Langit siang itu redup. Meredupkan segalanya termasuk para awan sekalipun. Semuanya terlihat jelas dari rooftop yang sekarang ini Kama singgahi.
Kama memandang penuh putus asa. Tatapannya kosong. Ia menjelma menjadi seseorang yang tak bisa berbuat apa apa.
"Ashh..... gue ini apaan sih?!"
"Manusia apa bukan? Kenapa gue nggak bisa berfikir jernih!"
Kama mengusap wajahnya pelan. Ia mengubah posisi nya. Bersandar di sebuah dinding di sudut rooftop.
Panggilan lembut itu menyapa Kama. Membuat nafasnya terhelak untuk beberapa saat.
"Kam.." panggil Raina seperti membisik.
"Ngapain lo disini?" Kama berusaha bersikap acuh.
"Gue nggak bermaksud bicara seperti itu tadi"
"Nggak bermaksud gimana? Gue udah tau lo kayak gimana. Jadi stop buat gue lebih menderita lagi" ucap Kama memalingkan wajah.
"Iya, gue bener bener nggak bermaksud"
"Tujuan lo kesini ngapain? Nggak penting tau nggak?!"
"Gue butuh lo Kam. Gue mau kita rujuk" pinta Raina untuk beberapa kali nya.
"Udah gue bilang berapa kali, Rain. Gue nggak pernah mau balik sama lo lagi!"
"Kenapa? Karena Sean?"
"Kalau gue bilang iya, apa jadi masalah buat lo?"
"Kenapa lo bener bener mau merjuangin dia yang nggak tau keberadaannya, Kam?"
"Bukannya gue udah berkali kali bilang juga? Karena gue udah sia-sia-in dia, Rain. Dia butuh gue dan gue malah hilang. Sedangkan sekarang, gue butuh dia dan dia juga menghilang"
"Tapi gue ingin merjuangin lo Kam. Please.... hargai perasaan gue"
"Harus gitu? Gue udah nggak punya feel sama lo!" Ucap Kama seraya meninggalkan Raina dan menuju kelas.
"Dasar nggak punya hati!" Umpat Raina sampai Kama mendengarnya.
"Gue? Nggak punya hati? Lebih nggak punya hati siapa sama lo yang ternyata nusuk dari belakang? You're a great swearer"
Raina terdiam. Terbungkam oleh kata kata melankolis yang Kama lontarkan. Tak biasanya ia juga membalas umpat-an seseorang apalagi perempuan.
****
Kelas yang tadinya ricuh mendadak diam ketika merasakan kehadiran sang aktor kembali.
"Pada kenapa diem semua? Rame sono!" Intruksi Kama dengan wajah flat ala kadarnya.
"Lah.. lo nggak papa kan?" Tanya Ezel meng-interogasi.
"Kalau gue sampai kenapa napa lo yang tanggung jawab" singkat Kama seraya menduduki bangku nya kembali.
"Lah, apalagi salah gue" kesal Ezel.
Gadis itu kembali lagi dari rooftop. Ia tampak kembali dengan tampang mata yang lembam. Mungkin, ia menangis?
"Dikerjain uji kompetensi halaman 51!" teriak sang ketua kelas. "Romawi dua nya dikerjain di buku tulis andd jangan lupa soal ditulis yak!"
"Udah jelas jelas di buku ada soal nya, ngapainn juga pakai acara soal di salin segala" keluh Ezel memberontak.
"Protes aja lu, kalau nggak mau sekolah sono aje" ucap Ilham tak terima.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAMASEAN
Romance#4 in peka 2 March 2019 Aku seorang perempuan. Ya, semua orang pasti sudah tau akan hal itu. Perempuan yang ceria dan terkenal aktif di kelas. Jatuh cinta? Bahkan banyak orang yang tak menyangka jika diriku ini bisa jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta...