-14-

59 8 0
                                    

Seminggu setelah kejadian yang terjadi di tangga berlalu, aku tetap menjadi Sean yang biasa-biasa saja. Itu semua ku lakukan karena aku tidak ingin semua rahasia tentangku dan Kama terbongkar.

Kama juga tidak memberi notif yang kedua kalinya padaku. Aku mendengus kesal. Alhasil, terkadang aku menjadi seorang yang pendiam dan lebih aneh di hadapan Kama.

Sampai suatu malam, ketika keesokan harinya aku tidak masuk sekolah karena rencananya aku akan menjenguk kakek di Jogja.

Iya, aku sedang dalam perjalanan menuju kota yang mendapat julukan kota istimewa tersebut.

Dreet..

Hp ku berdering. Menandakan ada sebuah notif yang tak tau dari siapa ini.

Kama:
Besok ada pengumuman mendadak apa gitu nggak?

Me:
Nggak tau.
Lagian besok juga gue nggak masuk sekolah.


Kama:
Lahh... Kenapa?

Jika boleh aku bertanya satu kata saja. Aku akan bertanya ada apa dengan Kama? Seakan-akan dirinya tidak merelakan diriku untuk pergi. Ahh.. Kamu terlalu ge-er Sean!

Me:
Gue izin ke Jogja.
Suratnya ada kok udah gue titipin sama Bella.

Kama:
Nggak gitu.
Kelas nggak ada lo tu rasanya sepi banget.

"What what what! Double what! Triple what! What what what!!" Batinku.

Sedang dilanda penyakit kronis apakah si makhluk es kutub utara itu? Hah!

Me:
Hah? Maksud lo apaan ya?
Sorry gue nggak ngerti.

Malah biasanya pada seneng soalnya nggak ada yang ngomel-ngomel di kelas.

Kama:
Ya, gue semacam ngerasa kesepian aja kalau nggak ada lo

Me:
Kan kamu, yang lainnya enggak.
Ehmm.. Tumben jadi rindu gitu? Haha, biasanya kan kamu cuman rindu Rain doang.

Kama:
Rain? Ngapain bawa bawa Rain segala?

Me:
Bukannya kamu suka sama dia? Dulu kamu cerita kan ke aku.
Kalau aku cuman siapa? Palingan cuman temenmu yang kamu sapa kalau kamu lagi kesepian aja.

Kama:
Jangan gitu dong An.

Me:
Haha.. Tapi kan emang fakta, kesepian chat aku, kalau enggak lupa deh.

Kama:
Ya nggak segitunya juga kalik.

Me:
Haha.. Just kidding.

Entah mengapa lama kelamaan aku dan Kama seperti sahabat. Kita kembali seperti dulu. Suka bercanda. And one again, yang membuatku senyum-senyum sendiri.

Kama benar-benar menjadi sosok yang komunikatif seperti awal kita bertatap muka dulu. Tuhan seakan-akan me-replay waktu. Mengulang kembali masa masa yang ku harap memang terulang kembali. Dan faktanya memang benar. Masa itu kembali lagi.

Makhluk hidup tak bernafas itu sekarang berubah nama menjadi makhluk manis ciptaan tuhan.

Mungkin perasaanku ini terlihat sangat labil jika di komposisikan. Namun, anehnya aku tak merasa ada penolakan dalam hal ini!

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang