-24-

30 4 0
                                    

"Lo bilang apa aja sama mama?" Tanyaku seolah benar benar ingin tahu pembicaraan mereka.

"Ish kepo" jawabnya sambil mempercepat larinya.

"Udah Kam capek, berhenti dulu napa" ucapku seraya mengatur nafas.

"Yaelah baru sampai sini aja udah minta berhenti"

"Ya kan gue jarang lari lari. Kalau nggak ada penjasorkes di sekolah aja gue juga nggak bakal mau repot lari lari" terangku.

"Lah giliran gini, kok elo mau lari lari"

"Adadeh" singkatku seraya kembali berlari.

"Ngajak war" jawab Kama sambil tertawa.

"Oya Kam, ngomong ngomong mantanmu ada berapa?" Tanyaku memecah keheningan.

"Kok tanya itu lagi ya. Terakhir lo mengajukan pertanyaan yang sama saat kita awal awal ketemu loh"

"Ya nggak papa lah. Lagian gue cuman tanya. Nggak gue suruh balikan" sahut ku sambil menaikkan alis.

"Kalo gue balikan kamu dikemanain ya?" Ucapnya seraya ingin membuatku terbakar

"Anterin ke kutub utara dulu Kam" jawabku. "Ntar gue lanjut ke perbatasan korea selatan"

"Aku sihh... ogah"

"Eh disini ada tempat yang ada danau nya loh, kesana yuk" ajakku mengalihkan topik.

"Jauh nggak?"

"Ya mungkin sekitar lima kilometer-an" ucapku bergurau.

"Jangan ngelucu. Palingan lo udah pingsan lari lima kilometeran" jawabnya meledek.

"Ngece" singkatku. "Dari sini tinggal lurus aja kok"

"Iya"

Kami mempercepat langkah. Melewati banyak pepohonan flamboyan dengan bunga merah yang menghiasinya. Kali ini masih sama. Tempat yang memiliki danau ditengah tengahnya itu sunyi. Hanya ada kami disana. Hmm.. tidak juga ada beberapa anak anak yang bermain ayunan dan lompat tali di sana.

"Kam, naik itu yuk" ajakku sambil menunjuk ke sebuah papan berbentuk kapal yang bisa kami pakai untuk bermain di danau.

"Orang yang punya ini dimana? Nggak izin dulu gitu?" Tanya nya membuatku menghela nafas.

"Kama... disini itu semuanya free, jadi nggak papa kalo nggak izin dulu" ucapku seraya tertawa.

"Oh.. gitu ya" sahutnya sambil menduduki salah satu tempat di papan tersebut. Karena aku belum menaikinya papan tersebut tampak tidak begitu seimbang.

"Eh eh Kam..."

"Perasaan yang naik aku dulu kok yang repot kamu ya"

"Hahaha... trauma masa lalu. Gue pernah jatuh dulu" jawabku sambil menaikinya setelah Kama.

Keadaan menjadi hening. Kami tak tau hal apa yang harus dibahas saat ini. Sunyi. Menjadi alasan mengapa tempat ini menjadi tempat favoritku ketika mendapat masalah.

"Aku sering kesini kalo lagi kacau" ungkap ku pada Kama.

"Kenapa?"

"Tempatnya bisa buat merenung" ucapku dengan nada rendah.

"An?" Tanyanya halus. Tangannya menggenggamku.

"Hm?"

"Maaf kalau aku belum bisa buat yang terbaik buat kamu" ucapnya mengungkap.

"Ini lebih dari cukup" kataku menenangkan keadaan.

"Aku juga bukan orang yang romantis, untuk hal ini aku juga minta maaf"

"Aku nggak butuh yang romantis" ungkapku. "Aku hanya butuh kenyamanan. Mau buat aku nyaman?"

"Sure and always" sahut nya.

Aku merasakan kedamaian disini. Aku hanya berharap waktu bisa berhenti sekarang. Hanya untuk kali ini saja.

Aku ingin merasakan lebih lama waktu bersamanya. Untuk memudarkan segala rindu keluh kesahnya. Melupakan segala angan angan demi untuk menjadi orang yang selalu berjalan disampingnya.

Aku. Selalu menyukai setiap ucapannya. Damai dan meneduhkan. Menjadi alasan ketika aku selalu ingin mendengarkan semua ceritanya. Bahkan yang tak ku fahami dasarnya.

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang