan mobilku bergegas pulang dan membawa anak kecil itu.
Setelah agak jauh kami berkendara gadis kecil itu mengeluarkan suaranya. "Kau tidak menunggu di kursi kematian itu, itulah sebabnya mereka mencarimu dan meninggalkan 'tempat kerja' mereka."
"Tempat kerja? Maksudmu ruangan operasi tadi?"
"Iya benar dan aku pernah berada di situ"
"Tapi bagaimana kau bisa...." Aku tak bisa melanjutkan kalimatku karena aku menyadari sesuatu. Jantungku berdegup kencang. Aku menghentikan mobilku dan melihat ke kursi belakang. Tidak ada siapapun disana padahal aku ingat jelas bahwa aku tadi membukakan pintu untuk gadis itu dan membawanya pergi. Aku bergidik ketakutan. Tidak mungkin aku tadi berhalusinasi.
Aku melihat sebuah foto berbingkai yang tadi ku raih. Aku mungkin tak memperhatikannya saat aku masuk, tapi dalam foto itu temanku berdiri bersama dokter dan suster, tidak, tepatnya ayah dan ibunya yang tadi menyambut kami.
.
.
++++Shin Ri Tae++++(24/12/2016)Aku harap kalian tidak takut, karena gadis kecil itu sedang melihatmu sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Misthorpath
TerrorJangan pernah sembunyi, karena bagaimanapun ia akan tetap menemukanmu. Di lemari, bawah kasur, belakang pintu, atau di langit-langit. Kau yakin tidak ada yang memperhatikanmu saat kau tidur? Kau yakin hanya ada kau di kamarmu? Coba perhatikan sudut...