"Gue lebih butuh logika daripada perasaan, Kam." Sean berbisik lirih.
"Kenapa?"
"Karena gue pernah mencoba pakai perasaan dan itu nggak ada harga nya. Semua seperti angin lalu. Lepas kemudian menghilang." Terang Sean.
"Lo aneh, An." Kama to the point.
"Haha. Gue aneh? Elo kayaknya yang kurang ngerti perasaan, Kam. Jadi gue pesen mending lo belajar apa itu cinta deh." Ucap Sean tak percaya akan pengungkapan Kama.
"An," Kama mendesah pelan.
"Kasihan sama orang yang selalu merjuangin lo tanpa ada timbal balik nya. Kasihan hati nya. Dia rapuh. Butuh tempat bernaung."
"Ada yang ingin gue tanyain lagi sama lo,"
"Apa lagi?" Jawab Sean lelah.
"Lo bahagia sama gue?"
"Gue bahagia."
"Tapi kenapa lo malah.."
"Bahagia dengan para luka, Kam. Kasihan liver gue tersakiti. Bingung cari obatnya."
"Apa yang akan kita lakukan dengan hubungan kita yang nggak tau arahnya gini, An?"
"Ya udah, jalanin aja. Gampang."
"Gampang? Segampang lo bicara?"
"Iya gampang, segampang lo buat hati gue rapuh."
Suasana menjadi tidak kondusif. Sean benar benar kecewa. Ia tak tahu lagi harus ia apakan perasaannya saat ini.
Kama yang tak pernah merasakan apa yang ia rasakan. Untuk apa?
Sean lelah. Terlebih rasa ini kian menjadi jadi. Bukan memperbaiki tapi malah berhalusinasi.
"Gue nggak minta kita putus. Tapi jalanin aja gini adanya." Ucap Kama mempertegas.
"Gimana caranya?" Alis Kama bertaut.
"Coba cari dalam logika lo! Kalau lo masih punya hati coba aja cari dalam naluri lo."
Bertubi tubi. Dilema. Antara perasaan, hati, ego dan emosi. Tak ada yang bisa di saring dalam percakapan yang kelewat serius ini.
"Gue pergi duluan."
"Lo mau kem.."
"Bukan urusan lo."
Kama hanya menatap Sean berlari menjauh dari sorot mata nya. Langkahnya terseret oleh para pertanyaan yang membungkam nya untuk bicara. Ia lelah. Sungguh sungguh lelah. Namun, apa yang bisa ia lakukan selain mengikuti apa yang telah tuhan kehendaki?
****
"Naf! Lo tau nggak sih kemarin Kama cerita ke gue kalau Sean udah balik?"
"What? Sejak kapan?"
"Intinya kemarin Kama cerita ke gue kalau dia ketemu Sean."
"Ehm... tapi ya Bel, gue mau jujur boleh?"
"Terserah lo."
"Kemarin gue ketemu Raina Cs. Mereka kayak bicarain Kama. Dan gue denger mereka juga bicarain Sean. Gue takut Sean kenapa-napa."
"Lo denger mereka ngomong gitu pas kapan? Gue kok nggak ngerti ya."
"Dua hari yang lalu sih. Cuman gue ngira paling nggak mingkin lah ya. Kan kita semua tahu kalau Sean emang nggak ada disini. Jadi gue keep calm aja,"

KAMU SEDANG MEMBACA
KAMASEAN
Romance#4 in peka 2 March 2019 Aku seorang perempuan. Ya, semua orang pasti sudah tau akan hal itu. Perempuan yang ceria dan terkenal aktif di kelas. Jatuh cinta? Bahkan banyak orang yang tak menyangka jika diriku ini bisa jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta...