Sesajen Part 4

226 5 0
                                    

Bila di pikir ulang, ibu Asirih juga misterius, sama misteriusnya dengan keluarga ini. 

Seakan-akan ada pembatas dirinya dengan beliau, yang tidak dapat menjalin hubungan sebagai sesama pengabdi di keluarga CIPTO ini, namun segera pak Budi menepis pikiran itu.

Mobil pun melaju, setelah ndoro Sasri menyuruh pak Budi berangkat. 

Di tengah mobil yang melaju, ndoro Sasri mengatakanya, “le, mampir dilek nang Yanu yo,” (Nak, kita mampir sebentar ke tempat Yanu).

Pak Budi ingat dengan nama itu, cucu beliau yang ada di K**********, tanpa pikir panjang, pak Budi segera meluncur menuju kesana. 

Di luar dugaan, kehadiran mereka seakan sudah di tunggu, terlihat di lorong tamu gedung itu, Yanu duduk bersama perempuan yang memberi petuah misterius itu agar meninggalkan pekerjaan ini sebelum tahu apa itu JEJEK, yang sampai sekarang, belum pak Budi pahami. 

Pak Budi hanya menunggu di dalam mobil, sementara bu Asirih dan ndoro Sasri pergi menemui Yanu, ada peristiwa yang menarik saat pak Budi melihat apa yang terjadi, ia mendengar lolongan, jeritan dari Yanu, yang membuat bulukuduk berdiri. 

Yanu yang sebelumnya ia tahu anak muda berkisar usia 20’an, menjerit seperti anak kecil, tidak di ketahui apa alasanya, namun, bila di perhatikan dengan seksama, apakah ada hubunganya dengan ibu Asirih. 

Setelah kurang lebih 10 menit, bu Asirih, ndoro Sasri, kembali ke mobil, dengan, Yanu di depan mereka, kini, mereka bertiga sudah masuk ke dalam mobil. Ada perasaan tidak mengenakan sebelum pak Budi meninggalkan tempat itu, yaitu. Tatapan perempuan itu kepada pak Budi. 

seakan-akan perempuan itu mengatakan, “lak wes di omongke, kudune rungokno pisuruhku” (bukanya sudah ku bilang, dengarkan ucapanku).

Pak Budi pun melanjutkan perjalanan itu, menuju tempat yang ndoro Sasri ceritakan tempo hari. 

7 jam perjalanan, jam menunjukkan pukul 2 dinihari. Memasuki sebuah jalanan yang sepi, sunyi, kiri kanan hanya ada pepohonan rimbun, kabut perlahan muncul, dan hanya pak Budi yang terjaga saat itu, setidaknya itulah yang pak Budi pikir, sebelum, pak Budi menyadari sesuatu. 

,Semua mata di dalam mobil ternyata sama terjaganya dengan beliau. 

“ndoro, ibuk, mboten tilem tah” (Ndoro, ibuk, kenapa belum tidur?) Tanya pak Budi, namun, anehnya, pertanyaan pak Budi tidak di gubris, seakan- mata mereka terbuka namun sukma mereka tengah tertidur. Pak Budi mengulang 3 kali pertanyaan itu, namun tetap tidak mendapat jawaban. 

Hal itu, menimbulkan ketakutan tersendiri kepada pak Budi

Mungkin karena itu juga, memicu pak Budi sehingga kehilangan fokus, akibatnya, perlahan, di tengah kegelapan jalan dan medan naik turun, terlihat di kiri kanan jalan, tiba-tiba ramai orang berbaris. Membuat pak Budi kaget 

Bagaimana mungkin, di tengah jalan gunung seperti ini, banyak aktifitas kiri kanan yang ramai orang, seperti pasar dadakan. Kejadian itu terjadi cukup lama, sampai, sentuhan ibu Asirih menghentakkanya, membuat pak Budi memekik kaget dan menginjak rem kuat-kuat. 

Ban mobil berdencit keras, beradu dengan aspal, sebelum berhenti total, bu Asirih melihat pak Budi dengan tatapan dingin.

“bu, enten nopo buk,” (bu ada apa ini?) Tanya pak Budi, kaget, tepat di depan pak Budi ada sebuah pohon besar, dan mobil sudah keluar dari jalur aspal. 

MisthorpathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang