Hari-hari selanjutnya tetap kujalani dengan lapang dada. Walau sebenarnya masih ada sekilas luka menyakitkan yang kualami baru-baru ini. Tak apalah.
Aku masih beruntung. Setidaknya, ada pelangi yang selalu menghiasi hari-hari ku. Teman-temanku. Mereka selalu berusaha membuatku bahagia. Memang aku terlihat senang di hadapan mereka. Tanpa mereka tahu ada kisah tersembunyi di balik senyuman ku ini.
"Tuhann..... minggu kemarin gue salah apaan ya kok gue jadi sial banget" ucapku miris
"Apa salah betaaa!!" Tambah-ku.
"Salah lo itu karena nggak traktir gue es teh mbak Sinta" serobot seseorang.
"Ogah. Es teh nya naik harga!" Jawabku setelah mengetahui bahwa Dita yang sedang men-satroni ku bak setan kelayapan.
"Lah kok. Sejak kapan?" Tanya nya ragu.
"Sejak kemarin noh. Berdasar rumor yang beredar, itu adalah sebuah bentuk balik modal Mbak Sinta selepas menggelar akad nikah" jelasku seraya menahan kenyataan bahwa pernyataan tersebut adalah sebuah fakta.
"Oya, dia habis nikah ye, dapet orang mana kira kira?"
"Mana gue tau. Tanya aja sendiri" singkatku bosan
"Lahh.... kira kira gans nggak sih?"
"Gilak udah om om lah dia!" Teriakku tak percaya.
"Ya siapa tau kan bisa gue gebet"
"Whatt!! Demi doraemon yang bertemu cinderellaa??!""Demi wajah gue yang ngalahin cinderella tepatnya!" Ucap Dita mengoreksi.
Sedetik.
Aku merasakan sebuah gejolak penolakan yang berasal dari lambungku. Mendadak aku merasakan mual yang luar biasa hebatnya.
"Please deh ya... gue mau balik ke kelas aja daripada kudu merhatiin sejoli yang kurang belaian" ucapku mempertegas opini.
****
Hari Senin. Pelajaran Bahasa Indonesia berjalan seperti biasa dengan materi yang masih sama seperti hari sebelumnya. Materi membosankan yaitu puisi lama. Tak lama, guru Bahasa Indonesia kami seperti memberi sayembara yang aku sendiri sempat menahan tawaku di balik buku paket.
"Siapa yang duluan maju dengan salah satu puisi lamanya akan saya beri nilai pertama dan terbaik yaitu delapan puluh lima"
Sebenarnya aku tak menyangka jika delapan puluh lima adalah nilai pertama dan terbaik. Namun itu memang mimpi buruknya. Delapan puluh lima adalah nilai terbaik.
Aku pun maju ke depan. Tepatnya yang pertama. Entah mengapa aku merasa sedikit nervous. Padahal tidak seperti biasanya aku seperti ini. Mungkin ini gara-gara respon teman-teman yang selalu hening ketika aku maju atau mungkin... karena ada Kama tepat di depanku.
Sebelum membaca puisi lamaku aku menarik nafas dan terhitung dalam tiga detik. Setelah itu aku siap membacanya.
"Jikalau ingin melupakan, hendaklah engkau memindah harapan"
Jeda satu detik setelah aku membacakan hasil puisiku itu, seisi kelas yang tadinya lemot alias jaringan E berubah menjadi jaringan 4G Lte. Mereka berubah fantastis. Apalagi Dzaky yang langsung menyambarku dengan kalimat yang pedas.
"Pak itu pengalaman pribadinya!" teriak Dzaky dari sudut kelas paling belakang.
Menurut evaluasiku, teman-temanku ini memang terlalu baper untuk kalimat sesederhana itu. Mungkin sebagian besar dari kelasku terdapat banyak korban janji dan juga korban php. Jadi maklumlah. Entah. Aku tidak mengetahuinya dengan pasti. Namun yang jelas dengan ini, aku ingin Kama tau apa yang aku rasakan.
Respon Kama mendengar puisi itu? Biasa saja. Atau mungkin dia tidak mendengarkannya. Ya, sudahlah. Tak apa. Aku sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya. Karena sepertinya sekarang ini, misi ku untuk move on sudah mulai mencapai garis finish.
Hai hai hai!!
Gimana nih ceritanyaa. Maklum cerita pertama. Semoga aja para readers suka ya!! Oya, jangan lupaVote
And
Comment
👇#Happy readers!

KAMU SEDANG MEMBACA
KAMASEAN
Romance#4 in peka 2 March 2019 Aku seorang perempuan. Ya, semua orang pasti sudah tau akan hal itu. Perempuan yang ceria dan terkenal aktif di kelas. Jatuh cinta? Bahkan banyak orang yang tak menyangka jika diriku ini bisa jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta...