-20-

43 5 0
                                    

Kelas 8.

Aku menarik ujung tirai jendela kamarku. Sinar matahari tanpa ragu menerobos celah ruangan. Aroma teh hijau kesukaanku sudah tersedia di balkon depan.

"Mah, ini greentea nya siapa?" teriak ku dari balkon depan.

"Siapa lagi disini yang suka greentea selain kamu?"

"Oh ok, makasih ma" ucapku sambil menarik tas yang seharusnya ku taruh di punggung.

"Udah diminum? Sarapan dulu!"

"Nggak keburu, dijadiin bekal aja" pintaku.

"Duh, ni anak" keluh mama menghela nafas. "Emang mau ada apa kok buru buru gitu?"

"Ada pembagian kelas"

"Emang belum dibagi kemarin?" tanya mama heran.

"Belum. Ya udah Sean mau berangkat dulu Assalammualaikum ma"

"Waalaikumsalam"

****

Beberapa kertas pembagian kelas sudah tertata rapi di papan pengumuman. Tercetak beberapa nama di kertas itu. Disertakan absen dan beberapa identitas lainnya. Termasuk Kama.

Ehmm...
Kami tidak sekelas. Itu realitanya. Dan, fakta terberatnya Kama sekelas dengan Zahra yang notabene-nya yahh kalian masih ingat kan. Ternyata feeling ku selama ini benar adanya. Sebenarnya sih tak apa. Namun tak tau mengapa aku merasa ada penolakan tersendiri. Mungkin aku butuh yang namanya proses. Untuk sekedar memaklumi.

"Cie yang sekelas sama mantan" sindirku pada Kama.

"Hm" wajahnya datar.

"Datar amat tu wajah. Senyum!" kataku meng-intruksi.

"Iye"

"Hhh, ya dah selamat di kelas baru nya" sahutku sambil meninggalkannya di bangku taman.

"An?" panggilnya mencegahku pergi.

"Ya?"

"Kita nggak sekelas. Nggak papa kan?" tanyanya.

"Kalo mau protes juga mau protes kemana, hhh"

"Ke ruang TU bisa kayaknya" jawabnya berusaha membuatku tertawa dengan ilusi khayalannya.

"Bisa kalo tahun depan" ucapku menahan tawa.

"Tahun depan" jawabnya penuh penekanan.

"Jaga diri baik baik di kelas, yang rajin belajarnya, ntar nggak ada gue jadi males belajar" kataku penuh tawa.

"Ishh gr banget jadi orang" serunya.

"Realita kalik. Ya udah gue masuk kelas dulu" ucapku seraya menjabat tangannya.

"Iya. Hati hati jalannya ntar salah jalan kan nggak lucu" ejek nya.

"Emang kamu" singkatku sambil berjalan menjauhinya.

Andai kamu tahu saja, Kam. Memang di awal aku merasa baik baik saja tanpa kehadiranmu. Namun, semakin ke belakang memang ada terasa yang berbeda. Mungkin aku wajib mempelajari kamus satu sekolah beda kelas.

Kalo boleh tanya yang jual buku itu di toko yang mana ya?

#jskd

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang