"An.."
Sang pemilik nama itu masih diam tak berkutik. Ia memilih untuk mematung sejenak.
"An..." panggilnya sekali lagi.
Dan keadaan masih sama seperti tadi.
"Gue mau jelasin sesuatu sama lo" ucapnya mencoba maju agar dapat bertatap muka secara langsung. "Jadi please dengerin gue"
Sekali lagi. Sang pemilik nama itu pun tak menggubris intruksi dari sang pemanggil.
"An.. dengerin gue" ucapnya sambil meraih tangan Sean.
"Cukup. Lepasin tangan gue. Udah nggak ada yang perlu di jelasin lagi, gue udah tau semuanya" ucapku seraya meneteskan air mata.
"Itu nggak sesuai yang lo bayangin An... lo percaya nggak sih sama gue?"
Sean tak menghiraukan penjelasan Kama. Ia langsung berlari menjauhi Kama. Meninggalkan Kama seorang diri.
"Andai lo tau yang sebenarnya An.."
****
Hari hari ini tak seperti hari sebelumnya. Tak ada sapaan maupun notif dari Kama. Ponsel yang sedari tadi berada pada genggaman Sean hanya menampakkan bekas chat chat an mereka beberapa hari yang lalu, bahkan juga beberapa bulan yang lalu."Arghhhss...... gue bingung sekarang. Trus gue kudu gimanaa" ucapku lelah.
"La kudu gimane" jawab seorang perempuan ber pita pink muda di ujung pintu.
"Eh Kak Grace, sejak kapan disini?" Tanyaku tak tau.
"Baru dateng tadi. Noh di meja makan udah kakak beliin dimsum sebelah stasiun tugu. Ori dari Jogja tuh khusus buat kamu!" Ucapnya bertubi tubi.
"Makasih kak.. tapi ntaran aja deh makan nya, lagi nggak mood"
"Lahh tumben tumbenan aja ni anak dibawain dimsum nggak langsung nyelonong ke meja makan"
"Lagi patah hati kak diem lu"
"Patah hatii??! Sean? Seorang Sean busa patah hati?! What demi apaa?!!! Mimpi apa gue semalem?!"
"Yee biasa aje kali Kak"
"Sejak kapan lo punya pacar?" Tanyanya menghina.
"Udah lama. Kepo amat lu"
"Emang masalah apaan. Gue udah khatam sama yang begituan"
Sederet masalahku di kantin tadi ku jelaskan pada kak Grace entah ia mengangguk karena faham ataupun malah sebaliknya.
"Oh... harusnya lo dengerin penjelasan dia dulu" ucapnya menasihati. "Siapa tau yang lo liat itu bukan maksudnya mereka punya hubungan special"
"Tapi sama aja kak" ucapku membela.
"Sama gimana. Ya jelas beda. Kalo sebenernya lo yang salah faham trus lo bisa apa" katanya menggaris bawahi.
"Yaaa.... nggak tau ya"
"Ya kan lo nggak percayaan sama gue sih, udah ah gue pusing dengerin permasalahan cinta" rintih Kak Grace kelelahan.
"Ya udah sono aja" ucapku mengusir.
****
Malam ini masih sama seperti malam kemarin. Masih sunyi. Dan dua hari lagi Sean ulang tahun. Mungkin kali ini ulang tahunnya akan kembali tanpa Kama."Bintang... gue lelah berjuang sendirian. Apa harus gue yang selalu tersakiti?" Ucapku dari balkon kamar.
"Jawab bintang"
"Gue lelah"
"Tapi jujur"
"Gue nggak bisa jauh dari Kama"
"Sekarang gue harus gimana"
"Diam seolah nggak ada masalah apa apa?"
"Atau mungkin... gue harus akhirin?"
"Tapi gue nggak mau"
Sean masih berbicara tanpa tau siapa orang yang ditujunya. Ia hanya bergeming. Menyaksikan ribuan bintang menghadiri langit malam. Membentuk sebuah galaksi.
Drett
Ponsel Sean berdering.
"Nomor tidak dikenal? Kira kira siapa?" Batin Sean dalam hati.
"Halo?" Sapa Sean mengawali perbincangan.
"Halo" ucap seseorang di seberang.
"Maaf dengan siapa?"
"Neng Sean lupa sama teteh?"
"Siapa ya? Kayak ada logat bandung nya gitu?"
"Iyaa, neng Sean pikunan ya sekarang teh"
"Saya bener bener lupa, maaf siapa ya?"
"Ini Aunty Santi!!! Sean inget nggakk??!" Teriaknya membuatku terkejut.
"Eh... iyaa.... Sean inget, Aunty nya Dio yaa. Sekarang dimana? Masih di Bandung?"
"Enggak, Aunty sekarang di Stasiun nih"
"Stasiun mana?"
"Madiun neng" sahut wanita berusia dua puluh tiga tersebut.
"Madiun? Madiun kota Sean?? Ngapain Aunty ke sini?"
"Aunty jauh jauh dari Bandung malah diusir ya"
"Haha... ya kaget aja tiba tiba mau ke sini, Kak Grace tadi juga ke Madiun, kan aneh aja pada ke Madiun semua"
"Ehmm.... eh eh jemput Aunty dong, awalnya sih Aunty mau buat surprise dateng ke rumahmu, cuman Aunty lupa alamatnya hehe" mengalihkan pembicaraan.
"Hahaha.. ya udah Sean on the way nih"
"Oke Aunty tunggu"
Selang beberapa menit Sean sampai di Stasiun dan menjemput Aunty Santi yang bisa dibilang dua kali lipat hebohnya dari Sean.
"Aunty!" Teriak-ku lada Aunty yang sedang bersandar.
"Ehh neng Seann, udah besar sekarang, geulis pisan"
"Haha... Aunty bisa aja, ya udah yuk langsung aja"
"Eh eh, bentar neng, maaf ya Aunty nggak bisa ke rumah Sean"
"Lah, terus kesini ngapain?"
"Sebenernya Aunty ke sini cuman mau ngasih ini" ucap Aunty menyodorkan sebuah kotak berpita merah.
"Ini untuk Sean?" Kataku seolah tak percaya.
"Iyalah buat eneng"
"Dari..?" Tanyaku. "Dio?" Ucapku terbata bata.
"Iya. Dia mau Aunty ke sini cuman untuk kasih ini"
"What?! Gila tu orang. Aunty mau aja gitu?"
"Mau mau aja sih. Lagian Aunty juga ada acara di Surabaya, jadi sekalian aja"
Sean hanya memandang kotak berpita merah itu. Ia sangat sangat tak menyangka jika kotak ini adalah pemberian Dio.
"Jadi sekarang Aunty langsung ke Surabaya?" Tanyaku mendadak.
"Iya nih. Lima belas menit lagi kereta nya" jawabnya mendeskripsi.
"Ya udah deh kalau gitu Sean pulang ya" izin ku pada aunty.
"Eitsss... Dio juga pesan, kotak itu jangan dibuka sebelum kamu ulang tahun"
"Emang kenapa?"
"Ya mana Aunty tau"
"Oke deh Sean bakal turutin" serahku. "Sean pulang dulu Aunty, kapan kapan Sean main ke Bandung deh"
"Oke"
Di rumah aku hanya memandangi kotak yang diberikan Aunty di stasiun tadi. Tampak seperti sebuah khayalan. Tapi sebenarnya ini benar benar nyata.
"Hufftt.. Dio, lo bener bener penuh misteri" ungkapku entah pada siapa.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAMASEAN
Romance#4 in peka 2 March 2019 Aku seorang perempuan. Ya, semua orang pasti sudah tau akan hal itu. Perempuan yang ceria dan terkenal aktif di kelas. Jatuh cinta? Bahkan banyak orang yang tak menyangka jika diriku ini bisa jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta...