Pt. 12

131 5 1
                                    

"Dela yo marani awakmu mambengi" (Dela juga datangin kamu semalam) tanya dini, ia tengah sibuk membasuh baju disumur belakang, Sri yg baru tiba, hanya mengangguk, lalu duduk di sampingnya

"nek wes bengi, Dela kumat, jare mbah, ngunu"
(kalau malam tiba, Dela kumat kata si mbah)

"si mbah sing ndudui awakmu" (si mbah yg kasih tau kamu)

"iyo" "awakmu gak didudui ngunu" (emangnya kamu gak dikasih tau)

Sri tidak menjawab pertanyaan itu, ia hanya melihat air mengalir, yg ada di hadapanya. "Jumat kliwon" kata Sri tiba-tiba, Dini mengangguk

rupanya, ia tahu

siang itu, si mbah memanggil Sri dan Dini, mereka melihat Dela yg tengah duduk sendirian, ia seperti sibuk dengan dunianya sendiri.

"Dela lahir nang kene, mangkane, gak tak perlakokno koyo nang alas kui, nang kene, wes tak pasang payung penduso nang ben sudut omah"

(Dela lahir diisni, makanya, saya tidak perlakukan dia seperti saat tinggal di hutan, setiap sudut rumah ini sudah saya pasang payung untuk orang meninggal, jadi, jangan khawatir"

mbah Tamin, menyesap rokok, menghembuskanya perlahan, "masalahe sak iki nang kene"

(masalahnya, sekarang disini)

"mene, kamis legi, aku arep jalok tolong nang awakmu, Dini, tolong, golekono, nang ndi Pepetane disingitno, isok"

(besok, kamis legi, saya mau minta tolong, bisa kamu caritahu dimana jimat itu disimpan)

"jimat sing kanggo nyantet Dela"

benar. di malam itu, Sri dan Dini, masuk ke kamar si mbah, disana ia bisa melihat banyak tergantung kepala kerbau yg dipasang di tembok, selain itu, kamar mbah Tamin banyak dihiasi kain merah, bau kemenyan tercium sampai menusuk hidung. mbah Tamin, kemudian melangkah masuk.

ia menyuruh Dini duduk didepanya, membiarkan Sri berada di samping Dini, "awakmu bakal ndelok kebon tebu, golekono wong sing mok temoni nang kunu, tutno, nang ndi wong iku engkok longgoh"

(nanti, kamu akan melihat kebun tebu, disana ada orang, cari dan ikuti dia, sampai ia duduk disebuah tempat)

mbah Tamin kemudian meminta Dini meminum air degan hijau, memijat-mijat kepalanya, sambil mengusap asap kemenyan, ia lalu menghantam kepala Dini dengan telapak tangan,

"Sri, tolong jogo dini, mbah kate metu" (Sri tolong jaga Dini, si mbah, mau keluar dulu)

mbah Tamin pergi, sementara Dini, tersungkur pingsan, di dahinya, ia terus berkeringat, berkali-kali, ia tampak seperti orang yg meracau, mengatakan sesuatu seperti "peteng" (gelap)

namun, Sri telaten, membersihkan keringat Dini, ia juga membantu Dini agar bisa tidur dengan posisi yg benar. ia terus menjaga Dini sepanjang malam, si mbah, tidak juga kembali, semakin malam, Dini semakin kacau, ia menjerit, seperti tengah berlari, nafasnya terengah-engah.

yg membuat Sri tersentak ketika Dini mengatakan "Pak' e ndelok, pak 'e ndelok!! aku dikejar, aku dikejar!!" (bapaknya melihat saya, bapaknya sudah melihat, saya dikejar, saya dikejar)

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang