[2] Shroud

1.3K 37 1
                                    

Banyak orang bilang, mimpi hanyalah bunga tidur. Tapi, aku tak bisa mempercayainya setelah mimpi yang terjadi malam itu. Aku percaya hal-hal mistis, gaib ada di dunia ini dan makhluk itu berada di dimensi lain. Apakah ini semacam gangguan makhluk tersebut ataukah pertanda buruk?  Coba kalian simpulkan dengan membaca ceritaku ini.

Malam itu, aku bermimpi sedang berkumpul bersama tiga temanku. Dua orang di antaranya kakak adik, yang kakak bernama Mima dan adiknya bernama Ram. Sedangkan temanku yang satu lagi bernama Kim. Kami saling bertukar cerita horor namun hanya aku saja yang diam mendengarkan karena aku tak pernah punya kesan horor dalam hidupku tapi aku tetap percaya pada hal semacam itu. Aku penakut tapi untuk mendengarkan cerita horor aku selalu penasaran. Bodoh.
Ketika kami sedang asik cerita dikamarku, kain putih mirip kain kafan jatuh entah darimana tepat menutupi Ram. Saat itu kami di posisi duduk melingkar. Kami segera menjauhinya dan Ram dengan cepat membuangnya. Kami tak tahu kain itu berasal dari mana tapi seingatku aku tak pernah menaruh kain putih dikamarku. Kami diam melihat satu sama lain dengan bingung.

"Tok tok tok" Bunyi ketukan pintu depan rumahku. Kami tahu kami salah, jam 1 malam gadis seperti kami belum saja tidur dan gangguan semacam ini tidak bisa kami hindari. Tidak ada yang beranjak dari posisi yang masih mendekam ketakutan. Aku tahu, itu bukan orang tuaku juga bukan tetanggaku. Jika itu orang tuaku pasti aku akan mendengar ucapan salam begitu juga dengan tetanggaku. Bahkan jika mereka tidak Islam sepertiku, mereka akan berusaha memanggil jika perlu. Kami semua menyadari itu. Menyadari bahwa yang ada di balik pintu itu bukanlah seorang manusia tetapi itu adalah makhluk lain.

"Tok tok tok" Suara ketukan itu terdengar kembali saat kami tengah berpikir dalam kebingungan dan ketakutan.

"Ayo kita buka pintunya" Kim berbicara padaku namun aku hanya menggelengkan kepala. Aku takut. Di dunia ini, sosok hantu yang paling aku takutkan adalah pocong. Meski aku takut dengan hantu lain tapi hantu yang inilah yang paling aku takutkan.

"Ayolah" Kim memaksaku.

Entah mengapa Kim ini begitu penasaran walaupun dalam ketakutan. Akhirnya aku menyetujuinya. Kami membuka pintu depan dan tidak ada apa-apa disana. Kami mengunci pintu dan kembali ke kamar.

"Aku yakin tadi aku mendengar suara ketukan, tapi ketika kami membuka pintu, tidak ada siapapun disana" jelas Kim pada kedua temanku.

"Tok tok tok" suara ketukan itu berasal dari pintu samping. Aku menatap Kim dan menggelengkan kepalaku, aku tak mau lagi,  sungguh.

"Ayo Ken, sekali lagi aku melihat tidak ada orang disana maka aku tidak akan membukakan pintu lagi"

Aku menarik nafas dengan berat. Kim menarik tanganku yang mulai dingin. Aku beranjak dan menatap kedua temanku yang sudah menggigil ketakutan. Aku pikir ini adalah pengalaman hororku yang pertama. Kim memegang tanganku dan berjalan ke arah pintu samping rumah. Ia membukanya dan hasilnya sama, tidak ada apapun disana.  Kim menutup kembali pintunya tetapi ia berhenti tiba-tiba.

"Kenapa kita tidak melihat di pojokan dekat pintu, kenapa hanya melihat depan pintu saja? "  Kim kembali membuka pintu dan mengeluarkan kepalanya untuk melihat pojokan pintu. Kim membatu tapi dengan cerobohnya aku mengikuti tindakannya dan aku juga membatu. Ku lihat hal yang paling menakutkan di hidupku. Dia berbalut kain kafan berdiri di pojokan pintu rumahku dengan wajah busuk dan mengeluarkan aroma tak sedap. Pocong.
Kim gemetar sama sepertiku namun aku telah kehilangan akal selama bertatapan dengan makhluk itu. Kim menarik tanganku, bukan masuk ke dalam rumah melainkan berlari ke rumahnya. Aku merasa tubuhku sangat ringan hingga aku terseret akibat Kim berlari kencang. Yang paling menyebalkan, Kim melepaskan pegangannya hingga aku terpental masuk kedalam semak gelap. Sudah kubilangkan aku penakut? Apalah yang dapat dilakukan seorang penakut sepertiku selain menutup mata telingaku dan menahan nafas mendengarkan suara degup jantungku yang memburu. Aku harap makhluk itu tak menemukanku tapi harapanku sama tingginya dengan kekecewaanku ketika aku membuka mataku sedikit, hanya sedikit, aku melihat ia tengah memperhatikanku. Aku pikir itu hanyalah bayangan seorang penakut sepertiku. Aku menelan ludahku dan tanpa sadar aku menarik nafas, saat itulah aku sadar itu bukanlah halusinasi ketika aku mencium bau busuk seperti aku bersama Kim tadi. Oh ya, Kim kemana? Entahlah. Aku masih sibuk dengan ketakutanku. Aku kembali menahan nafas, menutup mata dan telinga.
Sesaat kemudian aku terbangun dari mimpi yang tampak nyata itu. Keringat mengalir di pelipisku, aku sempat kaget dengan keringatku sendiri hingga aku dengan sedikit gila menampar pelipisku sendiri. Wah benar-benar luar biasa.

Kalian tahu yang terjadi pada temanku Ram,  yang tertimpa kain kafan itu? Dua tahun kemudian dia meninggal, selama dua tahun pun aku masih di hantui oleh 'itu'. Aku enggan menyebut namanya, karena itu memang sangat menakutkan bagiku. Dari mimpi horor itu juga aku jadi sering mengalami lucid dream disertai tindihan. Disaat seperti itu aku hanya bisa berdoa dan pasrah terhadap sang pencipta, berharap perlindungan darinya.

Suatu saat mungkin aku akan bermimpi kain putih itu akan jatuh ke kalian.
.
.
++++Shin Ri Tae++++(24/12/2016)

Good night -_- dan salam hangat dari saya.

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang