-41-

24 1 0
                                    

Pyar..

Beberapa gelas kaca yang awalnya tertata rapi diatas meja bertransformasi menjadi kepingan kepingan yang tidak dapat disusun kembali menurut strukturnya.

"Maksud lo apaan?" Tanya Sean sempat dibuat bingung.

"Maksud gue? Pengen buat lo menderita!" Ucap Jessi lantang.

"Kenapa lo segitunya sama gue, Jes?"

"Lo udah nyakitin perasaan temen gue."

"Temen lo yang mana lagi?"

Sosok perempuan dengan rok di atas mata kaki itu pun menampakkan wujudnya. Raina.

"Gue." Ucap Raina memperkenalkan.

"Jadi lo yang.." sahut Sean terbata-bata.

"Iya, gue. Kenapa? Nggak terima?"

"Capek gue denger pembicaraan lo. Mending gue pergi aja ya."

"Eitsss....." balas Jessi sambil menuangkan sebuah jus jambu yang ia pesan pada Sean.

"Lo manusia apa bukan sih? Punya hati nurani dikit dong."

"Hati nurani mahal, jauh belinya, males gue."

"Gini ya ciri ciri orang nggak ber-pendidikan?"

"Lo mau gue siram lagi?"

"Silahkan, gue nggak pernah takut."

Jessi kembali mengangkat gelas berisi jus itu, namun ia kalah cepat, Sean memutar balikkan dan akhirnya jus itu jatuh tepat diatas kepala Jessi.

Raina yang melihat kejadian itu ternganga. Ia tak dapat melontarkan satu kata pun. Bagaimana pun kejadian ini juga tidak akan terjadi jika bukan karenanya.

"Hihh...." besit Jessi.

"Udah puas?" Ucap Sean lantang.

"Awas aja ya lo!" Ancam Jessi kesal.

"Kenapa? Gue nggak bakal takut." Ucap Sean lantang seraya meninggalkan lantai yang penuh akan cairan jus jambu itu.

***

Kali ini swalayan tampak lebih ramai dari sebelumnya. Maklumlah beberapa hari belakangan ini merupakan hari terakhir di bulan Februari. Jadi akan sebuah pe-makluman jika banyak diskon yang membuat para harga turun.

"Soft drink udah.."

"Sabun cair.. udah."

"Ini gue yakin nggak mau beli makanan? Ya kalik kan ya. Mungkin di pojokan ada."

Berulang kali Sean mengecek daftar belanjaannya. Tak begitu banyak namun akan sangat kewalahan jika ia meninggalkan daftar belanjaan itu.

"Oke. Udah dapet." Ucap Sean sambil memutar troli dan membalikkan badan.

Tuk.

Troli yang Sean dorong bertabrakan dengan troli salah satu customer lain.

"Maaf maaf.. saya nggak se.."

Sean berdeham. Mencoba mengenali.

"Kama?"

Tak ada jawaban dari pertanyaan Sean.

"Kama kan?"

Untuk kedua kalinya. Lelaki itu seperti kemasukan roh the conjuring. Tak ada jawaban sedikitpun.

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang