6 LL

194 6 0
                                    

"kamu pulang saja, teman kamu sudah gak bisa ditolong" sahut lelaki tua itu kepada Ruslan, namun, Koco mencoba bilang, "tapi mbah, yg dulu juga mbah kan yg nolongin"

"beda kasus itu le" kata si lelaki tua, "kalau yg ini, temanmu sejak awal disukai sama cah gendeng iku" 

"cah gendeng mbah?" tanya Koco,

"apalagi kalau gak gendeng tuh bocah, aku tau perjalanan hidupnya sampai dia jadi begitu, saya sih bisa kalau adu ilmu, tapi ya, Gundik'colo ini" lelaki tua itu tertawa, ia melempar pocong yg Ruslan lihat dengan tulang ayam, "saya bisa mati" 

"lalu bagaimana mbah?" tanya Koco,

"temanmu itu ilmunya juga lumayan, dia pasti ada alasan kenapa mau, kalau dipelet sih, gak yakin aku, pasti ada yg dia sembunyikan" kata si mbah, sekarang, ia melempar apapun kearah pocong diluar rumah, Ruslan bingung, seperti ia sengaja 

Koco sudah tidak bicara lagi, namun kemudian, Ruslan mengatakan apa yg seharusnya ia katakan dari tadi,

"mbah bilang tadi tahu perjalanan hidupnya, mbah kenal sama mbak Lastri?" 

setelah Ruslan mengatakan itu, lelaki tua itu berhenti bermain sama pocong di depannya, ia diam 

"ia saya kenal dia" lelaki tua itu kini duduk, ia menutup pintu setelah meludahi pocong yg mau masuk ke rumah, "guru saya yg membantunya menjadi Gundik'colo seperti sekarang, namun itu semua, atas dasar keinginannya sendiri"

"Lastri, sebenarnya, seusia sama saya"

"kalian ada rokok" sahut lelaki tua itu,

Ruslan memberi tanda pada Koco, Koco langsung tahu maksud Ruslan, ia meraba saku celana, mengeluarkan sebatang rokok, memberikannya pada lelaki tua itu, ia menghisap rokok sebelum mengatakannya

"Lastri bukan yg pertama di kampung ini" 

"maksudnya mbah" tanya Ruslan, 

"Lastri bukan Gundik'colo pertama di sini, karena, dulu, sudah ada Gundik'colo juga sebelum Lastri"

Koco beringsut mundur, Ruslan apalagi, lehernya meremang, merinding, satu Gundik'colo saja sudah gak waras, ini, malah sudah ada sebelumnya 

"lalu, bagaimana akhir Gundik'colo sebelumnya mbah?" tanya Ruslan, Koco hanya bisa menelan ludah, di rumah kayu itu, mendadak, hening, sepi sekali, bahkan, api petromax bergoyang tidak normal, lelaki tua itu tampak berpikir sebelum

"Lastri ada di depan, sebaiknya kalian kembali" 

lelaki tua itu berdiri, ia membuka pintu, jauh di sana, mbak Lastri berdiri di teras rumah, matanya kosong melihat kearah pintu, lelaki tua itu menatap Ruslan dan Koco,

"saya tidak bisa membantu banyak, temanmu, dia sudah ada di rumah, masalah ini, coba selesaikan dengannya" 

Ruslan melirik ketika ia berpapasan dengan Lastri yg kemudian masuk ke rumah lelaki tua itu, ia mendengar Lastri menggumamkan sebuah nama, "Pornomo", jadi, nama lelaki tua itu adalah Pornomo, untuk apa, Lastri masuk ke rumahnya, apakah ada sesuatu yg mau mereka bicarakan, 

"Edan!! aku jek gak percoyo, Gundik'colo jek onok, mese onok 2 pisan nang deso iki, gendeng" (Parah!! aku masih gak percaya, Gundikcolo masih ada, malah ada 2 lagi di desa ini, Gila) kata Koco di atas motor, 

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang