Selasa pagi Awal Desember.
Entah mengapa setiap hari Selasa aku merasa kegerahan. Mungkin karena tekanan batin atau apalah itu. Tapi yang jelas suhu udara saat ini tengah mencapai suhu maksimal.
"Sean, kantin yuk!" Ajak Nafisa sedikit berteriak dari daun pintu kelas.
"Enggak deh gue lagi males. Panas di luar" jawabku tanpa bergerak dari posisiku.
Nafisa masih menatapku lekat. Aku tau dia bukan tipe orang yang gampang menyerah. Kemungkinan besarnya ia akan tetap memaksaku.
"Ikut nggak! Ntar gue traktir" ancamnya membuat penawaran.
"Ogah"
"Peka dikit kalik An, gue jomblo nih" ucapnya memelas. "Cari inspirasi dikit kek"
"Maksud lo kalo ke kantin ketemu cowok-cowok trus lo gebet gitu? Ah nggak mau gue kagak jomblo" Jawabku sambil menaikkan alis. "Kayaknya temen gue pada keserang penyakit modusnya Fina deh"
"Kalo gue kan nggak langsung kayak Fina An. Gue pake proses" ucapnya basa-basi. "Ah udah yuk kelamaan lo"
"Untung gue baik hati"
****
Suasana kantin tampak ramai seperti biasanya. Ajang pemasukan pendapatan bagi para ibu ibu kantin dan juga surga dunia untuk para murid murid yang perlu di refreshing.
"Ke kantin yang pojok sana aja An" ucap si suara toak meng-intruksi.
"Up to you"
Sejujurnya aku hanya mengantar Nafisa. Entah mengapa sekarang ini aku sedang merasa tidak mood untuk memakan sesuatu. Jadi aku menunggunya di luar.
Di sudut kantin aku melihat sosok laki laki yang paling aku kenal saat ini dan... seseorang perempuan yang berada tepat di depannya. Rain? Dan Kama? Ada alasan apa mereka duduk bersama?
Aku diam. Membeku. Bergeming. Seakan-akan kutub es sudah membuat nyali ku hilang seketika. Untuk apa mereka duduk berhadapan? Jika di sebelah mereka ada teman mereka, mengapa mereka harus duduk bersama?
Berjuta juta bahkan beribu ribu pertanyaan logis menghantam fikiranku. Aku hanya mematung di tempat. Membayangkan apa yang terjadi sekarang ini adalah hanya sebuah mitos belaka.
"An, an, lo liat apaan?" tanya nafisa usai kembali.
"Liat kepedihan naf"
"Hah? Maksud lo apaan" tanyanya tak mengerti. "Heh jelasin ke gue"
Ia meluruskan tatapannya denganku.
"Hah?! Itu Kama? Sama Rain? Maksudnya gimana? Gue nggak faham"
"Gue sendiri juga nggak faham naf"
"Nggak bisa dibiarin yang kayak gini ma" ucap Nafisa seraya menemui kedua makhluk yang sedang duduk berhadapan itu.
"Eh naf, lo mau kemanaa?"
Bak malaikat tak berdosa sahabatku yang satu ini langsung menerobos pintu kantin. Tak menghiraukan keadaan kantin yang ramai tanpa bisa dicelah.
"Maksud lo apaan kayak gini?!" Ucap nafisa membuat semua orang melihat ke arahnya.
Kama juga Rain sama sama masih diam. Sama sama tak mengerti apa maksud dari semua ini.
"Jelasin ke gue maksudnya apa?! Lo ngehianatin sahabat gue? Iya?!"
Kama masih diam tanpa suara. Sepertinya ia punya cara tersendiri untuk menyelesaikan masalah ini. Juga Rain yang masih kebingungan dengan kedatangan Nafisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAMASEAN
Romance#4 in peka 2 March 2019 Aku seorang perempuan. Ya, semua orang pasti sudah tau akan hal itu. Perempuan yang ceria dan terkenal aktif di kelas. Jatuh cinta? Bahkan banyak orang yang tak menyangka jika diriku ini bisa jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta...