8 LL

203 7 5
                                    

pintu terbuka, semua mata langsung memandang ke pintu, bersamaan itu, mbah Por masuk, melihat ke tiga orang yg tengah merokok di ujung ruangan,

baju mbah Por, di penuhi darah, wajahnya muram berantakan, lantas ia menatap Agus, "ayok melok, ndang urusane mari" (ayo ikut) 

"agus tok mbah" (cuma Agus mbah) tanya Ruslan, Koco juga merasa harus ikut, lantas kemudian berdiri,

mbah Por menatap Koco dan Ruslan bergantian, "tapi kalau kalian ikut gak papa, tapi nyawa kalian tidak bisa aku jamin ya"

Koco duduk lagi, 

Ruslan melangkah, mengikuti Agus dan mbah Por, begitu keluar dari pintu, Ruslan baru sadar, suasana desa ini benar-benar lain, tak seorangpun terlihat di sepanjang jalanan desa, bahkan, binatang pun lenyap semua, 

tak ada makhluk apapun yg hidup kecuali mereka, pintu di tutup 

"itu darah apa mbah?" tanya Agus,

"halah, awakmu wes eroh iki getih'e opo" (halah, sebenarnya kamu tahu darah apa ini)

Ruslan menatap kesana kemari, ia tidak melihat satupun bentuk mengerikan dari wujud putih terbungkus itu, mbah Por menatap Ruslan, "ra usah wedi" 

melewati kebun Jati, mbah Por mendekati rumah Lastri, disana, sudah ramai layaknya pasar malam, hanya saja, yg berdiri hanya makhluk putih terbungkus itu, Ruslan melewatinya, ia tidak mau melihat wajahnya, 

begitu sampai di ambang pintu, Agus dan Ruslan melihat mbak Lastri duduk 

anehnya, mbak Lastri hanya diam, melamun.

Ruslan dan Agus berhenti tepat di depannya, Lastri hanya duduk dengan kain yg menutupi kakinya.

mbah Por tiba-tiba memanggil, "mrene gus, iki kan sing kepingin mok delok iku" (kesini gus, ini kan yg mau kau lihat) 

Agus yg pertama masuk ke ruangan itu, sementara Ruslan masih melihat mbak Lastri, ia masih diam, duduk, sendirian di ruang tamu, aneh

Ruslan kemudian mendekat, ia langsung mencium bau amis nanah, dalam batinnya ia mengatakannya, "bau Ranggon" sembari menutupi hidungnya 

saat Ruslan melihatnya, tubuhnya menggelinjang, ia tidak menyangka apa yg Agus katakan itu benar

hal seperti ini masih ada,

Ruslan melihat, seseorang tengah terlentang di atas pasak kayu, dengan kulit dipenuhi borok, tubuhnya merah, tepat di bawahnya ada ember penuh darah 

darah itu keluar dari anusnya, Ruslan dan Agus saling menatap satu sama lain,

"Ranggon" kata mbah Por, "sudah lama ada disini, kalau belum di ijinkan mati sama yg punya, dia gak bisa mati"

Ruslan membuang muka, ia tidak sanggung melihat darah yg terus keluar dari anusnya 

Ruslan mendekatinya perlahan, ia melihat kulitnya benar-benar tidak rata,

"setiap ada borok baru yg muncul, dagingnya harus di iris, karena itulah, di beberapa bagian tubuhnya, kamu bisa lihat tulang belulangnya"

Ruslan masih tidak percaya, ini seperti mendengar dongeng kakek 

tiba-tiba Lastri muncul, ia melihat semua orang di kamar, "Padu wes tekan mas" (dia sudah datang mas)

mbah Por tampak tegang, namun, Agus dan Ruslan melihat kaki Lastri, disana, daging di kakinya banyak yg sudah teriris, seketika Agus tahu, siapa Ranggon ini,


😜ada yang tau siapa si gumpalan daging itu? Siapa Ranggon yang di maksud?

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang