Pt. 13

181 6 3
                                    

Sewu dino sudah semakin dekat,

artinya, tidak ada kesempatan lagi untuk membuang-buang waktu,

sampai, terdengar suara mobil datang, Dela dan Sri terdiam, manakala, ada seseorang datang mendekat

langkahnya pelan, ia menyusuri ruangan, kemudian, menampakkan dirinya didepan Sri dan Dela

mbah Krasa melihat Sri, tatapannya kecewa, lalu, ia mendelik melihat Dela, yang entah bagaimana, langsung duduk bersimpuh di depan mbah Krasa, 

ia, membelai rambut Dela, seakan dia adalah binatang peliharaannya,

"wes ngerti yo nduk awakmu" (rupannya kamu sudah mengerti ya)

"terno Sri nang kamare" (antarkan Sri ke kamarnya) kata mbah Krasa, orang yg berdiri dibelakangnya, membawa ikut Sri, 

ia hanya bisa melihat, mbah Krasa yg masih menatapnya, Dela, hanya melirik Sri dengan tatapan penuh ancaman, seakan ia, belum selesai dengan semuanya

seseorang mengetuk pintu kamar, lalu membukanya, Sri melihat wanita tua anggun itu, tidak ada segan lagi untuknya, Sri justru merasa kesal setiap melihat tatapan matanya yg terbungkus kaca mata tebal menggerikan itu,

"Sri, bantu mbah nggih" (Sri, tolong, bantu saya)

"jumat kliwon, guk lahir e Dela ta mbah, tapi weton lahire sing nyantet putune njenengan, opo aku salah mbah" 

(Jumat kliwon, bukanlah hari lahir Dela, tetapi hari lahir dari orang yg menyantet cucu anda, apa saya salah mbah)

mbah Krasa mengangguk, ia mengakuinya

"njenengan pingin tiange sedo, ngelalon kulo ambek Dini" (anda ingin mengakhiri nyawa dia melalui saya dan Dini)

mbah Krasa mengangguk lagi, 

Sri tidak tahu harus bilang apalagi, namun kemudian, sebelum tangisanya meledak, mbah Krasa membisikkan sesuatu, 

"tolong" lalu pergi

pagi itu, mbah Tamin dan Dini sudah kembali,

seseorang memanggil Sri dari dalam kamar, ia melihat mbah Krasa duduk bersama Dela, ditengah meja, Sri melihat kotak itu, lagi

lantas, Dini mulai membukanya, dari dalam, Dini mengeluarkannya, "Pasak jagor" 

semua orang menatap Sri

pasak Jagor, boneka yg Sri lihat, nyaris sama persis, jadi, mbah Tamin dan Dini, semalaman mencari benda ini, di badan boneka, ada lilitan rambut kusut yang sama persis seperti Sri lihat, mengingatkannya pada Erna.

"engkok bengi, kabeh mari nang kene"
(nanti malam, kita akhiri)

Dela mendekati Sri, ia menatap Sri seakan ingin tahu, tatapanya lebih lembut, ia berucap dengan suara lirih

"matur nuwun nggih mbak, gak bakal tak lalino jasane sampeyan" (terimakasih ya kak, saya gak akan pernah lupa jasa kamu)

Sri hanya mengangguk, ia sudah tidak perduli

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang