Sesajen Part 1

436 8 0
                                    

Cerita ini di mulai bukan untuk menceritakan kematian perempuan itu, melainkan menceritakan teka-teki, dari seseorang yang menjadi saksi, berbagai hal yang membingungkan, bahkan mengerikan yang ia temui, selama mengabdi pada keluarga CIPTO, dan disini, gw akan memulai ceritanya. 

setelah kejadian itu, memang banyak desas-desus yang hampir di ketahui semua warga desa, tapi, tidak ada yang berani mencari tahu lebih jauh, dan perlahan-lahan, kejadian itu, lenyap seperti embun. menghilang begitu saja, dan kemudian, dilupakan. 

seseorang yang menceritakan ini adalah tetangga dari Cangah gw, sebut saja namanya, pak BUDI, dulu, saat masih muda, setelah selesai menempuh pendidikan SMP, beliau mengawali karirnya sebagai kernet sopir Truk. 

berbagai perjalanan sudah ia jabani, mulai dari rute antar kota sampai rute antar provinsi,

semua pengalaman ini, memupuknya menjadi pribadi yang tangguh, dan membuatnya menjadi salah satu orang yang bisa mengendarai, mulai dari mobil pick up, sampai Truk gandeng. 

karena dirasa jalan hidup sebagai sopir ekspedisi tidak membuatnya menjadi pria yang mapan dengan segala tuntutan bahwa ia adalah anak pertama yang harus sukses, pak Budi pun berhenti menjadi sopir truk

sebuah jalan terbuka, ketika tetangganya memberitahu, bahwa, keluarga CIPTO- 

sedang mencari seorang sopir Pribadi.

semua tahu, siapa keluarga CIPTO, terlepas dari desas-desus yang tersebar, pak BUDI nekat, melamar kerja, dan hari itu juga, ia di terima bekerja disana. karena saat itu, tidak banyak, orang bisa menyetir mobil seperti saat ini. 

meski mereka bertetangga, namun, ini adalah kali pertama, pak Budi, masuk ke kediaman keluarga CIPTO, yang membuatnya berdecak antara kagum dan ngeri, sebegini besarnya rumah ini, namun, entah kenapa, ada perasaan tidak enak melihat semua perabotan dirumah ini, seolah ia di awasi 

saat itu, yang mengantar pak Budi, adalah bu Asirih, wanta tua yang umurnya berkisar antara 50'an, namun masih terlihat bugar, ia jarang berbicara dengan wanita ini, karena keseharian beliau adalah didalam rumah, tanpa sekalipun berbicara dengan tetangga. 

sebenarnya, ini bukan hal yang aneh mengenai keluarga CIPTO, karena mereka seperti terasing, meski sudah lama tinggal di desa ini, bagi para tetangga, mereka terasa seperti tidak tinggal di dunia yang sama, seolah mengundang banyak sekali pertanyaan, termasuk para penghuninya. 

"monggo, mriki mas" (silahkan, kesini mas) kata bu Asirih lembut dengan logat jawanya.

selama di perjalanan, pak Budi melihat kesana kemari, menganggumi berbagai patung aneh yang ia temui, terpasang di beberapa sudut bagian rumah ini, gaya desainya, benar-benar masih kejawen. 

saat itulah, ketika pak Budi menikmati pemandangan itu, matanya teralihkan pada sebuah pemandangan mencengangkan.

diujung matanya, ia melihat seorang anak kecil, seusia adiknya, sedang duduk, di tepi kolam ikan, ia melihatnya lama, dan kemudian teralihkan pada seorang wanita. 

wanita ini, berdiri tegap di belakang si anak. dan cara dia melihat pak Budi, benar-benar tidak mengenakan, karena ia melihat pak Budi masih dengan postur tubuh tegap, hanya bola matanya yang mengikuti kemana pak Budi pergi, di sudut bibirnya, ia seperti tersenyum menyeringai. 

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang