-43-

48 3 0
                                    

Ku harap kita membentang. Bertepi. Bersandar. Menjadi rasi bintang yang selalu ada untuk semesta. Membentuk galaksi.

"Tuhan, maaf Sean terlalu lemah dalam hal ini. Air mata Sean cukup murah dalam keadaan ini." Isak Sean pelan.

"Apa Sean emang pantas untuk dikecewain? Apa Sean kurang mengerti? Apa Sean selalu buat Kama merasa terganggu? Tuhan, Sean salah apa lagi?"

"Tapi kalau tuhan mau ini semua terjadi Sean akan mencoba ikhlas. Semoga kedepannya Sean akan lebih baik lagi."

"Masih ada berjuta juta pemandangan yang belum Sean liat, mungkin di sejuta pemandangan itu Sean akan bisa menemukan yang lebih baik."

Keadaan menjadi sangat sepi saat ini. Hanya ada isak tangis dan beberapa tissu yang tergeletak di lantai.

Mungkin Sean hanya belum bisa menerima kenyataan. Ia fikir hubungannya akan terus berjalan sempurna. Ia juga sudah berusaha untuk membuat hubungan ini baik baik saja. Tapi, realita memang tak sebanding dengan ekspetasi.

Tuhan berkehendak lain. Memang benar, mungkin apa yang kita rasa benar, terkadang belum cukup bagi tuhan. Semesta ini memiliki rahasia nya masing masing.

Dibalik rahasia itu akan ada titik dimana kita akan menemukan the real life. Hidup ini akan sangat sukar jika difikirkan secara terus menerus. Akan ada saatnya dimana kita harus menikmatinya. Bersyukur. Nikmati segala proses. Mungkin dengan bersyukur kebahagiaan akan terus mengikuti kita. Bukan dengan bahagia kita lalu bersyukur.

Dunia ini juga menyimpan teori. Salah satu nya, jangan terus berharap pada manusia yang tak pasti memikirkanmu. Berharaplah pada tuhan yang pasti menjaga harapanmu. Selagi kamu berharap pada-Nya. Maka tuhan akan memberikan yang lebih dari sekedar harapan namun juga kebahagiaan.

"Baik Kam. Doain aja gue bisa cepet cepet lupa sama lo walaupun itu bener-bener sulit untuk gue lakuin." Isak Sean memecah keheningan malam.

****

"Kenapa juga pas gue balik ke sekolah ini, hubungan gue juga harus selesai sampai disini?" Ucap Sean di taman belakang usai upacara.

Entah mengapa tempat itu menjadi tempat favorit bagi nya untuk meluapkan segala keluh kesahnya.

"Lo nggak balik ke kelas?" Tanya seorang sahabatnya yang kini sedang melihatnya dari kejauhan. Bella.

"Enggak." Ujar Sean lelah.

"Kenapa?"

"Pelajaran pertama nggak ada gurunya." Ungkap Sean.

"Oh.. la trus?"

"Trus apanya?"

"Lo ngapain sendirian disini? Lo.. ada masalah ya?" Tanya Bella berusaha mencari tau penyebabnya.

"Haha... enggak... gue cuman pengen udara segar aja." Menunjukkan wajah yang terlihat ber-replika itu.

"Lo nggak usah sok sok an tegar deh. Cepet cerita, lo kenapa?" Tanya Bella tak yakin.

"Udah gue bilang nggak papa kok."

"Udah gue bilang cerita!" Bentak makhluk astral dengan intensitas ke kepoan bernama Bella.

"Cuman masalah ringan aja elah." Singkat Sean berusaha menenangkan keadaan.

"Nggak mungkin, cerita nggak!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang