Padusan Pituh 6

1.6K 9 0
                                    

"wes suwe aku ngenteni kowe, sing ragil sing paling janjeni" (sudah lama saya nunggu kamu, yg paling muda, yg paling menjanjikan)

ruangan itu pengap, tak seorangpun di ijinkan masuk, orang-orang desa menunggu di luar rumah, anak lelaki bernama Ara itu terus berbicara, 

"ragil?" ulang Mira, "tapi saya anak pertama"

"ora" kata Ara, "awakmu ragil, aku wes tahu ketemu ambek kabeh pakane Rinjani, koen sing terakhir" (saya sudah pernah bertemu dengan makanannya Rinjani dan kamu adalah yg terakhir)

Mira tak mengerti, anak itu masih memandanginya, 

Mira menurunkan tas punggungnya, mengeluarkan buku tua, ia membuka lembar perlembar sampai di gambar wanita dengan rambut panjang itu, Mira menunjukkan gambar itu pada anak lelaki itu dan wajahnya seketika berubah, ia memalingkan wajah, "nduk" katanya seraya berpaling, 

"ojok pisan-pisan kowe wani nduduhno aku Rinjani!!" (jangan sekali-sekali menunjukkan kepadaku Rinjani!!) ucap Ara, 

"apa itu Rinjani?"

Ara meminta Mira memasukkan kembali bukunya sembari ia menata duduknya, sebelum ia mulai mengatakannya, 

"Rinjani adalah ingon milik Codro!!" 

"aku kenal karo bapakmu nduk" (saya mengenal siapa ayahmu) ucap Ara, "dia orang baik, sekaligus abdi kuncen yg bisa di percaya, dia jaga tempat itu karena memang tidak boleh sembarang orang mendekatinya"

"Kuncen Padusan pituh" 

"suatu hari ada dayoh datang ke tempat itu" Ara diam, ia mencoba mengingat kembali kejadian itu "dayoh itu adalah poro benggolo, mereka datang menyampaikan pesan bahwa tuan mereka akan datang kesini untuk mengambil sesuatu yg menjadi miliknya. kamu tahu apa itu?" 

Mira menggelengkan kepala,

"Rinjani"

Mira tidak mengerti maksud dari Ara, namun Ara seperti bisa membaca pikiran Mira,

"Rinjani dulu manusia, terlalu kuat tapi justru karena kuatnya dia, Codro ingin menjadikannya ingon miliknya" 

"simbol warna dalam budaya jawa hanya ada dua, hitam dan putih" Ara menjelaskan, "untuk menguasai putih seseorang harus benar-benar hitam terlebih dahulu, Rinjani benar-benar hitam, sudah ratusan orang melihat kengerian yg ia ciptakan" 

"setiap Rinjani datang ke desa-desa, anak-anak pasti menangis, selusin orang akan mati, Rinjani seperti penyakit, namun suatu hari entah apa yg terjadi dengannya, mungkin karena terlalu kuat atau apa, dia mengurung diri di sana, tempat akhirnya bapakmu mau jadi sebagai kuncennya" 

"Rinjani ingin menjadi putih, ia sudah melalui jalan sehitam itu, namun sayangnya, Codro tak membiarkannya, ia ingin Rinjani tetap hitam, malam itu adalah malam yg paling gelap, ternak banyak yg mati, gagal panen di mana-mana, tapi Codro ingin Rinjani" 

"setiap hari, Codro kirim anak-anak ke tempatnya, Rinjani suka anak-anak, terutama anak perempuan, ia suka membelai rambut mereka, namun rasa suka itu perlahan menggerogoti isi kepalanya, Rinjani mulai berubah, ia mencabut sehelai demi sehelai rambut anak-itu, sampai mati!!" 

"setiap hari, selalu ada anak perempuan yg masuk ke tempatnya dan tidak pernah keluar lagi, Kuncen yg semula menjaganya karena ingin Rinjani berubah, mulai ragu, mereka tidak mau lagi menuruti perintah Codro memberi Rinjani anak lagi" 

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang