Kita. Yang hadir dalam wujud cinta. Yang datang bukan karena angkara. Yang bersimpul karena ikatan senada.
"Tempat ini. Gue inget banget, An" ungkap Kama bernostalgia.
Kama sekedar singgah di taman tempat ia pernah bersama Sean.
"Tempat ketika gue ngajak lo lari bareng. Naik perahu itu. Merasakan hawa ini bareng bareng"
"Masih sama namun ada yang berbeda"
"Karena nggak ada lo, An"
"Tau nggak, An. Setiap malam gue selalu titip semua pesan pesan gue ke bintang, kata lo lewat bintang, pesan pesan yang lo sampaiin ke bintang selalu tersampaikan"
"Akhirnya gue ngerasain apa yang lo rasain, An. Haha. Gue aneh memang. Hanya lewat itu gue ngungkapin apa yang gue rasain" ucap Kama miris.
"Liat pohon cemara itu, An! Pasti lo yang paling ingat"
"Di pohon ini kita ngukir nama dan cita cita masing masing. Lo yang mau jadi psikolog dan gue yang mau jadi astronot"
"Kata lo, gue cocok jadi astronot. Karena habitat gue emang di luar angkasa"
"Ini udah setengah tahun, An. Dan itu tanpa lo"
"Bayangin betapa berantakan hidup gue tanpa lo"
"Tapi satu yang perlu lo tau, An. Gue, selalu nunggu lo kapanpun itu, An. I'm always be your side"
****
Kama tampak kelelahan mendatangi kursus tempat ia belajar bahasa. Tak banyak yang menyukai kursus ini. Hanya saja, menurut Kama belajar bahasa lain merupakan challenge tersendiri baginya.
"Sorry miss. I'm late again"
"How many times you have been late?"
"Once again i'm sorry miss. I have a lot of thoughts"
"OK. Now, sit down and do your assignment"
"Thank you very much, miss"
"Hmm...... my pleasure"
Tak seperti biasanya Kama menjadi phobia bahasa. Tak ada yang ia fikirkan kecuali Sean. Entah mengapa otaknya seperti di replay untuk mengulang nama gadis itu di setiap memori nya.
"Argghh........ kenapa ni fikiran jadi nggak berkoneksi gini???!!!!" Teriak Kama membuat seisi ruangan menoleh kepadanya.
"What's wrong, Kama?" Tanya pengajar kursus bahasa itu.
"Not big problem, miss. I just lost my memory"
"Please you must focus to do your assignment, Kam.."
"Yes miss. I'm sorry to that"
Kali ini tak ada jawaban lagi dari pengajar itu. Mungkin ia lelah menghadapi Kama.
Ezel, teman sekelas Kama yang awalnya tak suka dengan pelajaran bahasa karena sekedar ikut ikutan, mengaku tak faham dengan tingkah Kama beberapa waktu terakhir.
"Lo kenapa, Kam? Kayaknya jadi stres gitu?"
"Gue nggak faham, Zel"

KAMU SEDANG MEMBACA
KAMASEAN
Romansa#4 in peka 2 March 2019 Aku seorang perempuan. Ya, semua orang pasti sudah tau akan hal itu. Perempuan yang ceria dan terkenal aktif di kelas. Jatuh cinta? Bahkan banyak orang yang tak menyangka jika diriku ini bisa jatuh cinta. Apalagi jatuh cinta...