Pt. 8

124 5 0
                                    

pagi itu, seperti biasanya. Dini dan Erna sudah sibuk dengan kegiatanya sendiri, sementara Sri, ia pamit untuk menghabiskan waktu di kamar, Sri mengaku badanya tidak enak, namun yg sebenarnya terjadi, Sri melangkah pergi, menuju tempat yg ia dengar dari sosok yg ia temui semalam.

menelusuri jalan dengan kabut masih tebal, kiri kanan pohon tumbuh tinggi dengan semak belukar di setiap sisinya, setiap langkah kaki Sri terdengar gemerasak dedaunan yg berserakan dengan aroma tanah yg masih tercium sengak, Sri terus berjalan ke timur, sampai, melihat pohon itu.

dari jauh, pohon itu tumbuh sendiri di antara semak belukar disekitarnya, ada tanah lapang yg terbuka, seakan pohon itu dibiarkan menyendiri, begitu kelam, begitu menenggelamkan, anehnya, Sri justru mendekatinya, seakan hatinya menuntun memanggil namanya.

ia harus melakukanya.

meski cahaya matahari sudah terang benderang, namun di bawah pohon ini, seakan cahaya itu tidak bisa menyentuhnya, kehitaman dari rimbunya dedaunan pohon beringin ini, menciutkan nyali sesiapapun yg ada di sekelilingnya.

Sri menelusuri pohon besar itu, sampai ia menemukanya.

Sri menemukan sebuah kuburan, dengan batu nisan bertuliskan sebuah nama yg familiar,

"Dela Atmojo"

butuh waktu, untuk memproses informasi itu, namun, Sri mencoba menolak pikiran itu, "Dela sudah meninggal kah" batin Sri terguncang, ia kini tersesat dalam bola pikiranya sendiri

entah apa yg Sri pikirkan, ia langsung menggali tanah keras itu dengan jemarinya, manakala tanah itu mulai menyakiti jari jemarinya, Sri mencari bebatuan untuk terus membongkar kuburan itu, ia merasa ada yg salah dengan kuburan ini, termasuk, ukuranya yg tidak terlalu besar

benar saja, apa yg Sri lakukan tidak sia-sia, ia sampai di sebuah kotak kayu yg terbuat dari jati, Sri mengeluarkanya darisana, membongkar penutup kotaknya, disana, ia menemukan sebuah boneka pasak Jagor seperti yg pernah Sri lihat, hanya saja, boneka yg ini, dililit rambut hitam

Sri memeriksanya, rambut hitam itu panjang, melilit boneka, tepat ketika akan membukanya, tiba-tiba, terdengar suara tertawa cekikikan, yg membuat Sri terdiam sejenak, memperhatikan sekitar, tidak ada siapapun disana. detik itu juga, Sri meninggalkan tempat itu, membawa benda itu

ia menyembunyikan benda itu di almarinya, lalu melanjutkan tugasnya hari itu.

Erna dan Dini tidak ada yg curiga, karena ia melihat Sri keluar dari kamar, mereka membersihkan sekitaran rumah, menyelesaikan tugas mereka sebelum malam datang.

mbah Tamin belum akan pulang hari ini.

Malam sudah datang, Sri ada di dapur, ia barusaja melihat Dini mengambil air, malam ini, tugasnya membasuh Dela di kamar, sedangkan Sri memasak untuk esok hari.

Erna ada di dalam kamar, sendirian, ketika tugas Sri selesai, ia berniat pergi ke kamar, firastnya tiba2 memburuk

saat ia menuju ke kamar, Sri berhenti sejenak, melihat Dini yg membilas Dela, ia melihatnya membilas tubuh anak malang itu dengan telaten. 

kemudian, ia lanjut ke kamarnya, disana, Sri tercekat, melihat Erna memegang boneka itu, tanganya, tengah melepas rambut hitam itu.

saat Erna sudah melepaskan rambut yg melilit boneka, tiba2 terdengar suara Dini berteriak yg spontan mengejutkan Sri dan Erna, mereka segera melihat apa yg terjadi.

belum sampai ke kamar Dela, tiba2 sesosok merangkak keluar, menatap Sri dengan senyuman menyeringai,

Dela. pekik Sri dan Erna berbarengan.

sosok Dela melihat mereka sejenak, sebelum memuntahkan sesuatu di depan Sri dan Erna.

"telinga yg terpotong" kata Sri tidak percaya, ia melihat Dini menangis di kamar, memegang salah satu daun telinganya. sosok Dela kemudian pergi, keluar

sebelum Dela pergi keluar rumah, Sri sepintas melihat di salah satu kaki Dela, masih ada satu ikatan tali hitam, apa yg membuat Dela bisa lepas dari ikatan itu. 

Dini masih menangis, sementara Erna cuma bisa diam tidak mengerti, kini, mereka menatap hutan gelap itu darisana,

mereka harus bertanggung jawab, mencari Dela di tengah hutan ini, atau orang tua itu akan membunuh mereka bertiga saat ia kembali esok hari.

Sri melangkah masuk ke dalam kamar, dimana, ia melihat Dini masih menangis, menutupi salah satu daun telinganya, ia hanya terduduk

"Din" tanya Sri, yg hanya di jawab tangisan penuh ketakutan, Sri mendekat, melihat lebih jelas, apa yg terjadi. disana, ia melihatnya, telinganya-

telinga Dini, benar-benar tampak robek dengan darah segar masih mengalir, Dini kehilangan satu daun telinganya.

ketegangan semakin membuncah, manakala Dini tiba-tiba berujar sebuah kalimat, yg Sri yakini sebuah pesan "Sewu dinone cah ki, kari ngitung areng"

(sisa waktu seribu hari anak ini hanya tinggal menunggu bara api padam/ kiasan hitungan jawa : waktu)

Sri bangkit dari tempatnya, lantas, melihat Erna yg masih tampak shock, "ayok di goleki cah kui, pumpung rung adoh"
(ayo kita cari anak itu, mumpung belum jauh)

Erna yg mendengar itu lantas langsung sadar dengan lamunanya, "he, golek cah iku, bengi ndedet ngene, gendeng koen" (apa, cari anak itu, malam petang seperti ini, gila ya kamu)

Sri yg mendengar itu, mendekati Erna, "awakmu gak paham ta posisine, yo opo nek wong tuwek iku eroh"

(kamu itu masih belum paham posisi kita ya, gimana kalau orang itu tahu)

sebelum Erna menjawab pertanyaan itu, ia membanting boneka itu, kemudian bertanya dengan nada keras

"TEROS IKI OPO, SOPO SING NDUWE BARANG NGENE, AWAKMU KAN"
(LALU INI PUNYA SIAPA, SIAPA YG PUNYA)

(INI PUNYAMU KAN)

Sri terdiam, ia tidak bisa menjawab pertanyaan Erna, ia tidak tahu menahu, dan bilang memang karena benda itu semua ini terjadi, artinya, memang dia lah penyebab semua ini.

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang