-34-

26 3 0
                                    

"Lo suka liat bintang?" Tanya Raina ingin tahu.

"Iya, gue suka"

"Kenapa?"

"Sean.. suka itu. Dia selalu menitipkan pesan pesannya ke bintang. Ia harap lewat bintang, pesan itu tersampaikan" ucap Kama menjelaskan.

"Kam.. kalau tuhan kasih lo satu permintaan, apa yang lo minta untuk saat ini?" Raina berusaha bertanya kembali.

"Gue mau Sean kembali"

"Apa yang buat lo bener bener ingin buat dia kembali?"

"Sesuatu yang nggak pernah gue bener bener ungkapin ke dia secara visual" balas Kama.

"Maksud lo?"

"Karena cinta"

"Tapi bukannya lo sama dia udah jadian"

"Itu kesalahan gue. Gue terlalu membiarkan setiap pengalaman gue tersia sia kan dengan dia"

Dret dret..

"Bentar Kam, gue angkat telfon dulu"

"Oh.. ok"

Sedikit merusah suasana sih, enggak. Tapi...

Raina membalikkan badan. Berusaha menjauh dari Kama beberapa detik. Mungkin ada urusan privacy yang perlu dibicarakan oleh sang penelefon pada Raina.

Raina dengan tas tangan abu abu peach itu mulai berada di sudut balkon. Kama menyipitkan mata. Berusaha melihat jelas apa yang berada di tas itu. Sebuah postcard lengkap dengan logo pengiriman paket. Ia mendekat, mencoba memastikan.

Kama mencoba menggapainya namun ia kalah cepat. Raina mencoba mencegahnya mengetahui.

"Itu apaan?"

"Nggak ada apa apa" pelipis Raina berkeringat dingin.

"Gue mau liat. Itu apa"

"Dibilangin bukan apa apa" balas Raina menepis.

"Tadi gue liat pengirimnya Sean, gue bener kan? Gue nggak ngasal kan?"

"Eng.. enggak"

"Mana gue liat!"

"Itu bukan dari Sean!" Teriaknya seraya meninggalkan keadaan.

Raina berlari menyusuri jalan raya. Kama mengejarnya. Persimpangan. Ia menyebrang dengan kurang berhati hati.

Lampu dari sebuah mobil sedan sempat menyilaukan mata Raina sebelum Raina tak sadarkan diri.

****

"Gu.. gue dimana?"

"Lo di rumah sakit. Tadi lo kesrempet mobil pas mencoba lari dari gue"

"Kam...."

"Asal lo tau aja ya Rain. Gue udah nganggep lo itu udah seperti sahabat gue sendiri. Gue nggak pernah cerita kehidupan gue dengan sedetail itu kecuali sama lo"

"Iya Kam, makasih udah jadiin gue sahabat lo" ucap Raina sebelum melanjutkan.

"Apa susahnya bilang ke gue Rain?" Tanya Kama berusaha membalikkan topik.

"Gue cuman nggak mau lo kefikiran aja" singkat Raina.

"Tapi nggak gitu juga caranya Rain. Dengan lo berusaha nutupin postcard itu dari gue, bukannya menyelesaikan masalah tapi malah buat gue tau kalo lo nggak tau apa apa tentang cinta"

KAMASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang