-29-

36 4 0
                                    

"An, liat gue..." ucap Kama nanar.

"Apa lagi?" Jawab Sean seadanya.

"Sekarang gue ngerti. Gimana perasaan lo, pasti hancur"

"Kalo boleh gue garis bawahi hancur banget" jelas Sean penuh penekanan.

"Lo mau kehilangan gue An? Gue nggak mau kehilangan lo"

"Pertanyaan lo kurang waras ya? Lo tanya sama gue, gue mau kehilangan lo apa enggak?" Sahut Sean memperjelas.

"Tolong jawab"

"Gue nggak mau dan gue nggak pernah mau kehilangan lo Kam. Perjuangan gue terlalu sia sia kalo ujungnya cuman gini" terang Sean.

"Gue emang salah An. Dan gue minta maaf. Tapi gue mau kita kayak dulu lagi"

"Gue mau Kam. Tapi gue nggak tau"

"Why?"

"Gue takut kalo gue bakal ngalamin hal yang sama esoknya"

"Gue janji nggak akan pernah"

"Gue ragu"

"Kalau lo ragu dengan gue. Berarti lo nggak percaya sama gue"

Sean terdiam sejenak. Memutuskan perkara ini sendirian bukanlah hal yang mudah. Apalagi ini menyangkut soal hubungannya dengan Kama.

"Gue masih nggak tau. Permisi. Gue ada urusan lain yang lebih penting"

"Ann.... please..."

"Maaf, aku harus buru buru"

Kama masih terpaku. Ia terdiam di sudut koridor. Menyaksikan kepergian Sean tanpa ada jawaban dari permintaan maaf-an Kama. Perempuan itu mungkin sedang butuh waktu sendiri.

"Mungkin untuk sementara waktu ini, gue harus ngejauhin lo dulu An. Lo pasti butuh waktu sendiri" ucap Kama sambil meninggalkan koridor atas.

****
Sean belum pernah melewati bulan bulan yang lebih panjang dari bulan ini. Tak ada komunikasi di kedua belah pihak. Antara Kama maupun Sean. Status hubungan mereka yang masih gamblang membuat mereka sama sama acuh tak acuh.

"Ekhem..." deham Bella dari bangku depan.

"Kenape ya? Kangen? Rindu? Jujur aja sih ya" sela Sean.

"Please deh ya An, apa cuman gue yang ngerasa kalo pernyataan yang keluar dari mulut lo tadi cuman halusinasi semata?" Tanya Nafisa kemudian.

"Apaan sih lo pada" jawabku berusaha acuh.

"Kelanjutan dari kisah lo sama Kama gimana An?" Tanya Nimas dengan nada meledek.

"Kama? Siapa dia?"

"Halah... sok sok an lupa lo. Ntar kalo lo lupa beneran trus diambil orang baru tau" sahut Nafisa tak mau kalah.

"Capek gue bahasnya. Lain kali aja ya" Jawab Sean pelan.

"Lahh.... gue butuh penjelasan dari lo juga dong" ucap Bella kembali.

"Mungkin hubungan gue bakal nggantung terus kayak jemuran deh" Sean tersenyum muram.

Mungkin di depan temannya ia tak bisa ber akting bak aktris hollywood.

"Tapi gue selalu percaya An. Setelah hujan pasti akan datang pelangi" bisik Bella pelan. "Semoga lo juga kayak gitu"

"Semoga ya" ucap Sean lemah.

"Lagian mau sampai kapan lo bakal diem diem an kayak gini An?" Tanya Nimas menyesuaikan.

"Gue juga nggak tau" suara Sean bergetar.

"Gue juga heran sama Kama. Kok bisa ya diemin ceweknya sampai berbulan bulan gitu?" Sela Nafisa.

"Mungkin dia punya cara tersendiri untuk nyelesaiin masalah ini. Positive thinking aja dulu" balas Bella menasihati.

"Tapi gue nggak yakin kalo gue bisa bertahan" Sean berkata kemudian.

"Lo harus bisa An. Kita semua ada buat lo. Hubungan lo sama Kama itu pantes buat lo perjuangin. Lo udah mau satu tahun An sama dia. Banyak rintangan yang lo lewatin di bulan bulan itu. Lo nggak boleh sia sia in semua itu" ucap Bella membuat Sean tersenyum sendu.

"Yang terpenting adalah gue masih punya kalian" singkat Sean.

Sekarang Sean benar benar memahami betapa ia sangat membutuhkan sahabat seperti mereka.

Tuhan... aku tak meminta apa apa lagi. Percayalah, tolong jaga para sahabatku dimanapun ia berada. Itu lebih dari sekedar cukup untukku.


KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang