Pt. 4

129 4 0
                                    

sudah 3 hari berlalu, Sri, Dini dan Erna, bergantian mengurus Dela, mulai memandikanya, memberinya minuman, gadis itu, lebih seperti gadis yg tengah koma di bandingkan gadis yg di santet entah oleh siapa dan bagaimana latar ceritanya, masih terlalu awam untuk tahu, pikir Sri

entah sudah keberapa kali, Sri mendengar Erna dan Dini berbicara tentang Dela, berbicara tentang bau busuk yg keluar dari tubuhnya, sampai kalimat tidak menyenangkan lainya saat mereka tinggal di tempat ini, dan betapa misteriusnya lelaki tua bernama Tamin itu, Sri memilih diam

namun, di luar semua itu, sebenarnya Sri sama seperti yg lain, aroma busuk itu, benar2 menganggunya, selain itu, hidup disini sangat berat, tidak ada orang lain, kiri kanan hanya pohon liar, seakan mereka tinggal di dunia yg berbeda

suatu sore, mbah Tamin pamit, ia akan pergi

ia berpesan kepada Sri dan yg lainya, untuk tetap menjalankan tugasnya, dan tidak melupakan pantangan yg sudah ia ucapkan, salah satunya, untuk tidak lupa mengikat Dela saat membuka keranda itu.

tidak lupa, mbah Tamin juga berpesan, untuk tidak membukakan pintu, pada malam ini.

siapapun dan bagaimanapun, jangan membuka pintu, ucap mbah Tamin, sebelum ia pergi, melangkah menembus pepohonan hutan. 

Sri yg mendengarnya, merasa merinding setiap ingat pesan orang tua itu.

hari sudah gelap, Sri menutup pintu dan jendela, lalu pergi ke kamar, disana ia melihat Dini sudah tidur, di sampingnya Erna tengah meringis menahan sakit,

"koen kenek opo Er?" (kamu kenapa Er) tanya Sri,

"Sri, aku oleh jaluk tulung" (Sri, aku boleh minta tolong tidak)

"jalok tolong opo?" (minta tolong apa?)

"engkok bengi, wayahku ngadusi Dela, isok mok ganteni, mene, wayahmu tak ganteni" (malam ini giliranku memandikan Dela, bisa kamu gantikan, besok, ganti aku yg gantikan kamu)

awalnya, Sri keberatan, namun, melihat kondisi Erna, Sri setuju

setelah menerima permintaan Erna, Sri bersiap mengambil air, ia lupa, bahwa air di gentong dapur sudah habis, terpaksa ia membuka pintu, bersiap untuk menimba air dari sumur.

meski awalnya ragu, Sri mematung di depan pintu, lalu, perlahan membukanya, lalu keluar

entah perasaan tidak enak macam apa yg Sri rasakan, malam ini, lebih hening dari biasanya, tidak terdengar suara binatang malam, seakan membawa ketakutan Sri yg selama ini ia tahan menyeruak keluar

Sri melangkah keluar, ia cepat2 pergi ke sumur, menimbanya, lalu kembali, tapi..

dari sudut mata Sri, jauh di salah satu pohon besar di samping pagar bambu kamar mandi, Sri melihat ada wajah yg mengamati, saat Sri menatapnya, wajah itu menghilang, Sri terdiam cukup lama, namun, ia tetap melanjutkan tujuanya

ia harus cepat melakukan tugasnya,

Sri segera menimba air dengan cepat, tidak lupa matanya awas menatap sekeliling, seakan ia sedang di kejar sesuatu, setelah semua selesai, Sri berlari dan mengunci pintu, perasaan lega langsung di rasakan oleh Sri. kini, ia melangkah menuju kamar Dela.

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang