"Rindu. Suatu kata dimana gue bener bener inget nama lo dan semuanya tentang lo"
"Gu.. gue bener bener bingung sekarang lo ada dimana"
"Gue hampir putus asa"
"Gue nggak tau lagi harus gimana"
"Please.... buat gue tenang , An"
Kama mengeluarkan postcard Sean dari laci meja belajarnya. Ia sempat mengambilnya saat Raina masih belum tersadarkan diri. Postcard yang sempat Raina sembunyikan beberapa hari yang lalu.
"Seandra Dealova. Nama lo unik" ucap Kama dengan membuka cover depan postcard itu.
Kama membuka postcard peach yang dibungkus rapi bersama pita biru muda. Ia mencoba membukanya dengan sangat berhati hati. Mencegah agar tidak terdapat lipatan apapun di postcard itu.
Dear Kama..
Sebelumnya maaf karena gue jadi cuek dan bersikap dingin akhir akhir ini di sekolah. Itu semua karena gue nggak pernah berani liat lo. Karena itu gue minta maaf. Mungkin lo nggak butuh permintaan maaf gue, karena emang gue udah nggak dibutuhin lagi di kehidupan lo.
Kam.. gue emang nggak sempurna. Gue hanya manusia biasa. Suka hal hal yang unik dan menertawakan hal hal yang tidak penting. Gue emang nggak seperti yang lo harapin. Gue juga sadar diri kalau gue emang nggak seperti Raina. Walaupun lo nggak pernah jujur ke gue, tapi gue tau Kam kalau sebenarnya lo masih ada rasa untuk Raina.
Itu adalah sebuah kenyataan pahit yang harus gue terima mentah mentah. Gue selalu bersikap seolah nggak terjadi apa apa dengan diri gue.Tapi sayangnya, gue bukan ahlinya Kam. Gue milih mundur aja daripada harus berlawanan dengan perasaan lo yang nggak tau arahnya.
Sulit, Kam. Gue nggak pernah bisa bohong kalau rindu selalu mengusik. Rindu yang tak pernah terbalaskan lagi. Perasaan gue udah kacau. Udah pecah. Sampai nggak tau lagi gimana nyatuin lagi.
Tempat itu. Tempat dimana kita berlarian dan melewati danau dengan sebuah perahu usang. Gue selalu berusaha nge lupain itu semua, Kam. Tapi mustahil. Fikiran gue dikalahkan oleh para memori yang kian mengacau.
Gue akan lakuin apa yang lo mau. Gue akan pergi. Jangan pernah cari gue karena gue juga tahu kalo lo juga nggak bakal cari gue apapun itu alasannya.
Mungkin hanya coretan ini yang bisa menjelaskan semua keadaan yang aku alami, Kam. Terimakasih atas waktumu, candaanmu, senyummu dan juga sorot matamu. Ia meneduhkan.
Seandra Dealova.
Hanya untuk kali ini saja. Kama meneteskan air mata nya. Susul menyusul. Satu persatu dan disusul puluhan lainnya. Ia menyesal.
Seseorang yang sering mengganggu nya dengan puluhan bahkan ribuan kata nya itu kini telah pergi. Benar benar pergi. Dan tak tau kapan akan kembali.
"An! Gue butuh lo! Lo harus kembali!" Isak Kama sambil memejamkan mata.
"Kata lo gue es batu dari kutub utara yang perlu dilelehin"
"Gue emang aneh"
"Nggak seharusnya gue ngelepasin lo"
Kama menggigit bibirnya kuat. Mencegah berpuluh puluh air mata nya jatuh di pelupuk untuk kesekian kalinya. Lagi.
Ada sebuah penolakan di benaknya. Mengapa dan mengapa. Kata kata Sean di dalam postcard itu terus mengusiknya. Mengganggu dan selalu hadir di benaknya.Hanya untuk kali ini saja. Ia menyesal terlebih lebih lagi menyesal. Untuk apa yang telah ia perbuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAMASEAN
Romance#4 in peka 2 March 2019 Aku seorang perempuan. Ya, semua orang pasti sudah tau akan hal itu. Perempuan yang ceria dan terkenal aktif di kelas. Jatuh cinta? Bahkan banyak orang yang tak menyangka jika diriku ini bisa jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta...