-16-

43 4 0
                                    

Cukup lelah untuk sampai di kelas membuatku memilih untuk mengambil air minum yang berada di saku kiri tas abu-abu ku itu. Sialnya hari Sabtu itu aku lupa membawa air minum. Sadis!

"Seann!" kejut orang itu dari belakang.

"Eh Amell! Hobi ngagetin orang mulu" jawabku histeris.

"Haha... Eh, btw gue punya cerita nih, mau denger kagak?"

"Hmm.. Ceritanya pakai versi pada zaman dahulu yak" tantangku.

"Tapi soal Kama nih, gimana jadinya kalo ceritanya pakai versi pada zaman dahulu?" jawabnya terkekeh.

"Mending ceritain Si Kancil aja dah daripada Kama" serahku pada Amel.

"Eittss.. Tetep ada huruf K nya loh walaupun beda ceritanyaa" sahutnya.

"Halah halah, sok anti mainstream deh lo. Emang soal apa? To the point aje" jawabku lelah.

"Gini deh ya.." mendecakkan lidah tak sabar. "Kemarin malam gue chatting-an sama Kama loh!"

"Trus?" menunjukkan wajah flat.

"Ya trus gue tanya perasaan dia ke kamu" spontannya.

Aku yang awalnya menganggap cerita Amel adalah cerita yang biasa-biasa saja menjadi berubah ketika Amel yang bercerita tentang perasaan Kama padaku.

"Whatttt??!!!!" teriakku.

"Mau tau nggak nih?" godanya. Perasaan tadi biasa-biasa aja deh, giliran aku to the point eh langsung semangat"

"Bukan semangat nih. Mohon diralat ya? Lebih tepatnya deg deg an!" jawabku penuh penekanan. "Emang gimana woi!"

"Iya iya nih" sambil menyodorkan hp yang berada di saku nya.

Aku baca pesan demi pesan. Kalimat demi kalimat. Ku buka satu persatu dan aku berhenti pada sebuah pesan yang Amel kirimkan. Perawalannya bisa dikatakan cukup memenuhi syarat klimaks.

Amel:
Lo bener bener suka sama Sean Kam?

Kama:
Hmm :v

Amel:
Hmm tu artinya iya apa enggak?

Kama:
Hmm tu artinya iya :v

Amel:
Hah?!
Jadi sebenarnya lo itu suka sama Sean?!

Kama:
Ya gitu deh
Iya gue suka sama Sean

Percakapan singkat itu membuatku terenyuh. Membuatku lepas kendali. Membuatku benar-benar melupakan diriku sendiri. Mungkin, jni rasanya pernah ditinggalkan orang yang benar-benar kita cintai. Dan ketika orang itu kembali, cinta ini juga seperti kembali. Memeluk erat dan menggenggam kuat.

Sempurna. Mengapa aku seperti telah menerima Kama kembali di kehidupanku? Setelah semua yang ia lakukan padaku, aku seperti tidak menghiraukan satu pun kesalahannya padaku. Walaupun kesalahan terbesarnya padaku.

Hufftt.. Aku bimbang.

Mencintainya seperti sebuah takdir bagiku. Menunggunya seperti hobi menyenangkan walau pada akhirnya menyakitkan bagiku. Melupakannya seperti suatu hal yang juga mustahil ku lakukan.

Tuhan... Bantulah aku menemukan titik terang dari semua ketidakpastian ini. Kegundahan ini seperti membuatku melayang-layang di udara. Melayang tanpa tahu kapan kita akan menyentuh daratan

****

Hari Sabtu yang panas. Lebih panas ketika aku harus tetap berada di dalam kelas yang sangat menyiksa ini. Seharusnya kelas ku ini mengalami peningkatan fasilitas. Paling tidak seperti penambahan AC. Tapi sepertinya mustahil.

"Nerakanya bocor!" teriak Arlan yang sedari tadi berlalu lalang seperti orang kesurupan.

"Kayak tau neraka gimana aja" batinku dalam hati.

Sekilas tentang Arlan. Punya nama panjang yang nggak tau gimana nyebutinnya saking panjangnya. Well, dia mencetak rekor nama terpanjang di kelas.

Orang yang cukup baik di kelas. Dingin, cuek, fear, enak diajak ngobrol, bersahabat dan tampan? Hanya Dyra dan Nimas yang bisa menilainya. Untuk deskripsi terakhir tentang Arlan ini aku hanya mencoba untuk mencari pendapat dari temanku yang lain. Specifically, yang jelas itu bukan dari opiniku. Dan tak mungkin jika aku menyukainya alias TMT (Teman Makan Teman).

Arlan juga teman dekat Kama. Mereka baru bersahabat namun rasanya jika dipandang mereka sudah saling kenal sejak lama. Mungkin dengan karakter mereka yang sama-sama dingin dan cuek membuat mereka cocok. Tapi apakah cuek dengan cuek akan menjadi parah jika disatukan? Hm.. Aku tidak terlalu memikirkannya. Kecocokannya itu terladang sangat melewati batas kelaziman.

Tapi tidak terlalu parah. Hanya saja, untuk teman dekat seperti mereka sangat tak wajar jika mereka selalu bersama. Bayangkan saja mulai dari banyak hal mereka selalu bersama. Dari makan, belajar bersama, ngerjain pr, main, sepedaan, berangkat sekolah dan masih banyak lagi kebersamaan mereka yang lainnya. Well, cukup setia bukan? Terkadang mereka juga terlihat bukan hanya sebagai teman dekat saja. Melainkan juga pacar yang saling melindungi satu sama lain. Kata Nimas sih, mereka nggak seharusnya ada di kelas, tapi ada di pelaminan.

Apa yang dilakukan mereka jika mendengar respon Nimas saat itu? Marah? Kalau Arlan mungkin bisa saja.. Namun jika Kama.. Aku tidak begitu yakin. Karena Kama bisa disebut cukup pasrah. Sampai-sampai dulu ia pernah dijuluki "pasrah". Bella sendiri menamai kontak Kama dengan sebutan " pasrahin aja" hahaha. Sebenarnya sih aku yang pertama kali menjuluki Kama seperti itu, tapi tak tau mengapa julukan itu menyebar. Rata! Sampai seluruh penjuru dunia. Haha.. Mungkin jika Kama mengetahui hal itu ia akan mengomeli ku habis-habisan.

Arlan juga menjadi salah satu spesies terunik di kelas. Faktanya, ia lebih suka berkumpul dengan anak perempuan dibanding anak laki laki di kelas. Dia juga tipe anak yang sulit menjaga rahasia. Persentase tentang kerahasian yang bisa terbongkar ada sekitar 99% dari sifat keseluruhannya.

Anyway, Arlan punya mantan loh. Awalnya sih aku nggak nyangka. Tapi setelah lama ada di kelas aku mulai tau. Anak perempuan dari kelas lain ternyata juga ada yang menyukainya. Sampai sampai minta tanda tangannya. Hal itu sempat membuatku shock berat.

Nimas ternyata juga pernah menyukai Arlan. Tapi mungkin cinta datang terlambat. Mereka saling suka di waktu yang berlainan. Disaat Arlan menyukai Nimas, Nimas tidak mengetahui hal itu. Namun, saat Nimas mengerti dan mulai menyukai Arlan, Arlan sudah tidak memiliki feel yang sama dengan Nimas. Sakit sih pasti ya Nim. Aku juga pernah merasakan hal itu. Kita senasib seperjuangan.

Tak hanya Nimas yang menjadi korban Arlan. Ada satu lagi perempuan yang turut menjadi korbannya. Namanya Dyra. Yang paling aku ingat dari mereka adalah ketika mereka pernah mengambil momen kebersamaan bersama lewat kamera di kelas saat perayaan HUT sekolah kami. Hal itu membuat seisi kelas yang sebagian besar adalah perempuan berteriak histeris. Apanya yang tidak. Bayangkan, mereka hanya berjarak satu inchi. Dalam foto itu terlihat seakan-akan Dyra akan menyandarkan kepalanya di bahu Arlan. Argghh! Untuk para jomblo ya lazim aja sih jika mereka berteriak sampai histeris seperti itu. Termasuk.. Aku sedang tidak menyindir diriku sendiri.

Begitulah karakter Arlan. Terkadang nyebelin, suka jahil, tidak begitu faham cinta, nggak peka, limit dan tipe orang yang fear dan bisa bersahabat.

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang