Padusan Pituh 3

1.6K 10 1
                                    

"urus bagaimana maksudnya buk?" tanya Riko ia bingung, sebelumnya bahkan ia belum memberitahu apapun kepada mereka semua, tapi seakan-akan mereka tahu bahwa Riko akan datang membawa sesuatu, 

terlalu lama, si ibuk itu mendekati mobil, menarik kaki Lindu dari kursi belakang, 

wanita itu tampak sangat murka, beberapa kali ia menyebut "penyakit" dan hal itu membuat Mira marah, Mira mencoba menghentikan perlakuan kasar wanita itu, namun, ia menatap Mira sengit lalu berujar, "nyowo adekmu, opo nyowomu?" (nyawa adikmu apa nyawamu?) 

Mira baru sadar, 

di sekeliling mobil sudah di penuhi wanita yg menatapnya marah, Riko hanya menggeleng pada Mira, ia tidak tahu apa yg terjadi di tempat ini,

"koen wes di enteni ambek Baduh, mbak Mira" (kamu sudah di tunggu Baduh di dalam, mbak Mira) 

Mira melangkah turun, semua wanita mendekati mobil memaksa Lindu keluar dari sana, sedangkan Mira mengikuti satu di antaranya, ia berbicara kepada Mira "semalam Baduh mimpi, katanya yg akan membawa bagebluk akan mampir ke rumah ini" kata si wanita, "namanya Mira" 

"bagebluk?" tanya Mira, ia mengangguk mengkoreksi kalimatnya "bencana mbak maksudnya"

Mira menatap pintu joglo dan saat itu juga ia merasakan perasaan paling tidak enak, ada sesuatu yg benar-benar gelap di sana, dada Mira terasa sesak, "ini baru pembukaan mbak, kamu lebih sakti" 

"aku? sakti?" wanita itu mengangguk, "nanti baduh yg jelaskan semua, alasan kenapa mbahmu sampai melakukan ini, tapi sudah waktunya, dari timur angin sudah gelap, ada yg akan terjadi, saya saja sudah gak tidur selama berhari-hari, darah sudah di teteskan di timur" ucap si wanita 

Mira mengikuti si wanita, masuk ke dalam rumah, aroma lumpur tercium dari setiap sudut, banyak pintu kayu terlihat di depan Mira, si wanita menuntuh sementara Mira semakin merasa nyeri, kepalanya seperti di tekan dengan keras, "sedikit lagi, di tahan mbak" katanya, 

Mira menelusuri lorong rumah, ia di tuntun perlahan- namun Mira selalu mendengar jeritan dari setiap kamar, suara memekikkan mereka membuat Mira semakin merasa terbebani, "ndak usah di dengar" kata si wanita,

"tempat apa ini"

"Omah Ruwut" (rumah tenung) 

Mira berhenti di salah satu kamar, ia penasaran dengan apa yg terjadi di dalamnya, tak ada apapun di sana kecuali sebuah ranjang kosong dengan seorang lelaki yg tengah duduk membelakangi pintu, Mira tertuju pada sosok lelaki itu, ia hanya diam, diam, sebelum 

perlahan tubuh lelaki itu bergerak, ia memutar tubuhnya perlahan-lahan, Mira memekik ngeri menatap tubuh lelaki itu berputar, menatapnya kosong, seketika pintu di tutup si wanita melihat Mira, "sudah tak bilang, ini omah ruwut mbak"

Mira mengangguk, 

wajah lelaki itu masih terbayang jelas di dalam kepalanya. 

"di sini mbak tempatnya"

Mira menatap sepasang pintu, guratan kayu di pintu tampak begitu usang, berbeda dengan pintu-pintu lain di dalam rumah ini, tidak hanya itu, pintu ini sengaja di rantai seakan tidak sembarang orang bisa memasukinya,

"Baduh" katanya sembari menyeringai

"monggo" katanya seraya menunduk mempersilahkan, Mira melangkah masuk, yg ia dapati di dalam ruangan itu adalah sebuah kamar tertutup dengan alas tanah, di setiap sudut Mira melihat gabah padi tergantung, tak hanya itu, Mira juga melihat tebu yg saling di ikat, 

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang