-18-

42 4 0
                                    

Aku sedang dalam perjalanan pulang ke rumah. Sepanjang jalan, aku hanya mengamati bentuk awan dan menghitung lampu jalan. Serasa, aku bena-benar menjadi wanita paling bahagia di hari itu. Tuhan baik padaku. Ia membuktikan jalan yang terbaik. Wait wait waitt.... Berarti mimpi ketika aku bertemu secercak cahaya itu benar benar terjadi? Tentang apa yang dikatakan Kama bukan akhir dari segalanya?

Air mata yang sudah lama kusimpan sedari tadi akhirnya tak bisa ku tahan juga. Jatuh, satu persatu dan disusul puluhan lainnya.

Sabtu, 7 April 2018 adalah hari ini. Hari dimana aku benar-benar melupakan kesendirianku. Hari dimana aku berhenti berjuang sendirian. Aku tak perlu lagi merasa takut kecewa apalagi patah hati. Entah, tentang keajaiban apalagi ini, aku sendiri tak mengerti.

Sekarang ini nomor absen Kama adalah 19, dan aku? Aku bernomor absen 12. Untuk orang yang cukup gemar menghitung, untuk pemanasan coba kalian kurangkan kedua nomor absen itu. Cukup mudah bukan? Haha... Sebuah ketidak logisan yang sangat berarti bagi seorang Sean.

Dan....

Kama.... Aku bahagia...

****

Hari-hariku terasa lebih indah dari biasanya. Terasa lebih berwarna. Dan itu karena Kama.

Kama. Satu nama makhluk hidup yang membuatku lebih semangat untuk berangkat sekolah. Aku sudah mencoba lebih tenang ketika berhadapan dengannya. Ataupun menatap wajahnya secara konstan dari sudut kelas.

Wajahnya memang teduh. Menjadi alasan mengapa aku selalu nyaman berada di dekatnya. Dia selalu lembut pada perempuan. Dia juga bukan seorang yang pemaksa. Aku selalu menyukai semua hal tentangnya. Mencintainya adalah salah satu rutinitas yang tak pernah ku lupakan.

Hari minggu ini penuh keceriaan. Terlebih, ini hari pertama aku ditemani oleh seorang Kama. Jika boleh ku nilai, Kama itu.. Layaknya sahabat. Dia adalah seorang pendengar yang baik. Ketika aku punya masalah, dia menjadi orang pertama yang mendengar keluh kesahku.

Tapi selalu saja cinta datang disaat yang tak tepat. Disaat dimana kami akan berpisah. Ya, tepatnya tidak sekelas lagi. Pastinya aku tak kan bisa melihat senyum manisnya. Mendengar tawanya. Menatap sorot matanya. Tak dapat mengerti apa saja yang ia lakukan di setiap detiknya, menitnya, bahkan jamnya.

Me:
Kam, nanti kalo udah nggak sekelas lagi......

Kama:
Kenapa?

Me:
Kama mau jaga janji kamu?

Kama:
Sure.
I don't forget it.

Me:
Kalau kamu nanti sekelas sama Rain, kamu bakal tetep jaga janji kamu kan?

Kama:
Aku akan tetep jaga
Kamu harus percaya

Entah mengapa aku mempunyai feeling yang kuat jika Kama dan Rain akan satu kelas. Namun aku berharap ini hanyalah perasaanku saja.

Me:
Makasih Kam

Kama:
Nggak usah makasih, udah jadi tanggung jawab aku.

Tenang. Perasaan itu yang ku rasakan saat ini.

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang