Ruslan menatap Ranggon, ia hanya merintih kesakitan, Ruslan sendiri tidak yakin apa manusia di depannya masih hidup dan bila memang hidup, bagaimana rasanya menjadi seonggok daging yg harus terus memuntahkan darah dari seluruh lubang di tubuhnya
mulut, telinga, hidung, dubur
tiba-tiba, terdengar suara Lastri berteriak, Ruslan terkejut, lantas ia bersiap menuju tempat itu, saat, tangannya di cengkram oleh Ranggon, Ruslan merinding, bola matanya seperti mau keluar, ia mau mengatakan sesuatu tapi Ruslan tidak paham
Lastri terus menerus berteriak,
karena penasaran, Ruslan melepaskan cengkraman Ranggon, ia berlari menuju suara Lastri, saat, ia melihat seseorang tengah berdiri
Ruslan langsung bersembunyi, ia mengintip dari balik tembok kayu, sosok wanita mengenakan kebaya dengan rambut di sanggul, ia berdiri di depan Lastri
"wes tau tak kandani nduk, dadi Gundik'colo iku abot!!" (kan sudah pernah ku kasih tahu, jadi Gundik'colo itu berat!!)
Ruslan meringkuk, suara wanita itu, dingin sekali, ia mengucapkan kalimat itu dan Ruslan langsung bisa merasakannya, dia bukan orang sembarangan. Ruslan gemetar
tak beberapa lama, pintu terbuka, mbah Por masuk, ia membungkuk kepada wanita itu, seperti memberi hormat "cah lanang kui, wes siap di beleh" (anak lelaki itu siap di sembelih)
Lastri masih bersimpuh di depan wanita itu, ia menunduk, saat wanita itu melewatinya,
"di sembelih"
wanita itu sudah keluar,
mbah Por membantu Lastri, ia menggendongnya, saat itu, mbah Por dan Ruslan bertemu mata, mbah Por seakan memberi tanda pada Ruslan untuk tidak ikut campur, namun, maksud di sembelih itu apa, Ruslan tidak mengerti.
mbah Por pun keluar bersama Lastri, pelan-pelan, Ruslan mendekat menuju pintu, ia harus tahu apa yang terjadi
dari celah jendela, Ruslan mengintip, ia melihat wanita itu masih dari belakang, ia tengah berdiri di tanah lapang, di depannya, Agus di ikat, ia duduk, tampak pasrah
mbah Por menurunkan Lastri, sementara, ada lubang besar di depan Agus, Lastri merangkak mendekati wanita itu, ia menciumi tangannya, sedangkan mbah Por meletakkan dedaunan pisang di samping lubang, sebelum memberikan parang pada wanita itu,
wanita itu mendekati Agus, ia seperti memeriksa kepala Agus, Ruslan hanya bisa melihatnya dari jauh
Lastri hanya diam, ia sudah tidak bisa berdiri lagi, sementara mbah Por berjalan menuju rumah tempat Ruslan berada,
mbah Por masuk, Ruslan langsung menemuinya
"onok opo iki mbah, lapo atek beleh-belehan" (ada apa ini mbah kenapa pakai acara sembelih)mbah Por tampak geram, Ruslan baru sadar, bibir mbah Por mengeluarkan darah, "Koncomu iku menungso paling goblok!! asu!!"
Ruslan bingung.
mbah Por melewati Ruslan, ia berjalan menuju Ranggon, Ruslan yg masih bingung mengejar mbah Por,
"opo maksude mbah?" (apa maksudnya mbah)
mbah Por membuka mulutnya, Ruslan tidak percaya dengan apa yg dia lihat
"kok isok koyok ngunu mbah?" (kok bisa sampai kaya begitu mbah?)
"nek gak onok Lastri, wes pedot iki ilatku, tak belani protol untuku, tapi wong iku jek kepingin ae ndelok menungso gak nduwe ilat" (kalau gak ada Lastri, sudah sobek ini lidahku, aku belain sampai gigiku ompong, tapi manusia itu masih saja pengen lihat orang gak punya lidah)
mbah Por melangkah masuk kamar, ia melihat Ranggon sebelum menggendongnya
Ruslan masih tidak mengerti apa yg akan mbah Por lakukan, "awakmu nang kene ae, bengi iki, bakal akeh getih nang lemah" (kamu disini saja, malam ini akan banyak darah bercucuran)
mbah Por melangkah keluar
Ruslan kembali mengintip ke jendela
Ranggon itu diletakkan tepat di atas daun pisang di samping lubang itu, wanita misterius itu lantas melepaskan cengkramannya dari kepala Agus, ia mendekati Ranggon
mbah Por hanya berdiri melihat, sementara Lastri, ia membuang muka
sayup-sayup terdengar wanita itu bicara,
"wes ngerti koen, Ranggon iki gak bakalan mati nek aku gak ngijino, koyok awakmu nduk" (sekarang kamu ngerti, Ranggon ini gak akan pernah bisa mati sebelum aku ijinkan, seperti kamu nak)
Parang seketika mengiris leher Ranggon,
Ruslan membuang muka, saat Ranggon itu di biarkan mengelepar dengan leher mengangah,
jantung Ruslan berdegup kencang, ia masih mengawasi, sebelum, Ranggon itu berdiri
Ranggon itu berdiri mendekati Lastri dengan kepala tergedek, lehernya hampir saja putus, namun, masih hidup
hening
Ruslan masih mengamati, sampai, sosok wanita misterius itu mengangkat kepalanya melihat tepat di tempat Ruslan mengawasi sembari menghunus parang,
mbah Por ikut melihat Ruslan, ia meminta Ruslan turun,
Ruslan sendiri, terkesiap, apa yg ingin wanita itu lakukan
Ruslan membuka pintu, lalu berjalan pelan mendekati wanita itu, matanya seakan menghipnotis, entah berapa kali Ruslan menelan ludahnya,
mbah Por tidak melakukan apapun, membiarkan Ruslan melewatinya,
termasuk Ranggon yg kini ada di pelukan Lastri, Agus melotot ngeri
saat Ruslan sudah ada di depan wanita itu, jantung Ruslan berdegup kencang, ngeri, gila, Ruslan tidak bisa menggambarkan ketakutan yg ia rasakan, terutama saat mendengar suara dinginnya
"ndangak" (angkat lehermu) kata wanita itu, Ruslan menurut, wanita itu memeriksa leher Ruslan
"arek iku gak salah, Du" kata mbah Por, wajahnya pucat
wanita itu terus melihat leher Ruslan, menyentuhnya dengan jari jemarinya yg berlumuran dengan darah,
dingin, tubuh Ruslan mengejang, tetesan darah yg menyentuh kulitnya, terasa dingin sekali..
setelah memeriksa, wanita itu menatap mbah Por "ambu lengkuas" katanya,
wanita itu mendorong Ruslan, ia mendekati Lastri dan Ranggon, mbah Por segera menenangkan Ruslan, "tenang ae, iku gok seng nduwe lemah iki" (tenang saja, dia bukan yg punya tanah ini) "dia hanya Gundik'colo"
Ruslan tersentak mendengarnya "Gundik'colo maneh" (Gundik'colo lagi)
KAMU SEDANG MEMBACA
Misthorpath
TerrorJangan pernah sembunyi, karena bagaimanapun ia akan tetap menemukanmu. Di lemari, bawah kasur, belakang pintu, atau di langit-langit. Kau yakin tidak ada yang memperhatikanmu saat kau tidur? Kau yakin hanya ada kau di kamarmu? Coba perhatikan sudut...