-6-

75 13 2
                                    

Kembali ke kelas adalah pilihan yang mau tidak mau harus aku lakukan setelah jam istirahat usai. Aku segera mencuci wajahku di wastafel. Alih-alih mengalihkan berpuluh puluh air mata yang jatuh silih berganti. Tapi nyatanya usaha itu mustahil.

Kudapati Amel, Dita, Nimas dan beberapa temanku lainnya seperti Bella berkumpul ditempatku. Entah mengapa bangkuku selalu menjadi tempat favorit mereka untuk berbincang-bincang.

"Mel" panggilku pelan.

"Lo kemana aja An? Darimana aja? Tadi gue sama Dita udah muter-muter cuman buat nyariin elo" meluncurkan pertanyaan bertubi-tubi.

"Itu nggak penting. Lo tau nggak?" tanyaku sebelum menyadarkan kepalaku pada bahunya.

"Kenapa? Kama?" sontaknya seakan-akan mengerti penyebab di balik semua ini.

"Iya" singkatku. "Ntar aja gue ceritain"

"Oh.. Ok"

Setelah aku hanya duduk berdua dengan Amel, aku mulai menceritakan semuanya. Setiap detiknya ku ceritakan dengan detail. Dan tanpa kusadari Dita juga mendengarkan perbincanganku.

Hufftt.. Menyebalkan.

****

Aku menceritakan semuanya. Mulai dari aku dipanggil Kama, membantunya memecahkan sebuah rumus sampai akhirnya aku mengetahui jika Kama masih menyukai mantannya. Mengenaskan!

"Beneran dia bilang kayak gitu ke elo?" kata Dita sambil menaikkan alisnya.

"Iya Dit. Nggak mungkinlah gue bilang kalau bukan fakta" jawabku lemah.

"Tapi ya Dit, kalau gue boleh berkomentar, mungkin aja itu cuman kode ke Sean. Biar Sean cemburu trus ya gitu deh" Amel menambahkan the crazy's opinion.

"Bisa juga tu Mel. Mungkin aja Kama malah nunggu Sean yang nyatain perasaan" ujar Dita.

"Pada rabies apa kekurangan obat semua sih? Ya nggak mungkinlah gue yang bilang" aku melanjutkan.

"Nggak tau ya. Tapi mungkin aja Kama sendiri mau nyatain perasaannya cuman bingung gimana" ujar Dita tidak logis.

"Nah, bisa juga tuh" Amel kembali mempertegas opininya.

Aku terdiam. Seakan-akan merasa bahwa pendapatku tidak di respon oleh satupun diantara mereka.

Amel dan Dita saling menunjukkan kode yang kuharap bukan salah satu dari inisiatif mereka yang dapat membuatku gila. Hufft... Mereka sangat pintar dalam menguji daya tahan tubuhku.

Tiba-tiba Dita kembali berkomentar.

"Pasti ni anak bakal ngasih suatu opini yang lebih frontal dari yang sebelumnya deh" batinku.

Sejurus.

"Gimana kalo lo aja yang nyatain ke kama?" sahut Dita membuat nadiku seakan berhenti.

"Lo kok sefikiran sama kayak gue sih Dit? Wahh... Kita nalurinya kuat nih" tambah Amel.

"Enggak!!!!!! Nggak mungkinn!!! Ya kalik gue yang nyatain. Secara gue perempuan Ditt! Mel! Paham dikit lah" tegasku.

"Ya daripada nanti lo malah nyesel gara-gara nggak tau perasaannya dia ke kamu?" tanya Amel sok tau.

"Pede amat lo ngomong gitu?" jawabku sambil menaikkan alis.

"Tapi coba aja ungkapin, apa sih salahnya?" Amel menambahkan.

"Ya jelas salah lah. Salah besarr! Gue juga nggak yakin kalo dia bakal punya rasa yang sama kayak gue" jawabku plin plan.

"Lo mending nyatain perasaan lo atau... Lo lupain Kama tanpa ada title yang jelas?" tambah Dita tiba tiba menjadi penasihat hukum. "Kalau gue jadi elo, mending gue nyatain walau kenyataannya pahit daripada gue pendam perasaan itu sampai gue tahu perasaannya dia ke gue. Mau nunggu sampai kapan guyss??"

"Kama udah flashback sama mantannya Dit! Nggak mungkinlah kalo dia bakal suka sama gue" aku mencoba meyakinkan.

"Nggak ada yang namanya nggak mungkin kalo kita mau berusaha" Amel angkat bicara.

"Jujur, ini berat. Ngambil keputusan ini bener-bener berat. Tapi....... oke. gue lebih percaya sama kalian. Gimana pun konsekuensinya, gue akan terima. Thanks udah jadi lebih dari temen" ucapku.

"Gue selalu ada di samping lo. Mau lo seneng, mau lo susah, gue selalu ada" kata Dita memberi support.

"Sama, An. Amel yang paling bawel ini selalu support lo. Gimanapun kondisimu" tambah Amel sambil meneteskan air mata.

Mereka tiba-tiba berubah menjadi sosok yang agak mellow dari biasanya. Aku jarang melihat mereka seperti ini. Apalagi sampai mereka meneteskan air mata.

"Kalian kenapa?? Sok care deh pakai nangis-nangis segala" sindirku sehingga membuat mereka tertawa kembali.

Aku bersyukur menemui dua orang seperti mereka Tuhan. Tolong jaga selalu mereka dimanapun mereka berada. Aku bahagia pernah memiliki mereka. Sangat bahagia.

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang